Women in the prophet era were difficult to be leaders in public spheres as they were left behind, dependent on men, sexual objects. However, there is hadis that states women can be leaders in the household, so Islam acknowledges womenâs leadership roles at least for their family. If womenâs capacities in terms of their skills, knowlegde, and leaderships exist, women can become public leaders, more than family leaders. It is, therefore, women are encouraged to study and improve their skills which can lead people around them (particularly men) and provide logical and systematic arguments. If they can achieve these, they have two powerful âgunsâ, 1. Emotional capacities that leads to hearth, 2. Logical and analytical reasons. These contribute to healthy and stable on womenâs leaderships. Perempuan pada masa Nabi saw. sangat sulit diharapkan untuk tampil sebagai public figur pemimpin, karena pada umumnya mereka masih tertinggal, dipingit, bahkan dijadikan penghibur dan pemuas nafsu. Namun dengan hadis Nabi saw. yang menyatakan bahwa ââ¦..Perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan anak-anaknyaâ¦â¦ maka Islam mengakui adanya potensi kepemimpinan yang dimiliki oleh perempuan paling tidak dimulai dari rumah tangga. Pada saat seorang perempuan sudah lebih maju pengetahuannya dan kemampuan leadershipnya serta cukup berwawasan, maka ia dapat saja tampil sebagai pemimpin publik, lebih dari skala rumah tangga. Dari sini perempuan dituntut untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri, sehingga dapat mempengaruhi manusia sekitarnya (terutama kaum lelaki) dengan argumentasi-argumentasi yang logis dan ilmiah. Kalau hal tersebut dapat diraihnya, maka ketika itu perempuan memiliki dua âsenjataâ yang sangat ampuh, yaitu :1) perasaan halus yang dapat menyentuh qalbu dan 2) argumentasi kuat yang menyentuh nalar. Memiliki kedua hal tersebut secara mantap, maka seorang perempuan dapat mewujudkan kepemimpinan yang sehat dan langgeng
Copyrights © 2013