Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Vol 5, No 3 (2018): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

PERAN SEKOLAH DAN PERILAKU REMAJA (The Role of School and Behaviour of Adolescents )

Fitri Hajar Purnama (Program Studi Kesejahteraan sosial, FISIP - Universitas Padjadjaran)
Santoso Tri Raharjo (Pusat Studi Kewirausahaan Sosial, CSR & Pengembangan Masyarakat FISIP UNPAD Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP-UNPAD)



Article Info

Publish Date
30 Jan 2019

Abstract

ABSTRAK            Salah satu ciri perkembangan yang dialami oleh remaja adalah mulai menyukai lawan jenis. Menurut Santrock (2012) remaja adalah masa eksplorasi dan eksperimen seksual, masa fantasi dan realitas seksual, masa mengintegrasikan seksualitas ke dalam identitas seseorang. Identitas seksual ini mencakup ativitas, minat gaya perilaku dan indikasi yang mengarah pada orientasi seksual (entah individu itu memiliki ketertarikan pada jenis kelamin yang sama atau berbeda (buzwell & rosenthal, 1996). Oleh karena itu hal wajar jika seorang remaja mencoba untuk menunjukan identitas seksualnya ini dengan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Hal  yang menjadi ketidakwajaran adalah ketika mereka tampil dan berprilaku tetapi tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat Indonesia pada umumnya. Dampak negatifnya dari perilaku tersebut bisa mengarah kepada perilaku seksual pranikah yang mengakibatkan kehamilan atau mengidap penyakit kelamin. Sekolah tidak secara langsung mempengaruhi perilaku berpacaran pada siswa. Namun justru interaksi yang terjadi di sekolah inilah yang mempengaruhi para siswa terutama interaksinya bersama teman sebaya dan gurunya. Peran sekolah untuk menangani dampak negatif dari perilaku berpacaran diwakili oleh peran dari seorang Guru. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dampak negatif dari berpacaran adalah dengan menjalin hubungan yang baik antara guru dengan siswa sebagai strategi dalam mensosialisasikan nilai-nilai yang baik dan memberi pemahaman tentang perilaku berpacaran yang sehat. Sehingga dengan cara demikian bisa mengatasi dampak negatif dari perilaku berpacaran pada siswa dan membantu remaja dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya.ABSTRAK            Salah satu ciri perkembangan yang dialami oleh remaja adalah mulai menyukai lawan jenis. Menurut Santrock (2012) remaja adalah masa eksplorasi dan eksperimen seksual, masa fantasi dan realitas seksual, masa mengintegrasikan seksualitas ke dalam identitas seseorang. Identitas seksual ini mencakup ativitas, minat gaya perilaku dan indikasi yang mengarah pada orientasi seksual (entah individu itu memiliki ketertarikan pada jenis kelamin yang sama atau berbeda (buzwell & rosenthal, 1996). Oleh karena itu hal wajar jika seorang remaja mencoba untuk menunjukan identitas seksualnya ini dengan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Hal  yang menjadi ketidakwajaran adalah ketika mereka tampil dan berprilaku tetapi tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat Indonesia pada umumnya. Dampak negatifnya dari perilaku tersebut bisa mengarah kepada perilaku seksual pranikah yang mengakibatkan kehamilan atau mengidap penyakit kelamin. Sekolah tidak secara langsung mempengaruhi perilaku berpacaran pada siswa. Namun justru interaksi yang terjadi di sekolah inilah yang mempengaruhi para siswa terutama interaksinya bersama teman sebaya dan gurunya. Peran sekolah untuk menangani dampak negatif dari perilaku berpacaran diwakili oleh peran dari seorang Guru. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dampak negatif dari berpacaran adalah dengan menjalin hubungan yang baik antara guru dengan siswa sebagai strategi dalam mensosialisasikan nilai-nilai yang baik dan memberi pemahaman tentang perilaku berpacaran yang sehat. Sehingga dengan cara demikian bisa mengatasi dampak negatif dari perilaku berpacaran pada siswa dan membantu remaja dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya.

Copyrights © 2018