Sari Pediatri
Vol 8, No 1 (2006)

Rasio IgM/IgG Fase Akut Untuk Menentukan Infeksi Dengue Sekunder

Bagus Ngurah Putu Arhana (Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak, FK Unud/RS Sanglah Denpasar,)



Article Info

Publish Date
05 Dec 2016

Abstract

Latar belakang. Uji hemaglutinasi inhibisi (HI) memerlukan waktu relatif lama untukmenentukan infeksi dengue primer dan sekunder, karena memerlukan pemeriksaan serumpada fase akut dan konvalesen. Beberapa penelitian dengan menggunakan rasio IgM/IgG untuk menentukan infeksi primer dan sekunder menghasilkan rasio yang berbedabeda.Tujuan. Untuk mengetahui gambaran IgM dan IgG pada infeksi Dengue dan akurasirasio IgM/IgG secara Elisa pada fase akut untuk menentukan infeksi sekunder.Metoda. Dilakukan uji diagnostik pada sampel yang diambil secara berkesinambungan(consecutive sampling) pada 62 anak yang dicurigai menderita demam berdarah dengueantara Juli 2003 sampai dengan Juni 2004, dengan menggunakan rasio IgM/IgG secaraElisa pada fase akut. Uji Hambatan Hemaglutinasi sesuai dengan kriteria WHO sebagaibaku emas.Hasil. Dari 62 anak yang ikut dalam penelitian ini, ditemukan 48 anak dengan infeksisekunder dan 14 anak dengan infeksi primer. Kadar rerata IgG pada anak denganDBD baik syok maupun tidak lebih tinggi secara bermakna daripada demam dengue.Prevalensi infeksi sekunder adalah 77,4%. Cut off point paling baik dari rasio IgM/IgG sebagai prediktor infeksi sekunder adalah < 0,9 (sensitivitas 87,5%, spesifisitas92,9%, rasio kemungkinan 12,3). Prevalensi dari syok pada infeksi sekunder adalah16,7%. Cut off point paling baik dari rasio kadar IgG sebagai prediktor SSD padainfeksi sekunder adalah > 165,0 U/mL (sensitivitas 87,5%, spesifisitas 97,5%, rasiokemungkinan 35,0).Kesimpulan. Kadar rerata IgG pada DBD nonsyok dan DBD syok secara bermaknalebih tinggi daripada demam dengue. Rasio IgM/IgG < 0,9 dapat dipakai sebagaiprediktor infeksi sekunder dan kadar IgG > 165,0 U/mL dapat dipakai sebagai prediktorterjadinya syok pada infeksi sekunder.

Copyrights © 2006