Kemunculan Gelombang Soliter Internal (GSI) di Laut Flores sering kali tertangkap oleh citra satelit dengan pusat pembangkitan yang berasal dari Selat Ombai. Namun, belum ada penelitian yang mengungkap secara detail nasib fenomena tersebut sesaat setelah dibangkitan. Karakteristik GSI tersebut diselidiki berdasarkan kemunculannya pada Synthetic Aperture Radar (SAR) dan citra kolom air (Water Coloum Imaging-WCI) peralatan akustik hidrografi (multibeams echosounders-MBES) saat kegiatan Ekspedisi Jala Citra (EJC) 3-2023 di Perairan Flores pada tanggal 25 April 2023. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa dan mengungkapkan nasib perambatan GSI dari Selat Ombai hingga mengalami pendangkalan dan pemecahan di perairan Teluk Bone, Sulawesi. Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan data hasil perekaman citra satelit dan peralatan akustik hidrografi (MBES). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Perairan Teluk Bone dikarekteristikan sebagai lokasi propagasi, pendangkalan dan pemecahan yang berasal dari pembangkitan GSI di Selat Ombai. Nilai amplitudo GSI yang mengalamai pendangkalan di Teluk Bone dikarakterisasi berubah menjadi 4-10 kali lebih kecil dari pusat pembangkitan GSI (Selat Ombai) akibat perubahan kedalaman dan memecah akibat menabrak dinding tebing/lereng topografi dasar laut dan diduga berubah menjadi boluses. Karakteritik massa air saat kenampakan GSI di Laut Flores tanggal 25 April 2023 di dominasi oleh massa air Samudera Pasifik yang terbawa oleh Arlindo dari Selat Makassar. Kemunculan GSI juga merubah struktur kolom air yaitu suhu, salinitas dan densitas yang merupakan faktor penting dalam propagasi akustik serta berimplikasi terhadap proses kegiatan maritim di Perairan Indonesia.
Copyrights © 2024