Peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Poasia berdampak pada meluasnya lahan terbangun. Hal ini dapat berpengaruh pada berkurangnnya daerah resapan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran kondisi daerah resapan air tahun 2017 dan 2021 di Kecamatan Poasia. Parameter yang digunakan untuk mengetahui kondisi resapan air pada penelitian ini, yaitu permeabilitas tanah, curah hujan, penggunaan lahan dan kemiringan lereng kemudian diolah menggunakan metode skoring, OBIA, dan overlay. Hasil penelitian ini antara lain kondisi resapan air tahun 2017 didominasi dengan kategori mulai kritis seluas 2.879,95 ha (67,11%), yang tersebar di Kelurahan Anduonuhu (1.482,81 ha), Kelurahan Anggoeya (985,75 ha) Kelurahan Rahandouna (169,53 ha), Kelurahan Wundumbatu (70,97 ha) dan Kelurahan Matabubu (170,89 ha), sedangkan kondisi resapan air dengan luasan paling kecil pada kategori agak kritis seluas 230,06 ha (5,36%) yang tersebar pada Kelurahan Anduonuhu seluas 156,03 ha, Kelurahan Anggoeya seluas 11,47 ha, Kelurahan Rahandouna seluas 2,04 ha, Kelurahan Wundumbatu seluas 59,43 ha dan Kelurahan Matabubu seluas 1,09 ha. Pada tahun 2021 kondisi resapan air didominasi kategori normal alami seluas 1.971,53 ha (45,94%) yang tersebar di Kelurahan Anduonuhu (774,49 ha), Kelurahan Anggoeya (619,82 ha), Kelurahan Rahandouna (124,07 ha), Kelurahan Wundumbatu (68,07 ha) dan Kelurahan Matabubu (385,08 ha), sedangkan kondisi resapan air dengan luasan paling kecil pada kategori sangat kritis seluas 111,42 ha (2,60%) yang tersebar di Kelurahan Anduonuhu seluas 64,54 ha, Kelurahan Anggoeya seluas 19,71 ha, Kelurahan Rahandouna seluas 27,04 ha dan Kelurahan Matabubu seluas 0,13 ha.
Copyrights © 2023