Islam telah memiliki epistemologi yang komprehensif sebagai kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Secara umum epistimologi dalam Islam memiliki tiga kecenderungan yang kuat, yaitu bayani, irfani, dan burhani. Epistemologi bayani menekankan kajian dari teks (nas) ijma’ dengan ijtihad sebagai referensi dasarnya dalam rangka menjustifikasi aqidah tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi literatur. Hasil kajian ini merangkum konsep bahwa epistemologi burhani menekankan visinya pada potensi bawaan manusia secara naluriyah, inderawi, eksperimentasi dan konspetualisasi (al-hiss, al tajribah wa muhakamah 'aqliyah). Sedangkan irfani dibangun di atas semangat intuisi yang banyak menekankan aspek kewalian yang inheren dengan ajaran monisme atau kesatuan dengan Tuhan sang pencipta. Sikap terhadap ketiga metode tersebut bukan berarti harus dipisahkan dan hanya boleh memilih salah satu di antaranya. Untuk menyelesaikan problem-problem dalam studi Islam dianjurkan untuk memadukan ketiganya. Dari perpaduan ketiganya akan muncul ilmu Islam yang lengkap (komprehensif) dan kelak dapat menuntaskan problem-problem sosial kekinian dalam perkembangan Islam. Tulisan ini ingin mengkaji lebih jauh bagaimana cara memperoleh pengetahuan dalam perspektif bayani, burhani dan irfani. Mengintegrasikan bayani, irfani, dan burhani menjadi suatu hal yang urgen dalam menyingkap dan memahami unsur kemaslahatan dalam hukum. Dengan berpijak pada tiga epistemologi ini pembaharuan dan pengembangan hukum Islam harus berjalan, agar hukum Islam selalu mampu merealisasi tujuan syariat semaksimal mungkin, yaitu kemaslahatan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Copyrights © 2022