Peran kompetensi coaching makin dibutuhkan khususnya pada masa pemulihan sekolah pasca pandemi. Penelitian ini bertujuan menggali lanskap bernuansa kompetensi coaching yang dimiliki oleh guru yang mengkuti program penyiapan calon kepala sekolah pada tahun 2022. Hasil penelitian ini mengungkap kenyataan yang kurang memuaskan, karena calon kepala sekolah menunjukkan kompetensi coaching hanya pada kategori sedang-sedang saja, dan gagal mencapai keunggulan yang diinginkan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yang meneliti kompetensi coaching dari beragam kohort kandidat calon kepala sekolah melalui kuesioner dan wawancara mendalam. Penelitian ini berhasil mengungkap tantangan-tantangan yang harus dihadapi dalam coaching, mulai dari penerapan praktis keterampilan coaching yang terbatas hingga kesenjangan dalam peluang bimbingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sekitar 47% jawaban responden yang diterima dan menunjukkan kepemilikan pengalaman coaching. Sebaliknya, 53% lainnya pada kategori tidak diterima dan menunjukkan kurangnya pengalaman coaching pada calon kepala sekolah. Terlepas dari kategori tidak diterima yang mencapai 53%, penelitian ini mengidentifikasi peluang yang belum dimanfaatkan untuk perbaikan dan memberi masukan pelatihan yang sesuai untuk pengembangan profesional. Dinas Pendidikan dapat menindaklanjuti dengan membuat kebijakan yang memberi kesempatan bagi calon kepala sekolah untuk melakukan coaching, baik ke siswa, maupun rekan guru. Lembaga pelatihan dapat menggunakan hasil penelitian ini dengan menambahkan atau menyisipkan struktur program pelatihan yang membekali pengetahuan dan keterampilan coaching bagi calon kepala sekolah. Adapun Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dengan membuat kebijakan daerah yang mensyaratkan kepemilikan kompetensi coaching bagi guru yang akan mendaftar sebagai kepala sekolah.
Copyrights © 2024