Cirebon merupakan “jantung” kota bagi beberapa kabupaten yaitu Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Ia mendapat julukan sebagai kota wali, dengan amanat Sunan Gunung Jati, “Ingsun titip tajug lan fakir Miskin”. Akan tetapi jika malam tiba, identitas kehidupan religious kota wali seakan-akan sontak berubah, terutama pada malam Jum’at. Pada satu jama’ah tertentu, Peziarah berduyun-duyun datang ke Makam wali, tapi pada rombongan lainya justru mengunjungi tempat warung remang-remang (Warem) yang dihuni oleh para gadis malam. Uniknya, lokasi tersebut berdekatan dengan kantor kepolisian sektor kota (Polsekta). Penelitian ini akan menjawab pertanyaan tentang, bagaimana hegemoni superstruktur terhadap gadis malam motor matik di kota Cirebon? Apa pendapat masyarakat terhadap status sosial gadis malam? Alasan-alasan apa saja yang menyebabkan para gadis malam mangkal di Warung remang-remang? Dengan berbuat demikian, adakah indikasi penyetaraan gender yang mereka inginkan?
Copyrights © 2015