Abstrak: Thuma’ninah adalah diam sebentar sekedar membaca tasbih, ini pendapat Abu Yusuf al-Hanafi, sama juga mazhab Maliki yaitu ketika rukuk, sujud, i’tidal dan duduk antara dua sujud seukuran membaca tasbih. Keduanya secara prinsip tidak mewajibkan thuma’ninah. Istinbath yang di gunakan menghukumi tidak wajibnya thuma’ninah surah al-Hajj ayat 77 dan hadis ahad riwayat Bukhari dan Muslim. Sebagian mazhab Maliki wajib thuma’ninah berdalil hadis diatas. Pendapat yang kuat thuma’ninah wajib untuk sholat wajib dan sunnat untuk sholat sunnat. Namun thuma’ninah lebih baik, karena mendekatkan kekhusukan dan meraih hikmah demi kemashlahatan hamba dalam mendapatkan ketenangan dalam sholat.Kata Kunci: Sholat, Tanpa Tuma`Ninah, Perspektif. Abstract: Thuma'ninah is silent for a while just reading prayer beads, this is the opinion of Abu Yusuf al-Hanafi, the same as the Maliki school, namely when bowing, prostration, i’tidal and sitting between two prostrations the size of prayer beads. Both in principle do not require thuma'ninah. Istinbath which is used to punish the non-obligatory thuma'ninah surah al-Hajj verse 77 and hadith ahad history of Bukhari and Muslim. Some of the Maliki schools must be thuma'ninah based on the hadith above. The strong opinion of Thuma'ninah is obligatory for obligatory prayers and sunnat for sunat prayer. But thuma'ninah is better, because it draws closer to and attains wisdom for the benefit of the servant in getting peace in prayer.Keywords: Prayer, Without Tuma`Ninah, Perspective.
Copyrights © 2020