Majalah Ekonomi
Vol 18 No 2 (2014): Desember

KAJIAN CAPITAL FLIGHT DI INDONESIA

Bisma Arianto (Universitas PGRI Adi Buana Surabaya)



Article Info

Publish Date
10 Jan 2018

Abstract

Serangkaian pertemuan dan perundingan maupun perjanjian berskala global, berusaha merumuskan dan mewujudkan skema terbaik ataupun mendekati sempurna, untuk proses globalisasi, sembari tetap berpegang pada prinsip-prinsip keadilan. Negara Indonesia yang termasuk negara dunia ketiga, sering dipaksa menelan pil pahit, bahkan timbangan terkadang berat sebelah, globalisasi dengan pasar bebasnya hanya sebatas masalah yang datang dari negara maju ke negara belum maju. Dalam kurun waktu tertentu utang luar negeri (LN) pemerintah (public foreign debt) sudah menjadi salah satu sumber ancaman bagi stabilitas ekonomi makro, baik melalui tekanan defisit fiskal, ketimpangan distribusi sosial dalam APBN maupun tekanan atas cadangan devisa.Beberapa negara berkembang memiliki dana di luar negeri yang sebenarnya cukup untuk meng-offset utang-utang negara mereka. Di Indonesia, jika seluruh capital flight kembali ke dalam negeri, kalangan ekonom berpendapat bahwa pemerintah tidak lagi membutuhkan bantuan luar negeri, karena selama periode krisis 1997-1999 telah terjadi pelarian modal sekitar US$ 80 milyar. Sementara nilai komitmen bantuan IMF Indonesia untuk Indonesia hanya US$ 43 milyar dan pencairannya diangsur selama 5 tahun. Capital flight menimbulkan masalah, yaitu terhambatnya pertumbuhan ekonomi karena investasi yang seharusnya memiliki multiplier effect di dalam negeri justru dilakukan di luar negeri. Selain itu, keterbatasan dana mengurangi impor yang dapat dilakukan, yang berarti semakin sedikit pula marginal propensity to import (and to consume) dari masyarakat. Permasalahan lain yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan ekonomi adalah earning dan perolehan yang didapat dari investasi tersebut tidak di-repatriate sehingga menjadi perolehan di negara tempat berinvestasi. Secara makro, yang terjadi kemudian adalah keadaan negara yang default (tidak mampu membayar utangnya), sehingga sulit untuk mendapat pinjaman baru ketika pembiayaan dalam negeri tidak lagi cukup.Dalam mengantisipasi adanya capital flight di Indonesia adalah dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar dan atau suku bunga melalui operasi pasar terbuka dengan menerbitkan SBI oleh Bank Indonesia, mengendalikan fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing (khususnya US$) yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, mengendalikan laju peningkatan inflasi, dan mempertahankan cadangan devisa oleh otoritas moneter.

Copyrights © 2014