Pesantren had a specific perspective related to religious radicalism and violence.The purpose of this study is to uncover the discourse of radicalism and deradicalizationin Pesantren Soko Tunggal Semarang. Applying the qualitativeresearch, it was revealed that Pesantren Soko Tunggal against all forms of violencein the name of religion. According to Pesantren Soko Tunggal radical movements inthe name of religion is a form of misunderstanding of the religion. Islamicradicalism is generally based on the Wahhabiâs understanding, so that attitudes andbehavior are influenced by the teachings of Wahhabi. In the view of Wahabismheresy in religion is a form of desecration and denial that must be fought. Pesantrenassumed that Pancasila and UUD 1945 is a form of actual enforcement of Islamiclaw due to Pesantren Soko Tunggal kept to preserve the values of moderatism anddevelop a peaceful multicultural life.***Pesantren memiliki perspektif tersendiri terhadap radikalisme agama dan kekerasan.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap wacana radikalisme danderadikalisasi di Pesantren Soko Tunggal Semarang. Dengan menggunakan pendekatankualitatif penelitian menunjukkan bahwa Pesantren Soko Tunggal menentangsegala bentuk kekerasan atas nama agama. Dalam pandangan PesantrenSoko Tunggal bahwa gerakan radikal atas nama agama merupakan bentuk kesalahpahamanagama. Islam radikal umumnya didasarkan pada pemahamanWahabi, sehingga sikap dan perilaku dipengaruhi oleh Wahabi. Menurut Wahabi,bidah dalam agama adalah bentuk penodaan dan penolakan yang harus diperangi.Pesantren menganggap bahwa Pancasila dan UUD 1945 merupakan bentukpenegakan hukum Islam yang aktual. Karena di Pesantren Soko Tunggal ini inginmempertahankan nilai-nilai moderatisme dan mengembangkan kehidupan multikulturalyang damai.
Copyrights © 2015