cover
Contact Name
Misbahul Munir
Contact Email
munirmisbahul1990@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltalimuna@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Ta`Limuna : Jurnal Pendidikan Islam
ISSN : 20852975     EISSN : 26229889     DOI : -
Core Subject : Education,
TA`LIMUNA Journal of Islamic Education ISSN 2622-9889 (Print) and ISSN 2085-2975 (Online) is a journal published twice a year by STAI Ma’had Aly Al Hikam Malang. This journal emphasizes aspects related to Islamic Education, with special reference to applied research in Islamic education that can be focused on the components of learning including curriculum, methods, models, psychology, thought and several issues of Islamic education and its problems.
Arjuna Subject : -
Articles 105 Documents
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN KEHIDUPAN SOSIAL SANTRI Muh. Rodhi Zamzami
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 6, No 1 (2017): edisi Maret
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.126 KB) | DOI: 10.32478/talimuna.v6i1.191

Abstract

Pesantren merupakan lembaga pendidikan asli Indonesia, sejak sebelum masa penjajahan pesantren sudah menjadi lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Pesantren memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, pesantren ikut andil dalam kemerdekaan, mengusir penjajah. Pesantren juga berperan dalam pembangunan Negara Indonesia, terutama dalam bidang non fisik yaitu pendidikan. Pesantren membangun mental bangsa Indonesia untuk selalu berpegang teguh menjaga warisan bangsa, budaya dan karakter bangsa Indonesia. Tidak sedikit kearifan budaya lokal, dan kearifan sosial yang ada di Indonesia sudah selaras dengan ajaran-ajaran Islam. Sikap saling menghormati, menghargai, dan memahami antar sesama, rendah, diri, dan hidup sederhana, sudah menjadi tradisi bangsa Indonesia, yang semua itu selalu ditekankan dan diajarkan di pesantren. Semua tradisi sosial pesantren adalah bentuk gambaran masyarakat Indonesia, sehingga struktur sosial antara masyarakat pesantren, dan masyarakat umum diluar pesantren tidak jauh berbeda.
AKTUALISASI MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS MADRASAH M. Sahibuddin M. Sahibuddin
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 4, No 2 (2015): edisi SEPTEMBER
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.402 KB) | DOI: 10.32478/ta.v4i2.120

Abstract

Execution conception of Islamic education marked with an institute, madrasah used to face several problems which relate to how education quality reached and fostered. It can be said that problems emerge in unexpected conditions such as poor of curriculum plan, inappropriate building management, environmental work that is not conducive, the problem of management that procedure and system are not in accordance, time learning allocation, and human resources, represent the unqualified education. Here, quality improvement management is viewed as a must. This article initiates in how problems solved and intentionally describes only how madrasah based quality improvement management is actualized through idiographic approach with an analyst of SWOT.
PENDIDIKAN ISLAM DAN KESADARAN PLURALISME Afif Syaiful Mahmudin
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 7, No 1 (2018): edisi MARET
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (749.554 KB) | DOI: 10.32478/ta.v7i1.146

Abstract

Islam menurut mayoritas pemeluknya adalah agama holistik. Islam tidak hanya diartikan sebagai agama tauhid belaka, melainkan ajaran yang menyangkut semua aspek kehidupan, agama publik, pluralisme agama tidak sekedar persoalan mengakomodasi klaim-klaim kebenaran agama dalam wilayah pribadi, tetapi juga persoalan kebijakan publik di mana pemimpin muslim harus mengakui dan melindungi kebebasan beragama, tidak hanya intra-umat Islam, tetapi antar-agama dan agama penutup yang mengajarkan ketuhanan dan kemanusiaan, termasuk di dalamnya persoalan pluralisme. Pluralisme adalah sesuatu terlahir dari dalil ajaran ketuhanan. Akal menyimpulkan bahwa jika keesaan hanya milik Allah, maka selain-Nya tidak layak untuk menyandangnya yang berarti selain Allah adalah pluralitas. Kemajemukan serta keberagaman dalam hal agama, tradisi, kesenian, kebudayaan, cara hidup, dan pandangan nilai yang di anut oleh kelompok etnis masyarakat Indonesia. Pada satu sisi, keberagaman dan kemajemukan ini bagi Indonesia bisa menjadi kekuatan yang positif dan konstruktif. Pada sisi lain, akan menjadi kekuatan yang negatif dan destruktif apabila tidak di arahkan dengan positif
PENERAPAN REWARD AND PUNISHMENT DALAM TEORI BELAJAR BEHAVIORISME Muh. Rodhi Zamzami
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 4, No 1 (2015): edisi MARET
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.629 KB) | DOI: 10.32478/ta.v4i1.111

Abstract

Behaviorism learning theory has a doctrine that human or animal psychology can be accurately studied only through the examination and analysis of objectively observable and quantifiable behavioral events, in contrast with subjective mental states. In this theory have characteristic at reinforcement on individual behavior, the actualization of reinforcement in behaviorism often use the model of reward and punishment method to give reinforcer on student behavior. The issues were I write in this article, many teachers mistook in use the practice of reward and punishment at reinforcement. Many teachers interpret on the reinforcement practice often by punishment (negative reinforce). The truth reinforcement isn't rewarding and punishment, but it’s the shape to make behavior on a student without the violence. Such, many educators regard as the punishment in learning is still the effective method. The enforcement of the shape the student behavior not must by punishment and reward, but use the continuous stimulus.
RELEVANSI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN PEMBARUAN SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN Yusuf Agung Subekti
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 3, No 1 (2014): edisi MARET
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.772 KB) | DOI: 10.32478/ta.v3i1.101

Abstract

National Education System passed by in June 11, 2003, and entered into force in July 8, 2003, had the alignment toward existing Islamic education, pesantren. Since the modernization of Islamic education system in Indonesia was launched, actually that was influenced by both the Western and the Middle Eastern. There was less number of the like the Moslem boarding school could survive. Many classical Islamic boarding schools variously changed. Some totally evicted by the modern education system and other adopted any methodology of the modern education system. The last received very limited changes of modernization to survive. They changed by revising the system and methods. This article views National Education System as a reference in developing the Islamic education, pesantren as its renewal covers discrimination abolishment on education and justifies the relevance.
PENDIDIKAN PESANTREN (Sarana Efektif Internalisasi Nilai Syari’ah) Zaenu Zuhdi
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 2, No 1 (2013): edisi MARET
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1384.906 KB) | DOI: 10.32478/ta.v2i1.137

Abstract

Terdapat dua peran penting agama di lingkungan pesantren yang sangat signifikan untuk dikembangkan, yakni: Peran directive system dan divensive system. Yang pertama, agama ditempatkan sebagai referensi utama proses perubahan, yang kedua agama ditempatkan sebagai supreme morality yang memberikan landasan dan kekuatan etik-spiritual bagi masyarakat pesantren ketika mereka berdialektika menuju proses perubahan. Dengan dua peran diatas, agama tidak bisa lagi dipandang sebagai penghambat perubahan seperti dalam filsafat materialisme, bahwa agama adalah candu masyarakat (religion is opium), tetapi sebaliknya agama justru menjadi daya dorong yang luar biasa bagi terciptanya  perubahan masa depan pesanten beserta umatnya menuju masyarakat yang konstruktif dan humanistik. Kemampuan merespon problem kehidupan sehari hari. Karenanya aktualisasi nilai-nilai agama diharapkan mampu menembus tradisi perilaku keseharian (amaliyah diniyah, afectif religousness), tidak sekedar terpaku pada memahami serta mengerti pelajaran agama semata (tafhim al-aqliyah al-ilmiyah kognitif akademik).
MEMBANGUN PENDIDIKAN ISLAM (Upaya Humanisasi Aqidah Melalui jalur formal) Anwar Sa’dullah
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 1, No 1 (2012): edisi MARET
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.561 KB) | DOI: 10.32478/ta.v1i1.128

Abstract

Tujuan Pendidikan Islam yaitu mempersiapkan manusia seutuhnya, manusia yang sempurna secara dzahir dan batinnya, memiliki ketakwaan hakiki dihadapan Allah SWT, dan mengimplementasikan ketakwaanya dalam perilaku sehari-hari. Untuk itu perlu menempatkan aqidah keimanan pada peserta didik akan eksistensi kehadiran Allah SWT. sebagai kesadaran kemanusiaan dalam kemasan ilmu pengetahuan dan praktek pengalaman. Pengalaman spiritual ketuhanan seperti di atas perlu dijadikan kerangka dasar dalam pendidikan, agar mampu menjadi benteng penghalang kejahatan sosial, perilaku anarkis, dsb. Al-quran Hadits sebagai sumber rujukan Aqidah yang selama ini dipahami hanya berkutat disekitar wilayah kalam, dan teologi tentang ke-esa-an Tuhan melalui ucapan lesan, perlu segera direkonstruksi lebih mendalam melalui penanaman kesadaran aqidah keimanan agar semakin diyakini dalam hati di kedepankan dalam amal kehidupan sehari-hari. Sehingga pengalaman yakin pada wujud dan mengadanya Allah SWT. menjadi pengalaman manusia tentang Ketuhanan yang tidak bisa direduksi oleh apapun.
PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KEMAJEMUKAN Kamilus Zaman
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 7, No 2 (2018): edisi SEPTEMBER
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.688 KB) | DOI: 10.32478/talimuna.v7i2.179

Abstract

Guru agama seharusnya menjadikan peserta didik menjadi yang berperadaban, berbudaya, berakhlak, berkarakter, ala Indonesia. dengan menjunjung tinggi nilai-nilai al-qur’an, dan pancasila, menghargai kemajmukan, suku, agama ras, sesuai dengan ajaran Islam yang dibawa Oleh Nabi Muhammad SAW, yang membangun Kota Yastrib menjadi kota Madinah yang didalamnya juga bermajmuk. Sebagai upaya Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Kemajemukan , disini lembaga harus mencoba mengembangkan dan merekontruksi kembali kurikulum Pemerintah dari yang sentralisasi menjadi Desentralisasi, agar Tujuan Pendidikan Agama Islam di lembaga tersebut tercapai, Untuk merealisasikannya Maka:1). Pengembangan kurikulum PAI: pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat berarti: (1) kegiatan menghasilkan kurikulum PAI; atau (2) proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik; dan/atau (3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan penyempur¬naan kurikulum PAI. 2). Langkah-Langkah dalam Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Kemajemukan, dari berbagai Aspek: (1) aspek Tujuan: Menjaga akidah dan ketakwaan peserta didik. 2) Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama. 3) Mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif dan inovatif. 4) Menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari didalam masyarakat. Dengan demikian bukan hanya mengajarkan pengetahuan secara teori semata tetapi juga untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial). 5) Nasionalis 6) Membentuk Pribadi Muslim (2)  Aspek Materi: Memperluas/menambah indikator,  Muatan lokal, konten pelajarannya tidak harus sejarah tentang perang dan kesenjangan antara Islam dan non Islam, yang diajarkan karya Tokoh-Tokoh Nusantara. Materi yang disajikan hendaknya lebih  bersifat fungsional (3) Aspek Lembaga: Lembaga Pendidikan Agama Islam harus toleran terhadap kemajemukan siswa baik Ras, Suku bahkan Agama.
PEREMPUAN DALAM MINORITAS PENDIDIKAN Handoko Ja’far
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 4, No 2 (2015): edisi SEPTEMBER
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.528 KB) | DOI: 10.32478/ta.v4i2.116

Abstract

Maxim, al-um madrasatun that mother is precisely a female, who considered has an important role in educating her children confirms that education and female are like a coin, it can’t be separated each other. In a history of Islam, the involvement of prophet’s wives as an inspiration demonstrated the truth of their role. Unlike female education in the early Islam, in which education acquisition was the same portion for both male and female as it is justified in prophetic saying. Nowadays, come along with the end of Islamic golden age, the opportunity for female education is intentionally limited by the legality of fiqh and stereotype reason, genital. This article presents the contrast of female education in two different eras with its inequality chance and the trouble with.
REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM Syamsul Rijal
Ta`Limuna: Jurnal Pendidikan Islam Vol 3, No 2 (2014): edisi SEPTEMBER
Publisher : STAI Ma'had Aly Al-Hikam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.883 KB) | DOI: 10.32478/ta.v3i2.107

Abstract

Islamic reform movement with all its pattern, whether conservative, reformist, secular, and the fundamentalists have serious implications on the creation of educational reform. Of reform in the education sector would require a strategy and a container for the achievement of reform in Islamic education. This article investigates the weakness and lameness of Islamic education system which has been implemented is caused by several factors , such as an unpreparedness of the Islamic world in preparing the process of precipitation as an alternative system of Islamic education that is dynamic and adaptable toward the demands of the new world, and the inability of the Islamic world in reading and anticipating the world development .

Page 2 of 11 | Total Record : 105