cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota cimahi,
Jawa barat
INDONESIA
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi merupakan media publikasi ilmiah di bidang farmasi yang terbit dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi menerima naskah publikasi yang berasal dari universitas, instansi pemerintahan, lembaga yang memiliki aktivitas dalam riset, ilmu pengetahuan dan teknologi. Naskah yang akan dimuat adalah hasil seleksi oleh peer review menggunakan sistem blind review dan telah disetujui oleh dewan editor, serta belum pernah dimuat dalam jurnal ilmiah yang lain.
Arjuna Subject : -
Articles 67 Documents
EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPT PUSKESMAS PUTER Skarayadi, Oskar; Sutarna, Titta Hartyana; Ambarsundari, Ambarsundari
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.086 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v5i1.84

Abstract

ABSTRAK Hipertensi  merupakan  tantangan  besar  di  Indonesia.  Di  Kota  Bandung  hipertensi  merupakan penyebab  kematian  terbanyak  yaitu  sebesar  23%  sesuai  data  dari  Dinas  Kesehatan  Kota  Bandung Tahun 2014 Hipertensi  merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada  pengukuran  berulang.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  biaya  medik  langsung  dan menganalisis obat antihipertensi yang cost-effective bagi pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas Puter  pada  Bulan  Oktober  sampai  Desember  2016  Penelitian  ini  merupakan  jenis  penelitian  non-eksperimental  dengan  rancangan  deskriptif.  Data  yang  diambil  merupakan  data  retrospektif  yang dilakukan di Puskesmas Puter berdasarkan data rekam medis pasien rawat jalan. Data yang diambil untuk  analisis  efektifitas  biaya  adalah  data  efektifitas  terapi  antihipertensi  dan  biaya  medik langsung.Metode  yang  digunakan  yaitu  metode  Cost-effectiveness  analysis  (CEA).    Efektivitas pengobatan pasien lansia umum adalah 50% dan pasien lansia prolanis adalah 96.67%. Didapatkan nilai  ACER  pasien  lansia  umum  adalah  Rp.60  dan  nilai  ACER  dari  pasien  lansia  prolanis  adalah Rp.632,7, sedangkan nilai ICERnya Rp. 124.965 Kata kunci  : Hipertensi, antihipertensi oral, efektivitas-biaya, UPT Puskesmas Puter
EFEK ANTILELAH EKSTRAK AIR MESOKARP SEMANGKA KUNING (Citrullus lanatus Thunb.) TANPA BIJI Adnyana, I Ketut; Arlinda, Nisrina Dita; Safitri, Dewi
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.23 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v2i2.27

Abstract

Buah semangka adalah buah yang sering dijumpai dan dikonsumsi. Akan tetapi, pada umumnya semangka hanya dikonsumsi daging buahnya saja, sedangkan kulit putihnya (mesokarp) seringkali hanya menjadi limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antilelah ekstrak air mesokarp semangka sehingga bisa dijadikan suplemen energi alami. Pengujian antilelah dilakukan dengan metode Weight-loaded Forced Swimming Test (WFST). Mencit Swiss Webster jantan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok uji yang diberikan ekstrak dosis 1 g/kg bb, kelompok uji ekstrak dosis 2 g/kg bb, dan kelompok pembanding yang diberi kafein dengan dosis 19,5 mg/kg bb. Ekstrak uji dan pembanding diberikan secara peroral selama 21 hari, sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan pembawa berupa suspensi CMC Na. Selanjutnya, waktu renang, kadar glukosa darah, asam laktat darah, bobot badan, dan glikogen hati serta otot ditentukan saat uji WFST. Ekstrak air mesokarp semangka dengan dosis 1 g/kg bb memiliki kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah (p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Sementara untuk dosis 2 g/kg bb memiliki kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah (p<0,01) dan glikogen hati (p<0,05), serta menurunkan produksi asam laktat (p<0,05), dibandingkan kelompok kontrol. Pemberian ekstrak  juga tidak memiliki efek terhadap bobot badan hewan uji. Pemberian ekstrak air mesokarp semangka dapat memperbaiki aktivitas dan beberapa parameter biokimia tubuh yang memiliki kaitan dengan kelelahan sehingga dapat digunakan sebagai suplemen antilelah alami.
PRODUKSI PENISILIN OLEH Penicillium chrysogenum L112 DENGAN VARIASI KECEPATAN AGITASI PADA FERMENTOR 1 L Rachman, Saadah D; Safari, Agus; Fazl, Fazli; Kamara, Dian S; Sidik, Abubakar; Udin, Linar Z; Ishmayana, Safri
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.492 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v4i2.59

Abstract

ABSTRAKPenisilin merupakan golongan antibiotika β-laktam yang memiliki nilai komersial tinggi karenadigunakan secara luas untuk memproduksi antibiotik semisintetik lain (amoksilin, ampisilin) sertamempunyai kemampuan mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Proses produksi penisilinpada skala industri dilakukan dalam skala besar memerlukan kondisi agitasi optimum. Penelitian inidilakukan untuk mengetahui pengaruh agitasi terhadap pembentukan penisilin dari Penicilliumchrysogenum L112, yang mempunyai aktivitas antibiotika tertinggi terhadap beberapa bakteri uji. P.chrysogenum L112 yang telah diregenerasi pada suhu 30°C selama 7 hari disuspensikan dengan airsuling steril. Suspensi ini diinokulasikan ke dalam media vegetasi sebanyak 2% (v/v). Selanjutnyadiaktivasi pada 120 rpm dan 28°C selama 60 jam. Hasil aktivasi diinokulasi ke dalam mediafermentasi sebanyak 10% (v/v), fermentasi menggunakan fermentor skala 1 L dengan kondisi pH 7,aerasi 1 vvm, suhu 28°C selama 240 jam. Kecepatan agitasi divariasikan pada 100, 150 dan 200 rpm.Setiap 24 jam dilakukan pengambilan contoh untuk keperluan analisa yang meliputi pengukuran pH,berat kering sel, uji aktivitas antibiotika dan konsentrasi glukosa. Hasil penelitian menunjukkanbahwa agitasi dan waktu inkubasi berpengaruh terhadap kemampuan Penicillium chrysogenum L112dalam menghasilkan penisilin. Setiap bakteri uji memberikan respon yang berbeda terhadap aktivitasantibiotika penisilin yang dihasilkan. Aktivitas antibiotika penisilin terbaik ditunjukkan pada agitasi150 rpm pada waktu inkubasi 192 jam dengan aktivitas penghambatan tertinggi terhadap Escherichiacoli dengan zona bening 37 mm.Kata Kunci: penisilin, antibiotika, Penicillium chrysogenum, fermentasiABSTRACTPenicillin refers to a group of β-lactam antibiotics with high commercial value because it is precursorfor semi synthetic antibiotics such as amoxicillin and ampicillin. It also has high antibacterialactivity. Penicillin production in industrial scale uses large fermentation reactor which requireoptimum agitation. The present study was conducted to investigate the effect of agitation speed onpenicillin production using Penicillium chrysogenum L112, which have high antibiotics activityagainst some bacteria. P. chrysogenum L112 which regenerated at 30°C for 7 days was suspendedwith distilled water. The suspension was inoculated to vegetation media to reach 2% (v/v) finalconcentration. It was then followed by activation at 28°C for 60 hours with 120 rpm agitation speed.The activated culture was inoculated to fermentation media to give 10% (v/v) final concentration in a1 L fermenter at pH 7 and 28°C, aeration of 1 vvm, for 240 hours. Agitation speed was varied at 100,150 and 200 rpm. Sample was collected every 24 hours and checked for its pH, dry cell weight, andantibiotics activity. The results of the present study indicate that agitation speed and time ofincubation affected the P. chrysogenum ability to produce penicillin. The crude extract showeddifferent effect when tested against different bacteria, which indicate different amount of penicillinproduced. The best antibiotics activity was found at 150 rpm agitation speed, incubation time of 192hours. The highest inhibition was found for Escherichia coli which showed 37 mm clear zone.Keywords: penicillin, antibiotics, Penicillium chrysogenum, fermentation
UJI AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe blossfeldiana Poelln.) pada Plasmodium falciparum 3D7 Hermanto, Faizal; Yun, Yenny Febriani; Aisyah, Lilis Siti; Saputra, Tri Reksa; Hakim, Arif Rahman; Ningsih, Ade Kania; Herlina, Tati; Julaeha, Euis; Zainuddin, Achmad; Supratman, Unang
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.62 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v2i2.18

Abstract

Malaria merupakan salah satu masalah serius yang dialami oleh beberapa negara tropis karena meningkatnya parasit malaria (Plasmodium) yang resisten terhadap obat-obat antimalaria. Oleh sebab itu perlu dicari obat antimalari baru, salah satunya tanaman cocor bebek (Kalanchoe blossfeldiana Poelln.) digunakan secara luas oleh masyarakat indonesia sebagai tanaman obat dan tanaman hias. Penelitian ini diawali dengan proses pembuatan ekstrak etanol daun cocor bebek menggunakan alat maserator dan etanol 96% sebagai pelarut. Plasmodium falciparum 3D7 yang akan digunakan dalam uji, terlebih dahulu dilakukan kultur sinambung sesuai metoda Trager and Jansen. P. falciparum  ditempatkan ke dalam lempeng sumur 24 masing-masing berisi 1 mL dengan tingkat  parasitemia ± 1% dalam medium RPHS. Diseluruh sumur, medium RPHS diganti dengan medium RPHS yang mengandung ekstrak etanol daun cocor bebek berbagai konsentrasi (1 sampai1x10-7 µg/mL).  Kultur diinkubasi selama 48 jam, setelah inkubasi parasit dipanen dan dibuat sediaan apusan darah tipis yang diberi pewarnaan Giemsa. Uji aktivitas antimalaria ditentukan dengan parasitemia, persen pertumbuhan dan hambatan parasit. Data dianalisis secara statistika menggunakan metode analisis probit untuk menghitung hambatan parasit sebesar 50% (IC50). Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol daun cocor bebek memiliki efek antimalaria dengan nilai IC50 sebesar 0,022 µg/mL.
FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR EKSTRAK DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq.) Yulianti, Rika; Nugraha, Damas Anjar; Nurdianti, Lusi
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.978 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v3i2.98

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan sabun mandi cair dengan zat aktif ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq) dengan berbagai variasi konsentrasi basis Virgin Coconut Oil (VCO). Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula sabun mandi cair ekstrak daun kumis kucing yang sesuai kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-4085-1996. Pengujian terhadap sediaan sabun mandi cair disesuaikan dengan syarat ketentuan SNI dengan beberapa tambahan, pengujian-pengujian tersebut meliputi organoleptik, pH, alkali bebas, bobot jenis, cemaran mikroba, viskositas, stabilitas busa, aktivitas antibakteri sediaan serta uji hedonik. Hasil menunjukan bahwa Formula III memenuhi syarat SNI ksementara untuk Formula I dan Formula II memenuhi syarat SNI kecuali pada pengujian bobot jenis. Pada pengujian aktivitas antibakteri, Formula I menghasilkan zona hambat sebesar 7 mm ± 0,25, Formula II menghasilkan zona hambat sebesar 7,2 mm ± 0,34, dan Formula III menghasilkan zona hambat sebesar7,9 mm ± 0,25, sementara untuk sediaan pembanding yaitu Nuvo® menghasilkan zona hambat sebesar 8,9 mm ± 0,20. Hasil akhir menunjukkan bahwa sediaan sabun mandi cair ekstrak daun kumis kucing yang paling baik secara kimia, fisika, mikrobiologi dan sesuai dengan SNI adalah Formula III. Kata kunci : Sabun mandi cair, kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq), VCO, zona hambat. ABSTRACT It has been researched on the formulation of liquid soap with active substances from leaf extract of kidney tea (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq) with various concentrations of Virgin Coconut Oil (VCO) base. The aim of this study was to create a liquid soap formula from extract leaves kidney tea that fulfill the criteria of Indonesian National Standard (SNI) 06-4085-1996. Tests on liquid soap dosage adapted to the requirements of SNI with some additional conditions, the tests were including: organoleptic, pH level, free alkali levels, specific gravity, microbial contamination, viscosity, foam stability, antibacterial activity as well as the preparation of hedonic test. Results showed that Formula III fulfill the SNI criterias, while Formula I and Formula II also fulfill the SNI criteria, except the specific gravity testing. In the antibacterial activity testing, Formula I showed the inhibition zone of 7 mm ± 0.25, Formula II of 7.2 mm ± 0.34, and Formula III of 7,9 mm ± 0.25, while for the comparative preparations Nuvo® showed of 8.9 mm ± 0.20. The final result showed that the most stable liquid soap extract kidney tea leaf either in chemistry, physics, microbiology properties and fulfilled the SNI criterias was Formula III. Keywords : liquid bath soap, kidney tea (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq), VCO, inhibition zone
EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA CECENDET (Physalis angulata L.) PADA KADAR PROTEINURIA HEWAN MODEL LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK Vikasari, Suci Nar; Sutjiatmo, Afifah Bambang; Sukandar, Elin Yulinah; Suryani, Suryani; Perdana, Puput Ayu
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.312 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v2i1.7

Abstract

Penderita lupus eritematosus sistemik menggunakan imunosupresan untuk mengurangi manifestasi klinik yang timbul, diantaranya adalah proteinuria.  Penelitian sebelumnya menunjukkan herba cecendet (Physalis angulata L.) mempunyai efek imunosupresan. Pristana merupakan senyawa yang dapat menginduksi lupus pada tikus. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efek ekstrak etanol herba cecendet terhadap proteinuria pada tikus Wistar yang diinduksi pristana.Pembuatan ekstrak etanol herba cecendet dilakukan menggunakan seperangkat alat Soxhlet. Pemodelan Lupus Eritematosus Sistemik dilakukan dengan induksi 0,5 mL pristana ip. Empat minggu setelah induksi pristana, ekstrak etanol herba cecendet dosis 50 dan 100 mg/kg bb diberikan selama6 minggu, dan sebagai pembanding digunakan Metilprednisolon1,4 mg/kg bb serta siklofosfamid35 mg/kg bb. Kadar protein dalam urin diukur pada setiap 3 minggu.Hasil uji proteinuria menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol herba cecendet dosis 50 mg/kg bb selama 6 minggu dapat menghambat kenaikan protein dalam urin dan berbeda jika dibandingkan kontrol (p<0,1), sedangkan ekstrak etanol herba cecendet dosis 100 mg/kg bb dapat menghambat kenaikan protein dalam urin meskipun tidak berbeda bermakna jika dibandingkan kontrol (p>0,1).Dapat disimpulkan bahwa dosis terbaik ekstrak etanol herba cecendet untuk menurunkan kadar proteinuria adalah 50 mg/kg bb.
PEMBENTUKAN DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS INKLUSI FENILBUTAZON DAN Β-SIKLODEKSTRIN DENGAN METODA CO-GRINDING Agustin, Rini; Lestari, Fathya Intan; Halim, Auzal
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1246.695 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v3i1.92

Abstract

ABSTRAK Fenilbutazon  merupakan obat Anti Inflamasi Non Steroid (NSAID) dan diklasifikasikan dalam kelas II dari biopharmaceutic classification systems (BSC) yang memiliki kelarutan rendah permeabilitas tinggi. Pembentukan kompleks inklusi merupakan salah satu metoda untuk meningkatkan kelarutan dan disolusi suatu zat dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi fenilbutazon dengan cara pembentukan kompleks inklusi fenilbutazon dengan β-siklodekstrin. Pembuatan kompleks inklusi dilakukan dengan  metoda co-grinding dengan variasi rasio molar 1:1, 2:1 dan 1:2. Interaksi padatan komplek inklusi dan campuran fisik dikarakterisasi dengan difraksi sinar X serbuk, spektrofotometri inframerah, Scanning Microscopy electron (SEM) dan Differential Thermal Analyzer (DTA). Uji disolusi dilakukan dengan mengacu pada uji disolusi USP apparatus II. Hasil karakterisasi kompleks inklusi menggunakan spektrofotometri inframerah, Scanning Microscopy electron (SEM) dan Differential Thermal Analyzer (DTA)  memperlihatkan adanya interaksi antara fenilbutazon dan β-siklodekstrin dan terbentuk komplek inklusi fenilbutazon-β-siklodekstrin. Hasil difraksi sinar-x menunjukkan bahwa pembentukan komplek inklusi fenilbutazon-β-siklodekstrin menurunkan derjat kristalinitas obat. Uji disolusi secara in vitro  menunjukkan terjadinya peningkatan laju disolusi komplek inklsi dibandingkan dengan fenilbutazon murni. Kata kunci : Fenilbutazon, β-siklodekstrin, Co-grinding, dan  kompleks inklusi. ABSTRACT Phenylbutazone is a Non-Steroid Anti-Inflammatory drugs (NSAID and classified  in class II of biopharmaceutic classification system (BSC) which has low solubility, high permeability. Formation of inclusion complexes is one method to increase the solubility and dissolution of a substance in the water. This study investigated improving of inclusion complex with B-cyclodextrin to solubility and dissolution rate of phenylbutazone. Inclusion complexes was made by co-grinding method in molar ratio 1: 1, 2: 1 and 1: 2. The solid state interaction inclusion complexes and physical mixture was evaluated by using X-raypowder diffraction, thermal DTA, and SEM. The dissolution studies were conducted in USP type II apparatus. The results characterization of inclusion complexes using infrared spectrophotometry, Scanning Electron Microscopy (SEM) and Differential Thermal Analyzer (DTA) showed that there was interaction between phenylbutazone and β-cyclodextrin, and inclusion complexes was formed. The results of x-ray diffraction showed that inclusion complex of β-cyclodextrin-phenylbutazon reduced the degrees of crystallinity of the drug. In vitro dissolution test showed inclusion complex in dissolution rate was higher than pure phenylbutazone. Key words   : Phenylbutazone, β- cyclodextrin, Co-grinding, and inclusion complex
PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis L) SEBAGAI BAHAN AKTIF PEMBUATAN SEDIAAN KRIM TABIR SURYA Sutarna, Titta Hartyana; Alatas, Fikri; Al Hakim, Nur Achsan
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.605 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v4i2.64

Abstract

ABSTRACTSenyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul lain adalah senyawa antioksidan. Daun teh hijau dikenal sebagai tanaman yang mengandung senyawa katekin. Senyawa katekin  diketahui merupakan antioksidan. Dari penelitian yang dilakukan, daun teh hijau diketahui memiliki IC50 sebesar 3,17µg/mL. Penelitian ini ditujukan untuk memanfaatkan daun teh hijau sebagai zat aktif dalam sediaan krim antioksidan. Dibuat 4 Formulasi sediaan krim antioksidan yaitu F0 yang berisi basis krim tanpa ekstrak daun teh hijau dan F1, F2 serta F3 yang masing-masing berisi 0,5%; 1% dan 5%. Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis, pengukuran pH, viskositas dan stabilitas antioksidan selama penyimpanan 28 hari. Hasil menunjukkan baik F0, F1, F2 maupun F3 tidak mengalami perubahan secara organoleptis, pengukuran pH dan viskositas dapat dikatakan stabil. Hasil pengukuran persen peredaman pada formulasi F0, F1,F2 dan F3 pada hari ke 28 menunjukkan nilai persen peredaman masing-masing yaitu 50,44%; 88,92%; 92,86%; 94,46%.  Kata Kunci: Camellia sinensis L, Ekstrak daun Teh Hijau, krim, antioksidan.
FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL DARI EKSTRAK ETANOL DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) DAN MADU HITAM (Apisdorsata) SEBAGAI ANTIOKSIDAN Sutarna, Titta H; Ngadeni, Ahmad; Anggiani, Resi
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.616 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v1i1.23

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan masker gelantioksidan yang mengandung ekstrakdaun teh hijau dan madu hitam. Penelitian diawali dengan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun teh hijau dengan metode reduksi radikal bebas larutan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil menggunakan spektrofotometri sinar tampak dan pengujian vitamin C pada madu hitam. Pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun teh hijau memberikan nilai IC50sebesar 3,17µg/mL. Madu hitam menunjukkan positif mengandung vitamin C setelah dilakukan identifikasi. Formulasi sediaan masker gel yang dibuat yaitu F0 (basis tanpa zat aktif), F1 (basis + konsentrasi ekstrak etanol daun teh hijau seharga IC50 (0,000317%)), F2 (basis + konsentrasi ekstrak etanol daun teh hijau seharga 50xIC50(0,0158%)), F3 (basis + konsentrasi ekstrak etanol daun teh hijau seharga 100xIC50(0,0317%)),, F4 (basis + konsentrasi ekstrak etanol daun teh hijau seharga IC50 + madu hitam 0,25%, F5 ( basis + konsentrasi ekstrak etanol daun teh hijau seharga IC50+ madu hitam 0,5%, F6 (basis + konsentrasi ekstrak etanol daun teh hijau seharga IC50+ madu hitam 1%. Evaluasi sediaan masker gel meliputi, pemeriksaan organoleptis dan homogenitas, pH,viskositas, waktu kering sediaan dan pengujian stabilitas antioksidan. F2 memberikan aktivitas peredaman radikal bebas yang baik dan lebih tinggi dari produk yang ada di pasaran. F4, F5, F6 menunjukkan peningkatan aktivitas peredaman radikal bebas.
EVALUASI PELAKSANAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) FARMASI KATEGORI LAMA WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD KOTA SALATIGA Karuniawati, Hidayah; Hapsari, Ika Gilar; Arum, Marwiani; Aurora, Adiva Tantyas; Wahyono, Nungky Asmaraning
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.911 KB) | DOI: 10.26874/kjif.v4i1.53

Abstract

ABSTRAK Salah satu standar pelayanan farmasi di rumah sakit adalah waktu tunggu. Waktu tunggu pelayanan obat adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat. Waktu tunggu berpengaruh pada kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit dengan jenis pelayanan farmasi kategori lama waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di RSUD Kota Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan  deskriptif (penelitian survey) terhadap pasien rawat  jalan  yang  menebus  resep  di  Instalasi Farmasi  RSUD Salatiga dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Waktu penelitian yaitu pada bulan Januari – Maret 2016. Dilakukan penghitungan waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat racikan kemudian dilakukan analisis terhadap kesesuaian dengan standar pelayanan minimal kategori lama waktu tunggu. Jumlah resep yang diteliti dalam penelitian ini sebanyak 225 resep dengan 78 resep obat racikan dan 147 merupakan resep obat jadi atau non racikan. Waktu tunggu rata-rata obat racikan adalah 9,18 menit dan rata-rata waktu tunggu obat jadi atau obat non racikan adalah 5,70 menit. Hal tersebut sudah sesuai dengan standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan oleh Kepmenkes No 129/ Menkes/SK/II/2008 tentang pelayanan resep baik obat jadi maupun obat racikan yaitu lama waktu tunggu obat jadi ≤30 menit dan obat racikan ≤60 menit , dan dari semua sampel yang diteliti tidak ada yang melebihi lama waktu tunggu seperti yang dipersyaratkan. Kata Kunci     : standar pelayanan minimal, waktu tunggu, obat jadi, obat racikan ABSTRACT One of the pharmaceutical care standard in hospital is waiting time. Waiting time is counted from patients give the prescription until get medicines in pharmacy department. Waiting time influences quality of health care and patients’ satisfy. This research is due to evaluate implementation of minimum health care standard at hospital categorize waiting time for concoction medicines and non concoction medicines in outpatients at RSUD Kota Salatiga. This is a non experimental experiment with descriptive design. Samples were collected with purposive sampling method. Research was done on January until March 2016. The numbers of samples are 225 prescriptions consist of 78 concoction medicines and 147 non concoction medicines. Result showed that the average of waiting time for concoction medicines was 9.18 minutes and the average of waiting time for non concoction medicines was 5.70 minutes. These were proper the regulation of Indonesian health ministry No 129/Menkes/SK/II/2008, which is for concoction medicines is less than or equal to 60 minutes and non concoction medicines is less than or equal to 30 minutes. All of the samples were proper to the regulation. Keywords: minimum health care standard, waiting time, concoction medicines, non concoction medicines