Pecinta jamu didominasi oleh para orangtua, sementara anak millennial zaman kini yang rata-rata berkuliah dan bekerja tidak mencintai jamu dengan alasan pahit, rasanya tidak enak, atau tidak sempat minum. Lama-kelamaan mereka semakin tidak mengenal jamu dan jamu dapat dilupakan oleh zaman. Padahal sumber dari bahan jamu itu sendiri adalah tanaman herbal yang banyak tumbuh di sekitar tempat tinggal kita, namun jika tidak diberdayakan maka lama-kelamaan hanya sekadar berfungsi untuk bumbu makanan saja. Fakta yang sering ditemukan oleh penulis bahwa mahasiswi-mahasiswi sering tidak sempat sarapan dan terlambat makan karena mengejar jadwal yang padat setiap harinya. Rata-rata di antara mereka tidak hanya berkuliah saja, namun mereka juga mengikuti kegiatan organisasi, kampus mengajar, berbagai keterlibatan di penelitian dan pengabdian, dan setumpuk tugas yang harus dikerjakan. Fenomena ini akan mempengaruhi kualitas kesehatan mereka. Tujuan dari pengabdian ini dibuat untuk mengingatkan Kembali kepada penghuni rusunawa dan membekali mereka keterampilan dalam membuat jamu tradisional agar dapat dinikmati khasiat sehatnya oleh penghuni rusunawa. Metode yang digunakan adalah survei kondisi terlebih dahulu, mengundang pemateri yang handal, mengundang pihak rusunawa, mempersiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan, dan melakukan pelatihan untuk memberikan pelatihan dan pengetahuan agar meningkatkan Kesehatan penghuni rusunawa. Acara berlangsung dengan baik dan dirasakan bermanfaat untuk peserta.
Copyrights © 2024