cover
Contact Name
Harry Octavianus Sofian
Contact Email
harry.octavianus@kemdikbud.go.id
Phone
-
Journal Mail Official
harry.octavianus@kemdikbud.go.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
AMERTA
ISSN : 02151324     EISSN : 25498908     DOI : -
AMERTA Journal of Archeology Research and Development publish and issued by Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (the National Research Centre of Archaeology) - Agency of Research and Development - Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia, publish since 1985. AMERTA is an open access journal without any charge during article processing. AMERTA presents original articles about knowledge and information of the results of the latest research and development in the archeology and related sciences, such as chemistry, biology, geology, paleontology, and anthropology, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 35 No. 1 (2017)" : 9 Documents clear
Binatang-Binatang Totem Pada Seni Cadas Prasejarah di Sulawesi Selatan. Yosua Adrian Pasaribu; R. Cecep Eka Permana
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v35i1.16

Abstract

Penelitian ini merupakan penerapan metode kuantitatif Sauvet dkk. (2009) untuk menunjukkan konteks budaya penggambaran motif binatang pada kawasan seni cadas berdasarkan statistik frekuensi dan persebarannya dalam kawasan. Data statistik pada kawasan-kawasan seni cadas etnografi menurut metode tersebut menunjukkan konteks budaya totemisme, shamanisme, dan kehidupan sehari-hari. Data penelitian ini adalah 86 gambar yang terdiri dari 17 motif binatang pada 10 gua di Kabupaten Maros, 13 gua di Kabupaten Pangkep, dan dua gua di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode kuantitatif Sauvet dkk. (2009) dapat digunakan pada kawasan seni cadas prasejarah Sulawesi Selatan. Penerapan metode tersebut menunjukkan bahwa penggambaran motif binatang pada kawasan seni cadas prasejarah di Sulawesi Selatan menunjukkan konteks budaya totemisme.
Osteobiografi individu nomor 38 dari Situs Prasejarah Gilimanuk. Ashwin Prayudi; Rusyad Adi Suriyanto
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v35i1.139

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempresentasikan osteobiografi seorang individu yang berasal dari situs kubur masa Paleolitik Gilimanuk, Bali. Material yang dipergunakan adalah individu nomor 38 yang disimpan pada Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi, Universitas Gadjah Mada. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis makroskopis, tanpa menggunakan proses destruktif.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa individu nomor 38 memiliki jenis kelamin perempuan dengan umur sekitar 50 tahun ketika individu ini meninggal. Selain itu, individu ini memiliki beberapa gangguan kesehatan diantaranya atrisi gigi pada seluruh permukaan giginya, trauma pada molar pertama maxilla kiri,  salah satu rusuk kanan patah ketika masih hidup dan telah tersambung dengan baik, adanya kemungkinan parturisi, adanya degenerasi persendian temporomandibular atau porositas yang terdapat pada fossa mandibularis. Adanya osteopit dan porositas pada beberapa bagian tulang seperti pada ossa carpi, ossa tarsi,  ruas tulang belakang, dan keberadaan eburnasi atau kilapan pada bagian talus yang dapat diidentikkan dengan gejala osteoarthritis.
Tipologi dan makna tinggalan megalitik di pesisir pantai utara kabupaten Jayapura. Erlin Novita idje Djami
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v35i1.189

Abstract

Abstract, Findings megalithic remains on the northern coastal regency of Jayapura are many and varied forms. The existence of such a symbol of cultural life of Papuans, and very interesting to reveal about the function and meaning contained in it. Findings megalithic remains on the northern coastal regency of Jayapura is in the form of stone seats, menhirs and statues menhir, stone crock, stone tajaho, stone ancestors, stone yenda epiwai and stone permen, stone sukun, stone encloser, habipain stove, and stone somda. These findings are functioning as, seating, media ceremony, proof of ownership of indigenous territories, markings history, deliberation place, place tells a story, symbol ancestors, and historical evidence. The meaning of the megalithic remains are describe the various forms of cultural character of the nation. 
Kebijakan penguasa dalam pelestarian Bangunan keagamaan pada masa pemerintahan rakai watukura dyaḥ Balitung (898-910 m.) Yogi Pradana
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v35i1.235

Abstract

Abstract, POLICY OF THE AUTHORITIES IN THE PRESERVATION OF RELIGIOUS BUILDINGS DURING THE REIGN OF RAKAI WATUKURA DYAḤ BALITUNG (898-910 AD). This article discusses the policy of the authorities during the reign of King Balitung of Ancient Mataram Kingdom or Mḍang in 898-910 AD. The policy that discusses in this studywasshapes of preservation of religious buildings fromlate 9th century until early 10th century Old Javanese inscriptions. The aim of this case was to provide information on the shape of preservation of religious buildings in the past. The method used in this study was inductive reasoning with descriptive-analytic approach. This method was applied to the inscriptions of the time of King Balitung that containing sīma determination with regard to religious buildings to generate shapes of conservation policy of religious buildings. This study led to the conclusion that the authorities in the form of policies to preserve religious buildings at the time of King Balitung among others the construction, maintenance and gifts for religious buildings. Keywords: preservation, balitung, religious buildings, shapes
Konsep Zonasi Pulau Penyengat: Sebuah Alternatif Wiwin Djuwita S. Ramelan; Osrifoel Oesman; Gatot Ghautama; Supratikno Rahardjo; Prio Widiono
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/amt.v35i1.237

Abstract

Abstract. Zoning Concept of Pulau Penyengat: An Alternative. Pulau Penyengat in the Province of Riau Islands could considered as the only region that has an intact cultural heritage buildings with Malay colour characteristic. Pulau Penyengat is an island of 3.5 km². There are dozens of buildings and structures whose functions can still be identified and there are at least 16 which are still intact but neglected. The existence of these remains convinced us that the center of Malay culture is in Riau region. This study is to discuss the concept of zoning at each sites in Pulau Penyengat that can be used as reference when the island is designated as heritage area. Important values embodied in the cultural heritage is also studied. This multidisciplinary study uses qualitative approach. Data is obtained through field observation, identification of cultural heritage, indepth-interviews, focused group discussion (FGD), and zoning delineation for each site. The data is analyzed through architectural, historical, cultural, development zoning, and law analysis. The result of this study is concept of zoning for all sites in the region of Pulau Penyengat.  Pulau Penyengat di Provinsi Kepulauan Riau dapat dikatakan satu-satunya wilayah yang memiliki peninggalan budaya bangunan yang masih utuh dengan ciri warna kemelayuan. Pulau Penyengat berupa pulau seluas 3,5 km². Di dalamnya terdapat puluhan bangunan dan struktur yang masih dapat diidentifikasikan fungsinya dan sekurang-kurangnya ada 16 yang masih utuh meskipun tidak terurus. Keberadaan peninggalan tersebut itulah yang meyakinkan kita bahwa kebudayaan Melayu berpusat di wilayah Riau. Studi ini berkenaan dengan pembahasan konsep zonasi pada masing-masing situs di Pulau Penyengat yang dapat dijadikan acuan apabila ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Selain itu, digali nilai-nilai penting yang terkandung pada warisan budayanya. Dalam studi multidisiplin ini digunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui observasi lapangan, identifikasi cagar budaya, indepth-interview, focused group discussion (FGD), dan delineasi untuk zonasi setiap situs. Data tersebut dikaji melalui analisis arsitektural, sejarah, budaya, pengembangan zonasi, dan hukum. Studi ini menghasilkan sebuah konsep zonasi semua situs di Kawasan Pulau Penyengat.
Cover Amerta Volume 35, Nomor 1, Tahun 2017 Redaksi Puslit Arkenas
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Preface Amerta Volume 35, Nomor 1, Tahun 2017 Redaksi Puslit Arkenas
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Appendix Amerta Volume 35, Nomor 1, Tahun 2017 Redaksi Puslit Arkenas
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Back Cover Amerta Volume 35, Nomor 1, Tahun 2017 Redaksi Puslit Arkenas
AMERTA Vol. 35 No. 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Page 1 of 1 | Total Record : 9