Masyarakat pedesaan memilih kayu dan ranting sebagai bahan bakar kegiatan masak-memasak di dapur daripada menggunakan minyak atau bahan bakar lain. Namun karena asap yang ditimbulkan maka pemerintah menyediakan gas elpiji tabung sebagai pengganti bahan bakar kayu dan ranting tersebut. Biaya yang dikeluarkan menjadi bertambah karena gas tersebut harus dibeli, meskipun dengan harga subsidi. Sementara itu ketersediaan kayu, bambu dan ranting banyak tersedia di pedesaan. Cara yang dapat ditempuh ialah mengubah sampah kayu dan ranting menjadi arang. Acara ini diadakan untuk memperkenalkan teknologi reaktor pembuat arang dari bahan sisa-sisa kayu, bambu atau ranting-ranting dengan metode pirolisis. Reaktor dibuat dari drum bekas. Sudah banyak tercipta teknologi tepat guna yang terpublikasi di berbagai media sosial. Teknologi itu perlu diimplementasikan ke pihak yang membutuhkan. Di daerah Mojopurno banyak terdapat sisa-sisa kayu yang tidak terpakai yang umumnya dimanfaatkan secara sederhana sebagai kayu bakar di dapur. Panas yang diperoleh tidak maksimal. Banyak asap yang timbul berdampak tidak bagus bagi penghuni rumah, juga bagi bumi secara keseluruhan karena menambah emisi carbon. Dengan menjadikannya arang, maka pemanfaatan energi dapat maksimum, dan yang juga penting: nyaris tidak menimbulkan asap. Arang yang diperoleh dapat menjadi bahan bakar bersih di dapur, terutama bagi masyarakat di desa Mojopurno.
Copyrights © 2023