Antioksidan dapat ditemukan di beberapa bahan pangan salah satunya ubi jalar. Ubi jalar telah dikonsumsi sebagai bahan pangan di beberapa daerah di Indonesia seperti Papua dan Maluku. Ubi jalar yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa daerah yaitu Riau, Tomohon, Balikpapan, Jambi, Malang, Pontianak, Kupang, Bangka, Medan, dan Merauke. Sampel ubi jalar dari berbagai daerah dan kondisi lingkungan yang berbeda, membuat ubi jalar diprediksi memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan pengujian antioksidan dengan metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH), uji total fenol, dan pengujian fitokimia. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang paling tinggi terdapat pada ubi jalar Medan berdaging oranye tua dengan nilai IC50 sebesar 235,34 mg/mL. Sementara total fenol yang paling tinggi terdapat pada ubi jalar Medan berdaging ungu sebesar 6,035 ?g GAE/g. Pada pengujian fitokimia didapatkan tidak semua ubi mengandung metabolit sekunder yang sama. Pada pengujian alkaloid dan steroid semua sampel ubi jalar tidak mengandung senyawa golongan alkaloid dan steroid. Pengujian flavonoid pada sampel daging ubi jalar dari Tomohon, Balikpapan, Jambi, Malang, Pontianak (daging oranye tua), Kupang, Bangka, dan Medan (daging oranye tua dan oranye muda) mengandung senyawa golongan flavonoid. Sementara pada uji terpenoid sampel daging ubi jalar dari Riau, Tomohon, Balikpapan, Malang, Kupang, Bangka, dan Medan (daging ungu) mengandung senyawa golongan terpenoid.
Copyrights © 2022