Lifebuoy adalah produk yang berawal dari tujuan William Lever untuk menghentikan kolera di Victoria, Inggris. Lifebuoy telah berada di pasar selama lebih dari 100 tahun dan telah berkembang menjadi sabun pelindung kuman nomor satu di dunia, membawa kesehatan dan kebersihan yang lebih baik bagi banyak orang (Lifebuoy) dan telah menerima banyak penghargaan. Namun, pada tahun 2010, pangsa pasar global Lifebuoy mengalami penurunan. Sejak tahun 2008, Lifebuoy telah mengajarkan pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) kepada masyarakat (Unilever, 2020). Dengan adanya kesadaran akan kebersihan, Lifebuoy menggencarkan promosinya dengan mengajak masyarakat untuk memerangi COVID-19 dengan menjaga kebersihan tangan. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk India. Jutaan orang di India memiliki akses terbatas terhadap air bersih, mengonsumsi makanan yang tidak bersih, menghirup udara yang tercemar, dan tinggal di lingkungan yang padat (detikNews, 2020). Hal ini menjadikan India sebagai negara yang cocok bagi Lifebuoy untuk memperluas pasarnya. Program perubahan perilaku mencuci tangan di India hanya menjangkau 17 juta orang pada tahun 2012, tetapi kinerjanya masih jauh di bawah target yang dibutuhkan untuk mencapai target perubahan perilaku yang dialokasikan oleh negara sebesar 450 juta pada tahun 2015. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap situasi pasar, pesaing, dan masalah, strategi pemasaran yang akan diterapkan adalah: (1) Carbios Enzymatic Technology; (2) Kemasan Inovasi Baru (ramah lingkungan); (3) Komunikasi Pemasaran Terpadu; (4) Kampanye Lifebuoy #ByePlastic; (5) Talkshow; (6) Bersama Kita Bisa (CSR); (7) Tempat isi ulang Lifebuoy; (8) Tukar sampah, tanpa stres.
Copyrights © 2023