Kritik merupakan tindak tutur yang rawan mengancam muka. Oleh karena itu, diperlukan alat-alat kesantunan untuk menurunkan kadar ancaman tersebut. Artikel ini bermaksud mengkaji alat-alat kesantunan kritik dalam masyarakat Jawa Surabaya. Data dikumpulkan melalui Discourse Completion Test (DCT), yakni metode elisitasi yang wujudnya seperti kuesioner. DCT ini disebar kepada informan untuk mendapatkan pengisian. Pengisi DCT (informan) adalah para pegawai yang bekerja di lingkungan kantor pemerintah di wilayah Surabaya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam masyarakat Jawa Surabaya, khususnya di dalam ranah perkantoran, terdapat berbagai macam bentuk linguistik yang sering digunakan sebagai alat untukmemperlunak daya sengat kritik. Bentuk-bentuk linguistik tersebut di antaranya berupa modifier, penggunaan pasif bentuk di- untuk persona kedua, serta penggunaan pronomina persona pertama inklusif.
Copyrights © 2018