Bersyukur merupakan sebuah ungkapan rasa terimakasih manusia kepada Allah. Di NTT khususnya masyarakat Ngada, memiliki tradisi budaya pengucapan rasa syukur atas segala yang diterima dari Sang Pencipta yakni Reba. Reba merupakan sebuah tradisi budaya yang dilakukan masyarakat Ngada dengan tujuan mengucapkan syukur kepada yang Ilahi sebagai pencipta alam semesta atas berkat panen yang telah diperoleh selama setahun. Focus permasalahan yang akan dikaji adalah karena adanya pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi maka upacara ini dilaksanakan karena hanya karena kebiasaan dan hanya untuk berpesta ria tanpa menggali makna dari upacara Reba yang mengandung nilai-nilai religious, moral dan sosial. Buktinya; Umat lebih aktif dalam berpesta dan bergembira ria dibandingkan dengan aktif dalam mengikuti kegiatan di Gereja dan dalam mengikuti upacara Reba yang penuh makna syukur. Penulis mengkaji tema ini dengan tujuan agar dapat mengetahui sejauh mana pemahaman umat tentang upacara Reba yang dilaksanakan setiap tahun. Karena upacara Reba bila dikonfrontasikan dalam tradisi Gereja saat ini, adalah sebagai bentuk upacara syukur panen. Metode yang dipakai dalam pengkajian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif naturalistik. Hasil yang diperoleh dalam kajian ini adalah bahwa pada umumnya umat memahami upacara Reba sebagai sebuah upacara syukur panen secara budaya.
Copyrights © 2022