cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JLBG (Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi) (Journal of Environment and Geological Hazards)
ISSN : 20867794     EISSN : 25028804     DOI : -
Core Subject : Science, Social,
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi (JLBG) merupakan terbitan berkala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, yang terbit triwulan (tiga nomor) dalam setahun sejak tahun 2010. Bulan terbit setiap tahunnya adalah bulan April, Agustus dan Desember. JLBG telah terakreditasi LIPI dengan nomor akreditasi 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015.
Arjuna Subject : -
Articles 208 Documents
Evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan indeks konservasi di Sub DAS Cikapundung Hulu Provinsi Jawa Barat Gerry Andrika Rismana; Firmansyah Firmansyah
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 2, No 1 (2011)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3561.576 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v2i1.16

Abstract

SARIPemanfaatan ruang di Sub DAS Cikapundung Hulu saat ini menyebabkan terganggunya proses interaksi ekosistem dalam DAS, sehingga menurunkan tingkat kualitas daerah aliran sungai Cikapundung bagian hulu. Hal ini disebabkan oleh maraknya alih fungsi lahan di kawasan tersebut. Banyaknya perubahan tata guna lahan di Kawasan Sub DAS Cikapundung Hulu telah menimbulkan keraguan terhadap penerapan Rencana Pemanfaatan Ruang yang termuat dalam RT RW. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan ruang terhadap kondisi hidrologi atau fungsi konservasi Sub DAS Cikapundung Hulu, maka perlu dilakukan evaluasi pemanfaatan ruang di kawasan Sub DAS, terutama ditinjau dari indeks konservasi. Analisis indeks konservasi dilakukan dengan prinsip analisis neraca air. Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan lahan tahun 2009 telah menurunkan fungsi konservasi secara keseluruhan di Sub DAS Cikapundung Hulu. Dengan metode vegetatif dan rekayasa tekonologi, diharapkan mampu memperbaiki kondisi Sub DAS Cikapundung saat ini.Kata kunci: pemanfaatan ruang, indeks konservasi, neraca airABSTRACTSpace utilization of the upstream of Cikapundung currently has caused disruption of the interaction of ecosystems in the watershed, thereby reducing the level of quality of the watershed. This is mainly due to the rampant land conversion in the region. Number of changes in land use in the sub watershed area of the upstream of Cikapundung has caused hesitation on the implementation of Spatial Use Plan contained in the Regional Planning. To know the influence of land use to the hydrologic condition or conservation function around the watershed, it is necessary to evaluate the space utilization in the watershed, especially in terms of conservation index. The analysis of conservation index was carried out by by using the principle of water balance. From this analysis it is known that in 2009 the land use had lowered the overall function of conservation in sub-watershed of the upstream of Cikapundung. By using vegetative and engineering technology methods, are expected to improve the present condition of the sub watershed of the upstream of Cikapundung.Keywords: land use, conservation index, water balance
Rekonstruksi Run-Up Dan Kecepatan Tsunami Berdasarkan Data Endapan Tsunami Studi Kasus: Tsunami Mentawai 2010 Dan Tohoku Oki 2011 Purna Sulastya Putra
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 7, No 3 (2016)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2713.441 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v7i3.105

Abstract

ABSTRAKTulisan ini bermaksud menguji sebuah metode sederhana perhitungan run-up dan kecepatan tsunami yang dimodifikasi oleh Srisutam dari metode yang sudah ada. Dasar modifikasi ini adalah jarak maksimum pengendapan sedimen oleh run-up tsunami dihitung dari plot nilai rata-rata besar butir terhadap jarak untuk setiap lapisan, dengan asumsi ukuran besar butir mengecil ke arah darat. Perhitungan dengan metode hasil modifikasi ini dengan studi kasus tsunami Mentawai 2010 (di Tumalei) dan Tohoku Oki 2011 (di Yunuki), menunjukkan hasil yang melebihi hasil pengukuran di lapangan. Hasil perhitungan kecepatan rata-rata run-up tsunami pada lintasan Yunuki adalah 5,67 m/s, sedangkan di lintasan Tumalei maksimal mencapai 1,86 m/s. Lereng di Yunuki yang lebih landai dibandingkan di Tumalei, mungkin berpengaruh terhadap kecepatan run-up yang lebih besar dan daerah yang tergenang lebih jauh. Tinggi runup tsunami Tohoku Oki 2011 di Yunuki hasil perhitungan adalah 5,75 m, berada di kisaran tinggi run-up hasil survei yang mencapai maksimal 20 m. Namun, jarak genangan hasil perhitungan (11,76 km) dua kali lipat lebih jauh dari jarak genangan hasil pengukuran (4,8 km). Sementara itu, hasil perhitungan tinggi run-up di Tumalei adalah 14,27 m, lebih dari dua kali hasil perhitungan di lapangan (6 m). Jarak genangan hasil perhitungan di Tumalei adalah 1,19 km, hampir sepuluh kali hasil pengukuran yang hanya 136 m. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa metode Srisutam ini menggunakan asumsi yang terlalu sederhana, sehingga dihasilkan perhitungan yang tidak sesuai dengan hasil pengukuran. Secara umum, nilai rata-rata besar butir endapan tsunami memang menghalus ke arah daratan. Namun, variasi lokal (misalnya mikrotopografi) di sepanjang lintasan akan berpengaruh terhadap distribusi besar butir, dan pada akhirnya akan memengaruhi hasil perhitungan metode Srisutam. Metode ini masih memerlukan pengembangan lebih lanjut untuk bisa diaplikasikan dalam studi paleotsunami.Kata kunci: endapan tsunami, kecepatan tsunami, run-up, rekonstruksiABSTRACTThis paper is to examine a simple model of calculating tsunami run-up and velocity developed by Srisutam. This simple model is the result of the modification of an existing model. The idea of this modification is that the maximum distance of sediment deposition by tsunami run-up is calculated from the plot of mean grain size with the distance for every layer, with the assumption that the grain size of the deposit decreases landward along the transect. Bu using the data from the 2010 Mentawai tsunami and the 2011 Tohoku Oki tsunamis as the case study, the result of the calculation by using this simple model is overestimated. The calculated tsunami mean run-up velocity in Yunuki is 5.67 m/s, meanwhile in Tumalei is 1.86 m/s. The slope of the transect in Yunuki is very gentle compared to Tumalei, that may have an effect to the tsunami run-up that resulted the higher velocity and longer inundation distance. The calculated run-up height in Yunuki (5.75 m) is in the range of measured run-up height which is up to 20 m. However, the calculated inundation distance (11.76 km) is more than twice the measured inundation distance (4.8 km). The calculated run-up height in Tumalei is 14.27 m, which is more than twice the measured height (6 m). The calculated inundation distance in Tumalei is 1.19 km, almost ten times of the measured distance. The results of this calculation show that the assumption used in this Srisutam method is too simple and it results inaccurate calculation. In general, mean grain size of the tsunami deposit is fining landward. However, local variation (i.e. microtopography) along the transect may affect the grain size distribution, and finally will affect the model calculation. This method still needs further development to be applied in paleotsunami studies.Keywords: tsunami deposit, tsunami velocity, run-up, reconstruction
Studi Pengaruh Letusan Abu Vulkanik Gunung Marapi di Sumatra Barat Tanggal 3 Agustus 2011 Terhadap Hasil Pengukuran Gas SO2 dan Partikel (Pm10 Dan Tsp) di Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang Agusta Kurniawan
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 6, No 3 (2015)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3771.166 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v6i3.84

Abstract

ABSTRAKMakalah ini bertujuan memberi gambaran tentang perlunya sinergi dan harmonisasi antar sektor dalam perencanaan dan pengelolaan tata ruang. Studi kasus dilakukan di kawasan Dieng Plateau menggunakan metode pendekatan survei lapangan dan analisis. Tekanan populasi di kawasan ini telah menyebabkan terjadinya tekanan lahan yang memicu peningkatan aktivitas di sektor pertanian, khususnya komoditas kentang. Aktivitas tersebut disertai dengan pemanfaatan pupuk organik maupun anorganik untuk meningkatkan produktivitas. Hasil analisis lima dari enam sampel air sumur di sekitar lokasi studi menunjukkan kadar nitrat dan COD (Chemical Oxygen Demand) yang tinggi. Tingginya kadar nitrat dan COD dalam air sumur memberikan indikasi yang cukup kuat yaitu telah terjadi kontaminasi air akibat aktivitas pertanian. Oleh karena itu, untuk mencapai kesinambungan sumber daya di Dieng Plateau, maka perlu adanya sinergi dan harmonisai antarsektor, khususnya sektor sumber daya air dan lahan.Kata kunci: COD, Dieng Plateau, nitrat, produktivitas pertanianABSTRACTThis paper aims to provide an overview of the need for the synergy and harmonize between sectosr in the spatial planning and its management. The case study was conducted in Dieng Plateau using the method of survey and analytical approach. The population pressure influenced the land pressure in this location. It has triggered the increase of agricultural activities, particularly in potato commodities. Its activities use organic and inorganic fertilizers to improve productivity. The analysis result of five of six water samples taken from the shallow dug well around the Dieng Plateau showed the high concentration of nitrate and COD (Chemical Oxygen Demand). High concentration of nitrate and COD in water sample provides a strong enough indication that water contamination occurred as a result of the agricultural activities. Therefore, in order to achieve sustainability of resources in the Dieng Plateau, hence the synergy and harmony between sectors are needed, especially water and land resources sectors.Keywords: COD, Dieng Plateau, nitrate, agricultural activitie
Desain cut slope chart untuk evaluasi kestabilan lereng di atas badan jalan. Studi Kasus: Cinona, Cisalak dan Cijengkol, Kabupaten Bandung Barat , Jawa Barat Arifan Jaya Syahbana; Adrin Tohari; Eko Soebowo; Dwi Sarah; Khori Sugianti
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 4, No 1 (2013)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2552.226 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v4i1.49

Abstract

ABSTRAKTopografi daerah Jawa Barat didominasi oleh perbukitan yang menyebabkan sering terjadinya peristiwa tanah longsor pada lereng potongan di atas badan jalan, terutama pada musim hujan. Banyaknya frekuensi bencana longsor di atas badan jalan telah menimbulkan kerugian fisik akibat kerusakan jalan dan kerugian ekonomi  akibat terputusnya jalur transportasi. Untuk mengurangi kejadian bencana longsor di atas badan jalan, diperlukan pengetahuan tentang desain potongan lereng yang stabil berdasarkan kondisi sifat fisik, hidrologis dan keteknikan tanah setempat yang dapat dicapai dengan penyusunan desain chart lereng potongan (cut slope chart) yang tepat. Tulisan ini bertujuan untuk menghasilkan chart kestabilan lereng kupasan jalan dengan studi kasus di daerah Cinona, Cisalak, dan Cijengkol, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Metode penelitian yang dilakukan adalah investigasi geoteknik terdiri dari uji CPT dan bor tangan pada lereng-lereng tanah residual vulkanik, pengujian laboratorium sifat fisik, hidrologis, kuat geser tanah residual pemodelan numerik infiltrasi air hujan dan kestabilan lereng. Hasil penelitian menunjukkan chart kestabilan lereng kupasan pada badan jalan di lokasi penelitian mempunyai kecenderungan yang sama dimana angka aman menurun seiring dengan bertambahnya kejenuhan tanah lereng dan kemiringan lereng. Kemiringan lereng yang baik adalah tidak melebihi 45°. Hasil studi ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap desain lereng kupasan badan jalan yang tepat untuk dapat mengurangi berbagai kerugian ekonomis dan korban jiwa akibat longsor.Kata kunci: badan jalan, cut slope chart, kestabilan lereng, tanah longsorABSTRACTThe topography of West Java is dominated by hills where many slope failures frequently take place on the road cut slopes particularly during the rainy season. The frequent road cut slope failures had caused physical and economical losses due to the disruption of transportation. In order to mitigate the events of slope failures above the roadway, it is important to understand the stable slope cut design based on the in situ physical, hydrological and engineering properties which can be achieved by composing the design cut slope chart. This paper aims to construct a cut slope chart for case study of Cinona, Cisalak, dan Cijengkol, West Bandung Regency, West Java. The methods employed in this study were geotechnical investigation consisted of Cone Penetration Test (CPT) and hand boring carried out  in the volcanic residual soil slopes, geotechnical laboratory analysis to obtain the physical, hydrological and shear strength properties of the residual soil and numerical modelling of coupling rain water infiltration and slope stability analyses. The results show that the cut slope charts for the road cut slopes in the study area show similar tendency of decreasing factor of safety along with the increasing slope saturation and inclination. The favorable slope inclination is not exceeding 45°. This study shall contribute to the appropriate design of road cut slope to minimalize economic loss and casualties due to landslides/slope failures.Keywords: road, cut slope chart, slope stability, landslide/slope failure
Karakteristik Fisik Tanah Longsoran di Jalur Transek Liwa-Bukit Kemuning, Lampung Barat Asep Mulyono; Prahara Iqbal
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2044.141 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v6i1.72

Abstract

ABSTRAKJalur transek Liwa–Bukit Kemuning merupakan akses jalan utama menuju beberapa wilayah di Sumatra Selatan, Bengkulu, dan wilayah lainnya di Sumatra. Longsor di lereng sepanjang jalur ini sering terjadi yang mengakibatkan jalan terputus. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran titik potensi longsoran dan mengetahui karakteristik fisik tanah di zona longsoran. Identifikasi ini diharapkan dapat menambah data kebencanaan daerah serta rekomendasi guna peningkatan kewaspadaan terhadap bencana longsoran di sepanjang jalur lintas barat. Longsoran pada jalur transek Liwa-Bukit Kemuning teramati sebanyak empat titik lokasi dan yang berpotensi untuk terjadi longsoran teramati sebanyak dua puluh sembilan titik lokasi. Longsoran terjadi pada Formasi Hulusimpang sebanyak satu lokasi, pada Formasi Ranau sebanyak satu lokasi, dan dua lokasi pada Formasi Gunung Api Kuarter. Karakteristik tanah di jalur transek Liwa-Bukit Kemuning menunjukkan tingkat kompresibilitas pasir halus dan plastisitas tanah lanau yang tinggi dan tergolong pada pasir halus diatomae serta lanau anorganik dengan batas plastis lebih dari 50%. Jenis tanah di daerah ini sangat umum berupa hasil pelapukan material vulkanik dan endapan abu vulkanik. Tipe tanah tersebut rentan terhadap kenaikan tekanan air pori dan perubahan sifat fisik sebagai penyebab faktor utama pemicu terjadinya longsoran.Untuk mengurangi terjadinya longsoran di jalur transek Liwa-Bukit Kemuning diperlukan perbaikan pada proses pemotongan lereng jalan agar lebih landai, penanaman tanaman penutup tanah untuk mengurangi erosi dan jaringan drainase serta mengoptimalkan bronjong atau dinding penahan lereng.Kata Kunci: Longsoran, pemetaan, Jalur transek Liwa – Kemuning, Sumatra.ABSTRACTLiwa-Bukit Kemuning transect road is an access point to some regions in Sumatra main roads such as South Sumatra, Bengkulu, and other regions located in Sumatra. Landslide occurrence on the slopes along the roads often resulted in access disconnecting. This study aims to map the distribution of landslide potential and knowing the soil/rock landslide zone physical properties. This identification is expected to add the disaster data/information and public awareness along the roads. Landslide events at the Liwa - Bukit Kemuning transect road are observed in four locations and there are twenty nine potential locations. Landslide occured in one location at Hulusimpang Formation, one location at Ranau Formation, and two locations at Quaternary Volcanic Formation. The characteristics of the Liwa-Bukit Kemuning transect road soil indicates the level of high soil compressibility and plasticity. This soil is classified as diatomaceous fine sand and inorganic silt with plastic limit of more than 50%. The type of soil in this area is very common as the result of weathering volcanic material and deposition of volcanic ash. The soil types are prone to rise in pore water pressure and changes in physical properties as the main factor for triggering the occurrence of landslide. Efforts to reduce the occurrence of landslide at the Liwa-Bukit Kemuning transect road are gentle slope cutting, planting cover crops to reduce erosion and to optimize the gabion or retaining wall.Keywords: Landslide, mapping, Liwa - Kemuning transect road, Sumatra.
Prakiraan bahaya letusan Gunung Api Ijen Jawa Timur Akhmad Zaennudin; Deden Wahyudin; Mamay Sumardi; E. Kusdinar
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 3, No 2 (2012)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1033.326 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v3i2.40

Abstract

ABSTRAKGunung Ijen di ujung timur Pulau Jawa, merupakan salah satu gunung api yang mempunyai danau kawah di puncaknya dengan ukuran kawah 600x900 m, Ijen menjadi salah satu objek wisata menarik di Jawa Timur. Selain pemandangan yang indah, kawah Ijen menjanjikan belerang yang berlimpah. Tak heran kalau Kawah Ijen selalu ramai dikunjungi wisatawan dan para penambang belerang. Seperti gunung api lainnya Ijen juga sewaktu-waktu dapat menimbulkan bahaya bagi para pengunjung dan masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Ijen. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengurangi risiko yang mungkin terjadi, diperlukan mitigasi bencana melalui prakiraan bahaya gunung api berupa kajian ilmiah untuk mengetahui karakteristik vulkanisme gunung api tersebut. Kajian ini didasarkan pada sifat alamiah gunung api melalui telaahan data geologi, geofi sika, dan geokimia serta data terkait lainnya secara komprehensif dan terintegrasi. Telaahan data tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran karakteristik erupsi gunung Ijen sebagai acuan dalam menentukan jenis potensi ancaman bahayanya. Berdasarkan hasil analisis produk erupsi Gunung Ijen pada masa lampau dan interpretasi sejarah geologi, Gunung Ijen sering meletus hebat. Oleh karena itu, perlu diantisipasi bila gunung api tersebut meletus kembali. Disamping volume air danau kawah yang cukup besar dan sangat asam, juga kemungkinan dapat terjadi awan panas bercampur air danau yang tumpah memasuki sungai-sungai yang berhulu di danau kawah. Bila ini terjadi maka akan menjadi lahar letusan yang lebih berbahaya karena selain panas juga bersifat asam. Kuatnya alterasi di daerah lereng bagian atas dan dinding sekitar kawah dapat menyebabkan kegagalan lereng (sector failure) maka bila terjadi erupsi besar dapat memicu terjadinya longsoran puing vulkanik (“volcanic debris avalanche”).Kata kunci: Prakiraan, Bahaya Letusan, Ijen, Jawa TimurABSTRACTMt. Ijen in the eastern tip of Java Island, is a volcano that has a crater lake on its summit. Its crater lake which is about 600 X 900 m in size, Ijen becomes an interesting tourists attraction in East Java. Apart from having a beautiful scenery, Ijen crater produces promissing abundant of sulphur deposits. No wonder that the crater of Ijen is always crowded by tourists and sulphur miners. As well as other volcanoes, may at any time can cause hazards to the visitors and the people who live around the volcano. Th erefore, to prevent and reduce the risks that may occur, a mitigation effort through a volcanic hazard assessment in the form of scientific study to determine the characteristics of volcanism of the volcano is required. This study is based on the nature of the volcano through an integrated research of geological, geophysical, geochemical and other relevant data comprehensively. The data study is hoped can ilustrate the characteristics of Ijen eruption as a reference in determining the kind of potential hazard threat. Based on analysis results of previous eruption products of Ijen volcano and interpretation of its geologic history, this volcano erupted frequently. Therefore, future eruption of this volcano should be anticipated. Apart from the large volume and high acidity of the lake water, the possibility of the occurrence of pyroclastic fl ows mixed up with the lake water spills into the rivers originating from the crater lake may take place. When this matter happens, an eruption lahars may occur and it would be more dangerous because the lahars not only hot but it is also very acid. The strong alteration in the upper slopes and walls around the crater may cause slope failure (sector failure), then if a large eruption occurs it can trigger a volcanic debris avalanche.Keywords: Hazard assessment, eruption, Ijen, East Java 
Potensi terjadinya hujan asam di Kota Bandung Bethy C. Matahelumual
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 1, No 2 (2010)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1054.929 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v1i2.6

Abstract

SARIHujan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Air laut dan sebagian air di daratan menguap membentuk uap air yang terangkat dan terbawa angin di atmosfer, kemudian mengembun dan akhirnya jatuh ke daratan atau laut sebagai air hujan. Hujan secara alami bersifat asam dengan pH < 6, tetapi hujan dengan pH di bawah 5,6 didefinisikan sebagai hujan asam. Hujan asam dapat disebabkan secara alamiah, misalnya oleh emisi gas gunung api dan aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, dan pabrik pengolahan pupuk untuk pertanian terutama amonia. Hujan asam dapat menyebabkan pohon dan bangunan menjadi lebih rapuh, dan merusak patung tembaga di kota Bandung. Pada bulan Desember 2008 sampai dengan Juli 2009 telah dilakukan pengambilan contoh air hujan pada 8 lokasi Penakar Hujan, yaitu Pos Pengamatan Gunung Api (Pos PGA) Gunung Tangkubanparahu, Balitsa Lembang, Cihideung, Pusat Lingkungan Geologi, PT. Safilindo, Cikalong, Gunung Malabar, dan Buah Batu. Analisis kualitas air hujan mengacu pada Standard Methods dan Standar Nasional Indonesia, sedangkan kualitas air minum mengacu pada Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Hasil analisis fisika-kimia menunjukkan kadar unsur-unsur seperti kesadahan, besi, mangan, natrium, klorida, sulfat, nitrit, nitrat, dan zat padat terlarut dari percontoh air hujan lebih kecil dari standar air minum, kekeruhan, warna, dan amonium, mempunyai kadar tinggi di beberapa lokasi penakar hujan, sedangkan hujan asam terjadi pada bulan Desember 2009 dan April 2010 dengan nilai pH rendah < 5,6.Kata Kunci: Air, hujan, asamABSTRACTRain is part of hydrological cycle. Sea water and surface water on land evaporate to the atmosphere forming water vapor, then it condensates and finally fall on to sea or land as rain. Rain is naturally acid with pH < 6, but rain with pH lower than 5.6 is defined as acid rain. Acid rain is caused by human activities like industries, power plant, vehicles and factory processing of agriculture fertilizer especially ammonia. Acid rain can cause vegetation and buildings become more brittle, and the damage of copper statue in Bandung town. Since December 2008 until Juli 2009 samples of rain water had been taken (collected) from 8 rain gauge stations namely Tangkubanparahu volcano observatory, Balitsa Lembang, Cihideung,Center for Environmental Geology, PT. Safilindo, Cikalong, G. Malabar and Buah Batu. The analysis of rain water quality was based on Standard Methods and National standard of Indonesia, while drinking water quality is based on the Decree issued by Minister for Public Health Republic of Indonesia. The result of physical and chemical analysis show low concentration of substances such as iron, manganese, sodium, chloride, sulfate, nitrite, nitrate, and total solid dissolved of rain water sample is smaller than drinking water standard, cloudiness, color, and ammonium have high concentration in some rain gauges stations, meanwhile acid rain that occurred in December 2009 and April 2010 have low pH value < 5.6.Keywords: water, rain, acid
STRATIGRAFI ENDAPAN TSUNAMI KRAKATAU 1883 DI DAERAH LIMUS, PANTAI BARAT TELUK SEMANGKO, LAMPUNG Purna Sulastya Putra; Eko Yulianto
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.602 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v7i1.93

Abstract

ABSTRAKPenelitian stratigrafi dan sedimentologi endapan Krakatau 1883 dilakukan di daerah Limus di pantai barat Teluk Semangko, Lampung. Berdasarkan analisis stratigrafi terhadap dua belas percontoh inti yang diambil pada rendahan di antara pematang (swale) 1, stratigrafi endapan letusan Gunung Krakatau tahun 1883 di daerah penelitian dapat dibagi menjadi: endapan pasir pada bagian bawah, endapan abu gunung api pada bagian tengah, serta endapan batu apung pada bagian atas. Berdasarkan hasil analisis besar butir, foraminifera, dan mineralogi, endapan-endapan tersebut diidentifikasi sebagai endapan tsunami dan diklasifikasikan menjadi:1) fasies pasir endapan tsunami; 2) fasies abu gunung api batuapungan yang mengalami pengangkutan oleh tsunami; dan 3) fasies batu apung yang mengalami pengangkutan oleh tsunami. Rekaman stratigrafi yang didapatkan di lapangan memang tidak selengkap stratigrafi hipotetik yang disusun dari catatan sejarah. Meskipun demikian, rekaman stratigrafi yang dikombinasikan dengan catatan sejarah dapat digunakan untuk merekonstruksi kejadian erupsi dan tsunami tahun 1883 di daerah penelitian.Kata kunci: catatan sejarah, Krakatau 1883, stratigrafi, tsunami,, ,Teluk SemangkoABSTRACTA research was conducted on the sedimentology and stratigraphy of the 1883 Krakatau eruption and tsunami in Limus area in the western coast of Semangko Bay, Lampung. Based on the stratigraphy of the twelve cores taken from the swale 1, the 1883 Krakatau deposits in the researched area can be divided into: sand layer in the bottom, ash layer in the middle, and pumice layer in the top of the stratigraphy. Based on the grain size, foraminifera, and mineralogy analysis, these deposits are identified as tsunami deposits and can be classified as: 1) tsunami sand deposit facies; 2) tsunami reworked of pumiceous ash facies, and: 3) tsunami reworked of pumice facies. The field stratigraphy records were not as complete as the hypothetical stratigraphy. Nonetheless, the stratigraphy records when combined with the historical record can be used to reconstruct the eruption and tsunami during the paroxysmal eruption of the 1883 Krakatau event.Keywords: historical record, stratigraphy, Krakatau 1883, tsunami,, ,Semangko Bay
Proses hidrogeokimia pengontrol salinitas air tanah tidak tertekan di utara Cekungan Air Tanah Jakarta Taat Setiawan
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 5, No 1 (2014)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3608.711 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v5i1.63

Abstract

ABSTRAKAnalisis fasies air tanah dan diagram bivariat berbagai parameter hidrokimia sangat bermanfaat untuk mengetahui proses-proses yang mengontrol salinitas air tanah tidak tertekan di utara Cekungan Air Tanah Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan fasies air tanah tidak tertekan terutama dipengaruhi oleh proses-proses hidrogeokimia berupa pencucian air tanah oleh perkolasi air hujan, tukar kation, dan penyusupan air laut. Pada Endapan Pematang Pantai (Qbr), pencucian air tanah oleh perkolasi air hujan berlangsungrelatif cepat disertai oleh tukar kation antara ion Ca2+ dan Mg2+ oleh ion Na+, sehingga air tanah didominasi oleh fasies Ca-HCO3, Mg-HCO3, dan Na-HCO3 dengan karakter air bersifat tawar hingga sedikit asin. Pada Endapan Aluvial (Qa), pencucian air tanah oleh perkolasi air hujan dan proses tukar kation antara ion Ca2+ dan Mg2+ oleh ion Na+ berlangsung relatif lambat sehingga air tanah didominasi oleh fasies Na-HCO3 dan Na-Cl dengan karakter air bersifat sedikit asin hingga asin. Pada daerah pantai, beberapa lokasi menunjukkan adanya indikasi penyusupan air laut.Kata kunci: pencucian air tanah, tukar kation, penyusupan air laut, JakartaABSTRACTGroundwater facies and bivariate analysis of various hydrochemistry parameters were very useful to know the processes that control the groundwater salinity at the northern part of Jakarta Groundwater Basin. The results show that the formation of groundwater facies mainly influenced by hydrogeochemical processes such as groundwater leaching due to rainwater percolation, cation exchange, and seawater intrusion. At the Beach Ridge Deposits (Qbr), groundwater leaching process due to rainwater percolation was relatively fast accompanied by cation exchange between Ca2+ and Mg2+ ions replaced by Na+ ions. The groundwater was dominated by Ca-HCO3, Mg-HCO3 facies and Na-HCO3 with fresh to slightly saline character. On Alluvial Deposits (Qa), the groundwater leaching process by rainwater percolation and cation exchange between Ca2+ and Mg2+ ions replaced by Na+ ions was relatively slow, so that the groundwater was dominated by Na-HCO3 facies and Na-Cl with slightly to moderately saline characters. In areas which are relatively close to the coast, some of them show the presence of seawater intrusion.Keywords: groundwater leaching, cation exchange, seawater intrusion, Jakarta
Simulasi aliran bahan rombakan di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan Sumaryono Sumaryono; Yunara Dasa Triyana
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 2, No 3 (2011)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2320.637 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v2i3.31

Abstract

SARIAliran bahan rombakan (debris flow) adalah fenomena di mana percampuran air, lumpur, dan kerikil mengalir dengan kecepatan tinggi. Karena aliran debris flow memiliki viskositas dan kecepatan yang tinggi, maka bersifat sangat merusak karena mengangkut material yang dilalui di sepanjang sungai sehingga volume dan energinya semakin meningkat dan dapat merusak rumah, jembatan, dan infrastruktur, dan mengakibatkan korban jiwa. Simulasi numerik penting untuk memastikan bahwa bangunan penahan bekerja secara efisien sebelum dilaksanakan pekerjaan konstruksi seperti dam sabo. Makalah ini menyajikan simulasi numerik dua dimensi dengan menggunakan Kanako, GUI dilengkapi simulator aliran debris, yang memungkinkan visualisasi dengan baik dan mudah. Kanako (ver. 2.0) diterapkan pada studi kasus di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, Indonesia. Simulasi diuji dalam berbagai kondisi termasuk kasus tanpa dam sabo dan dengan dam sabo seri. Hasil simulasi menunjukkan jika tidak ada dam sabo di Kampung Paragang, Lengkese, dan Raulo berpotensi terlanda debris flow. Over flow dan debris flow dapat ditanggulangi dengan 4 seri dam sabo tipe celah.Kata kunci: aliran bahan rombakan, pencegahan efektif, simulasi numerik, dam saboABSTRACTDebris flow is a phenomenon in which a mixture of large quantities of water, mud, and gravel flows down stream in high speed. Due to its high density and velocity, debris flow is very devastating, it carries along every things on its path that increases its volume and energy, hence it can destroy settlements, bridges, infrastructures as well as loss of lives. Numerical simulation is important to ensure that retaining construction works efficiently before sabo dam is built. This paper presents two-dimensional numerical simulations of a debris flow using Kanako, a user-friendly GUI-equipped with debris flow simulator that allows good visualization and easy explanation. Kanako (Ver. 2.0) was applied as to a case study at Bawakaraeng Mountain, south Sulawesi, Indonesia. Simulations were tested in various conditions with and without sabo dams including sabo dam series. The simulation results showed that without sabo dams, Paragang, Lengkese and Raulo are potentially affected by debris flow. Slit sabo dam of 4 series type is the most appropriate construction from being affected by over flow and debris flow.Keywords: debris flow, effective countermeasure, numerical simulation, sabo dam

Page 1 of 21 | Total Record : 208