Linguista: Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya
Vol 1, No 2 (2017)

Konflik batin dan perwatakan pada tokoh Ahmad Karaeng dalam novel “RINDU” karya Tere Liye: pendekatan psikologi

Rizky Ade Prayoga (Universitas PGRI Madiun)
Aris Wuryantoro (Universitas PGRI Madiun)



Article Info

Publish Date
29 Dec 2017

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan konflik batin dan perwatakan tokoh Ahmad Karaeng dalam novel Rindu karya Tere Liye dan (2) mendeskripsikan perwatakan tokoh Ahmad Karaeng dalam novel Rindu karya Tere Liye dengan pendekatan psikologi sastra. Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah penelitian dengan metode deskriptif kualitatif untuk memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai konflik batin dan perwatakan tokoh Ahmad Karaeng dalam novel “Rindu” karya Tere Liye. Penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan subjek penelitian novel “Rindu” karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika Penerbit tahun 2014. Objek penelitian ini adalah mengenai perwatakan tokoh utama, yaitu Ahmad Karaeng pada “Rindu” karya Tere Liye. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik baca dan catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif. Hasil penelitian: (1) perwatakan tokoh Ahmad Karaeng dalam novel Rindu karya Tere Liye meliputi: menerima takdir, pribadi yang selalu bersyukur, menaati perintah Allah, SWT., tobat, tawakal, adil terhadap diri sendiri, (g) gigih, (h) tidak mementingkan diri sendiri, sabar, ikhlas, tegar, optimis, lapang dada, ta’awun (selalu menolong orang lain), berkumpul dengan orang baik, memiliki solidaritas, menghargai orang lain, dan pemaaf. (2) Konflik batin pada tokoh Ahmad Karaeng dalam novel Rindu karya Tere Liye merupakan konflik internal, yaitu adanya perasaan pada Ahmad Karaeng bahwa dirinya adalah seorang yang munafik, ia dapat bersikap bijak di depan siapa pun namun hati dan pikirannya selalu menanyakan apakah ia setangguh kata-kata yang diucapkannya. Ia menyimpan perasaan bersalah dan mengaggap dirinya sebagai pengecut. Ahmad Karaeng sangat terpukul dengan masa lalu yang telah ia lewati. Ia sangat sedih telah kehilangan orang-orang yang sangat dicintai dan dihormatinya. Penyesalan terbesar Ahmad Karaeng pada kejadian itu adalah tidak dapat menyelamatkan orang-orang yang dekat padanya. Penyesalan itu sampai sekarang ia alami.

Copyrights © 2017