cover
Contact Name
Herpin Nopiandi Khurosan
Contact Email
herpinnk@lecturer.undip.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
nusa@live.undip.ac.id
Editorial Address
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, S.H., Tel/Fax 024-76480619 pst 34/ 024-76480619
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 0216535X     EISSN : 25979558     DOI : -
Jurnal NUSA adalah jurnal nasional terakreditasi Sinta Kemristekdikti yang diterbitkan oleh Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, jurnal NUSA menerima dan memuat artikel mengenai Sastra Indonesia, Kajian Bahasa, Linguistik Teoritis, Linguistik Terapan, Sastra Daerah. Dalam satu tahun Jurnal Nusa terbit 4 kali, yaitu Mei dan November.
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 2: Mei 2018" : 15 Documents clear
Penyusunan Kalimat Studi Kasus Mahasiswa Darma Siswa Universitas Diponegoro Sri Puji Astuti
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.24 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.190-200

Abstract

AbstractThe purpose of darma students come to Indonesia was to learn the language and culture of Indonesia. In the context of Indonesian disrup students of darma students are still experiencing difficulties because Indonesian is a foreign language for them. The purpose of this research is to describe the error of composing sentence of darma students of Diponegoro University in 2017. Samples taken in this research was darma students. This research focuses on language errors, especially writing skills. This research is a qualitative descriptive study. The data source of this research is the writings of advanced students of Diponegoro University in 2017. Data collection used purposive sampling technique. Data analysis was conducted by identifying sentence errors and then classifies by mistake. The result of the research showed that the errors found are the use of affixes, the use of conjunctions and prepositions, the arrangement of sentences is too long, the sentence structure is incomplete, the improper use of diction, the errors of spelling, and the use of the word redundant.IntisariTujuan mahasiswa darma siswa datang ke Indonesia yaitu belajar bahasa dan budaya Indonesia. Dalam mempelajari bahasa Indonesia diduga mahasiswa darma siswa masih megalami kesulitan karena bahasa Indonesia merupakan bahasa asing bagi mereka. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan penyusunan kalimat  mahasiswa darma siswa Universitas Diponegoro tahun 2017. Sampel yang diambil dalam penelitian ini mahasiswa darma siswa tingkat lanjut. Penelitian ini memfoluskan  pada kesalahan berbahasa terutama keterampilan menulis. Penelitian ini merupakan  penelitian  deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini berupa tulisan mahasiswa darma siswa Universitas Diponegoro tingkat lanjut tahun 2017. Pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi kesalahan kalimat kemudian mengklasifikasikan berdasarkan kesalahanmya. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa kesalahan yang ditemukan yaitu kesalahan pemakaian afiks, pemakaian konjungsi dan preposisi, susunan kalimat terlalu panjang, struktur kalimat tidak lengkap, pemakaian diksi yang kurang tepat, kesalahan pemakaian  ejaan, dan pemakaian kata mubazir
Nasib Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia dalam Pandangan dan Sikap Bahasa Generasi Muda Jawa Suharyo, Suharyo
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.42 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.244-255

Abstract

Abstract This study aims to reveal the fate of the Java language on the one hand and the Indonesian language on the other hand through the selection and defense of language (Indonesia and Java) by the younger generation. How young people choose language as a means of expression in the realm of house and the realm of friendship. (A) determining the location and population and sample, (b) questionnaire distribution to a number of respondents who were then analyzed qualitatively and quantitatively, (c) nonparticipant observation in the daily life of the younger generation, (d) structured interviews and depth using snowball method which then analyzed qualitatively. The population of this research is the entire younger generation of Javanese who live in Central Java. The target population of this study is the younger generation of the various regions who live in Solo, Boyolali, Pekalongan, and Tegal, while the sample was selected randomly. The result shows that (1) the younger generation of Java uses more BI (Bahasa Indonesia) than Javanese (BJ) both in the home and friendship, (2) the young generation of Java will use 100% BI when someday have a spouse, (3) the younger generation of Java has a negative attitude towards BJ, being ignorant of BI, and not proud of BI, (4) the younger generation is more familiar with the vocabulary such as downloads, stakeholders, gadgets, than in BI, and (5) estimated BJ (especially manners) in the next 2 or 3 generations will be abandoned by the younger generation of Java. Intisari Penelitian ini bertujuan mengungkap nasib bahasa bahasa Jawa di satu sisi dan bahasa Indonesia di sisi lain melalui  pemilihan dan pemertahanan bahasa (Indonesia dan Jawa) oleh generasi muda. Bagiamana kaum muda memilih bahasa sebagai alat ekspresinya pada ranah rumah dan ranah persahabatan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan (a) menentukan lokasi dan  populasi  serta sampel, (b) penyebaran angket ke sejumlah responden yang kemudian dianalisis secara kualitatif dan  kuantitatif, (c) observasi nonpartisipan pada kehidupan sehari-hari generasi muda, (d) wawancara terstruktur dan mendalam dengan menggunakan metode snowball yang kemudian dianalaisis secara kualitatif. Populasi penelitin ini adalah seluruh generasi muda Jawa yang tingal di Jawa Tengah. Adapun populasi sasaran penelitian ini adalah generasi muda dari berbagai daerah yang tinggal di Solo, Boyolali, Pekalongan, dan Tegal, sedangkan sampel dipilih secara acak.  Hasilnya menunjukkan bahwa (1) generasi muda Jawa lebih banyak mengunakan BI (Bahasa Indonesia) daripada bahasa Jawa (BJ) baik pada ranah rumah maupun persahabatan, (2) generasi muda Jawa akan menggunakan 100 % BI ketika kelak memiliki pasangan hidup, (3) generasi muda Jawa memiliki sikap negatif terhadap BJ, bersikap abai terhadap BI, dan tidak bangga terhadap BI, (4) generasi muda lebih familiar terhadap kosakata-kokata seperti download, stakeholder, gadget, daripada padan katanya dalam BI, dan (5) diperkirakan BJ (terutama ragam krama) pada 2 atau 3 generasi mendatang akan ditinggalkan oleh  generasi muda Jawa.
Metaforis dalam Lirik Lagu Populer Bertemakan Percintaan Hermintoyo, Muhamad
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.124 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.291-300

Abstract

AbstractThe lyrics of the song are like the poetry of an aesthetic element that builds them as intrinsic elements, such as diction, rhyme, images and rhetorical means. In the hands of creative authors will create an interesting private diction diction and bring up beautiful metaphors. Song lyrics are created based on the author's emotional expression both from personal experience and see around him as the object of his creation. One of the most widely made is the lyrics of the song with the theme of romance, both ranging from approach / introduction, romantic seduction to the sadness left by her lover. This article discusses the metaphorical phrases in the lyrics of popular songs with the study of aesthetics, the elements that build the lyrics and their meaning. IntisariLirik lagu tak ubahnya seperti puisi ada unsur estetis yang membangunnya berupa  unsur intrinsiknya, seperti diksi, rima , imaji dan sarana retorika. Di tangan pengarang yang kreatif akan memunculkan diksi private symbol yang menarik dan memunculkan metafor-metafor yang indah. Lirik lagu diciptakan berdasar ekspresi emosional pengarangnya  baik dari pengalaman pribadi maupun melihat di sekitarnya sebagai objek penciptaannya. Salah satu yang paling banyak dibuat adalah lirik lagu yang bertemakan percintaan, baik mulai dari pendekatan/pengenalan, rayuan romantisnya sampai pada kesedihan ditinggal kekasihnya. Artikel ini membahas kalimat-kalimat metaforis dalam lirik lagu populer dengan kajian estetikanya, yaitu unsur yang membangun lirik dan maknanya.
Bahasa Sunda sebagai Bahasa Ibu di Provinsi Jawa Tengah: Studi Data Sensus Penduduk 2010 Suyanto Suyanto
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.362 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.201-212

Abstract

AbstractCentral Java Province is a speech community of Javanese language, but Sundanese language as a mother tongue in residents the Central Java area bordering with West Java. Because of Central Java as a speech community the Javanese langage, it’s as one subject of local content in this region. For residents who speak Sundanese as mothertongue, this is a difficulty in itself. It is important for us to discuss. This paper aims to analyze the use of Sundanese as a mother tongue and its implications in language teaching policy in the Province of Central Java. The data in this study were collected by literature study technique with data source, that is,TheCitizenship, Ethnicity, Religion, and Every day language Indonesia Population: Result of Population Census2010. Data analysis using statistics descriptive and descriptive qualitative.Data from the 2010 Population Census shows that 578,164 people of Central Java (age 5 and above) use Sundanese as the mother tongue of a total of 29,671,375. The number of Sundanese speakers in Central Java is spread across 14 districts in two districts, namely Brebes and Cilacap. The presence of Sundanese speakers in Central Java is due to two factors: 1) migration factors and 2) non-migration factors. Number of Sundanese speakers due to migration factor 109,428 and non-migration factors amounted to 468,736.IntisariProvinsi Jawa Tengah merupakan masyarakat tutur bahasa Jawa, namun penduduk di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat menggunakanan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari (bahasa ibu). Karena Jawa Tengah sebagai masyaratakat tutur bahasa Jawa, maka bahasa Jawa sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal di wilayah ini. Bagi penduduk yang berbahasa ibu bahasa Sunda, hal ini merupakan kesulitan tersendiri. Karena itulah, hal ini penting untuk kita diskusikan. Paper ini bertujuan menganalisis pemakaian bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari (bahasa ibu) dan implikasinya dalam kebijakan pengajaran bahasa daerah di Provinsi Jawa Tengah. Data dalam studi ini dikumpulkan dengan teknik studi pustaka dengan sumber dataKewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Sensus Penduduk2010. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan deskriptif kualitatif.Data hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa578.164 jiwa penduduk Jawa Tengah (umur 5 tahun ke atas) menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dari total 29.671.375. Jumlah penutur bahasa Sunda di Jawa Tengah tersebar di 14 kecamatan dalam dua kabupaten, yakni Brebes dan Cilacap. Keberadaan penutur bahasa Sunda di Jawa Tengah karena dua faktor yaitu 1) faktor migrasi, dan 2) faktor non-migrasi. Jumlah penutur bahasa Sunda karena faktor migrasi 109.428 jiwa. Sementara itu, jumlah penutur bahasa Sunda karena faktor non-migrasi sebesar 468.736 jiwa. 
Revitalisasi Seni Budaya Wayang melalui Tayangan Televisi Agus Maladi Irianto
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 13, No 2: Mei 2018
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.927 KB) | DOI: 10.14710/nusa.13.2.256-264

Abstract

AbstractThe development of traditional art is the development of artistic values and art appreciation in order to increase the artist and community's friendship. Ideally the arts as part of the national culture derive its meaning in terms of understanding and appreciation of cultural values. Therefore, to improve the resilience of the nation's culture, then the national development needs to be dotted from the efforts of art development that can give birth to "cultural value-added". Artistic gifts (local and national) are essentially necessary, because they are rooted in the culture of society. However, it is possible for decomposition, reconstruction, recoreography, renovation, revitalization, refunctionalization, along with improvisations with various ornaments. This is where local art becomes cultural property and socio-cultural "capital" of society. For this reason, a strategy is needed so that regional art can be placed as a means of creating a nation's cultural resilience. One of them is to revitalize the art of wayang culture through television shows. IntisariPengembangan kesenian tradisonal adalah pembangunan nilai-nilai seni dan apresiasi seni demi meningkatkan kemartabatan seniman dan masyarakat. Idealnya kesenian sebagai bagian dari kebudayaan nasional memperoleh maknanya dalam kaitan dengan pemahaman dan apresiasi nilai-nilai kultural. Oleh karena itu, untuk  meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka pembangunan nasional perlu bertitik-tolak dari upaya-upaya pengembangan kesenian yang mampu melahirkan “nilai-tambah kultural”. Pakem-pakem kesenian (lokal dan nasional) pada dasarnya tetap diperlukan, karena ia berakar dalam budaya masyarakat. Akan tetapi, ia dimungkinkan untuk dekomposisi, rekonstruksi, rekoreografi, renovasi, revitalisasi, refungsionalisasi, disertai improvisasi dengan aneka hiasan. Di sinilah kesenian daerah menjadi kekayaan budaya dan “modal sosial-kultural” masyarakat. Untuk itulah,diperlukan sebuah strategi agar kesenian daerah dapat ditempatkan sebagai sarana menciptakan ketahanan budaya suatu bangsa. Salah satu di antaranya adalah dengan melakukan revitalitasi seni budaya wayang  melalui tayangan televisi

Page 2 of 2 | Total Record : 15