cover
Contact Name
Nico Kurnia Pratama
Contact Email
nkpratama23@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalarsi@gmail.com
Editorial Address
"G312 Building G 3rd Floor Faculty of Public Health Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424"
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 24069108     EISSN : 1446008136     DOI : 10.7454
Jurnal ARSI (Administrasi Rumah Sakit Indonesia) diinisiasi oleh Center for Health Administration and Policy Studies (CHAMPS) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bekerja sama dengan Perhimpunan Manajer Pelayanan Kesehatan Indonesia (PERMAPKIN). Sebagai jurnal ilmiah, Jurnal ARSI memiliki fokus di bidang administrasi layanan kesehatan primer di rumah sakit di Indonesia. Adapun artikel atau naskah ilmiah yang dimuat dalam Jurnal ARSI mencakup ranah penelitian, studi kasus, atau konseptual yang masing-masing mengusung pilar corporate governance, clinical governance, atau keduanya (bridging).
Arjuna Subject : -
Articles 156 Documents
Rencana Aksi Pelayanan Berkesinambungan Rawat Jalan dalam Rangka Meningkatkan Citra RSUP Fatmawati Andi Wahyuningsih Attas
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.297 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i1.2161

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rencana aksi pelayanan berkesinambungan di rawat jalan RSUP (Rumah Sakit Umum Pendidikan) Fatmawati guna meningkatkan citra RS Fatmawati. Analisis dilakukan secara mikro melalui wawancara pasien, manajemen, serta petugas kesehatan dan secara makro melalui analisis kebijakan. Hasil menunjukkan bahwa kesenjangan pada pelayananan rawat jalan terdapat pada kesesuaian kualitas (kecepatan layanan, kelengkapan obat, kenyamanan) dan komunikasi. Masalah ketidakpuasan yang terjadi di Fatmawati merupakan pengembangan dari akar masalah yaitu meningkatnya kunjungan pasien akibat sistem rujukan yang tidak berjalan. Rencana aksi yang dirancang dibuat secara makro yaitu memperbaiki sistem rujukan dengan fokus menyeimbangkan peran Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dan juga secara mikro melalui perbaikan internal RS. ABSTRACT This study aims to identify the continuous action plan in Fatmawati General Hospital outpatient services in order to increase the Fatmawati General Hospital’s image. The study is conducted through interviewing patients, health workers, managements staff, and the macro analysis is done through policy analysis. The results showed that the gap in outpatient service is in the compatibility quality (service speed, drug completeness, comfort) and communication. The dissatisfaction occured in Fatmawati General Hospitals is the cultivation of the main root problem which is the rising numbered of patients as a result of the referral system ineffectiveness. The action plan designed in a macro scale is to improve the referral system with a focus on balancing the role of public health unit and the individual health unit and in the micro scale the action plan is conducted through out hospitals internal improvements. This efforts also needs to be strengthened through Primary Health Care System as a strategy to en-sure the affordability of essential health services provided universally to the public in order to achieve the common goal of better health. 
Rencana Strategis Pengembangan Pusat Kanker Nasional Indonesia, Sebuah Studi Kasus Sonar Soni Panigoro
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.016 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i1.2162

Abstract

ABSTRAK Kanker merupakan penyakit kronis yang angka kejadiannya terus meningkat di dunia dan menjadi perhatian dalam beberapa dekade belakang ini. Namun, Indonesia belum memiliki Program Pengendalian Kanker Nasional yang komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana strategis pengembangan Pusat Kanker Nasional yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan operational research selama bulan Maret-Desember 2013 dengan melibatkan berbagai stakeholder dalam Program Pengendalian Kanker di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan penyakit kanker dengan angka kematian akbibat penyakit kanker menduduki urutan ketiga di Indonesia. Pembiayaan untuk penyakit kanker menunjukkan trend yang terus meningkat. Seluruh informan pada penelitian ini menyatakan pentingnya memiliki sebuah lem-baga yang bersifat nasional yang berperan dalam pengendalian kanker secara komprehensif. Lembaga yang paling ideal adalah lembaga non struktural yang untuk mencapainya diperlukan bentuk antara yang disebut Tim Pengem-bangan Pusat Kanker Nasional yang berada dalam wadah yang berkoordinasi dengan Direktur Utama RS Kanker "Dharmais”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pentingya memiliki sebuah lembaga yang bersifat nasional yang berperan dalam pengendalian kanker secara komprehensif. Bentuk lembaga yang paling ideal adalah sebuah Lem-baga Non Struktural. ABSTRACT Cancer is a chronic disease and its prevalence is increasing nowadays. Uptudate, Indonesia doesn’t have a comprehensive program for National Cancer Control. This study aims to develop a strategic plan for the development of National Cancer Center for Indonesia. This study is conducted by using operational research approach, and is conducted during the months of March to December 2013 by involving various stakeholders. In Indonesia, cancer is the third killer disease among the NCD (Non Communicable Disease), the incidence is increasing as well as the funding for cancer treatment. All informants expressed the importance of establishing a national institute that plays a role in cancer control in a comprehensive manner. The most ideal institute is a non structural form and to achieve it, a National Cancer Center Development Team to be formed that coordinates with the Director of Cancer Hospital "Dharmais" which is a top referral center for cancer at this time. In conclusion, it is really important for national institute to take part in a comprehensive cancer control manner. The most ideal form of organization for the above function is a non-structural institution. 
Hasil Pengobatan dan Variasi Biaya TB-MDR/XDR dengan Strategi PMDT di RSUP Persahabatan Priyanti Soepandi
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.048 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i1.2166

Abstract

ABSTRAK Pengobatan TB-MDR memerlukan waktu yang lama, yakni sekitar 18-24 bulan dan biaya yang sangat tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil pengobatan dan variabel-variabel biaya pengobatan TB-MDR/XDR. Penelitian ini merupakan penelitian operasional dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Sampel dalam penelitian adalah semua pasien TB-MDR/XDR yang mulai diobati pada bulan Agustus 2009 sampai 31 Desember 2010 yang berjumlah 104 orang. Penelitian ini membuktikan bahwa keberhasilan pengobatan TB MDR jauh lebih baik (80,9%) dibandingkan dengan keberhasilan pengobatan TB XDR yang hanya mencapai 42,9%. Angka keberhasilan ini jauh lebih tinggi dari angka keberhasilan di dunia. Biaya pasien sampai sembuh pada pasien TB-XDR adalah Rp 91.704.767,33, dan untuk pasien TB MDR, biaya pengobatan adalah sebesar Rp 72.260.081,73. Biaya pasien TB-XDR yang meninggal Rp 63.246.069,00 dan ini lebih tinggi dari biaya pasien TB-MDR yang sebesar Rp 34.142.692,44. Hal ini juga terjadi pada total biaya pengobatan TB-XDR dengan efek samping ringan yang lebih tinggi biayanya dari pada pasien TB-MDR. Penambahan lama pengobatan berpeluang peningkatan biaya sebesar Rp 115.205,00 per hari. Pasien TB-XDR laki-laki yang bertempat tinggal di Jakarta Timur dengan lama pengobatan kurang dari 569 hari memiliki peluang kesembuhan 1.7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien TB-XDR perempuan, yang bertempat tinggal di daerah dengan lama pengobatan yang sama. ABSTRACT The treatment duration of MDR-TB patients is very long approximately, 18 until 24 months and the cost is very expensive. This study aimed to find out the treatment outcome as well as the cost variation of MDR/XDR-TB pa-tients. This is an operational research using quantitative and qualitative mix methods. The sample were treated MDR/XDR-TB patients who started the treatment from August 2009 until December 31, 2010. Total number of sample were 104 patients. The study revealed that the duration of treatment for XDR-TB patients is longer than MDR TB patients with lower success rate. The cost per patient of TB XDR were cured and completed treatment was USD 9,357 and USD 7,373 for the XDR-TB patients and statistically significant. The cost spent for XDR-TB patients who died during the treatment was higher compare to MDR-TB patients, USD 6,453 and USD 3,484 respectively. Additional time for length of treatment would give the probability of spending USD 11,75 per day. Male TB-MDR patients who live in East Jakarta with length of treatment less than 569 days have the curing chance 1.7 fold as compared to females TB-XDR patients with the same condition in term of length of stay. 
Analisis Kelengkapan Catatan Rekam Medis Kasus Tetralogy of Fallot pada Implementasi INA-CBGS di RSPJN Harapan Kita Indriwanto Sakidjan
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.156 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i1.2167

Abstract

ABSTRAK Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini mengkaji ketidaktepatan pengisian catatan rekam medis dan ketidaktepatan melakukan koding dalam INA-CBG yang menyebabkan pelayanan menanggung risiko financial pada kasus Tetralogy of Fallot di unit Pediatrik Kardiologi dan Penyakit Jantung Bawaan RS Harapan Kita periode Januari-September 2013. Dengan hasil 21,4% kasus dengan diagnosis sekunder yang tidak lengkap dan selisih klaim Rp 251.273.615,00 (4%). Faktor yang menyebabkan ketidaklengkapan isian rekam medik adalah: tanggung jawab, sarana, standar pelayanan operasional, pembinaan, pemantauan, dan sosialisasi. Saran untuk dilakukan peningkatan sarana dan prasarana fisik serta pengelolaan kebijakan seperti adanya SPO pengisian rekam medis, sosialisasi, pembinaan staf dan pemantauan secara berkala. ABSTRACT This qualitative study discusses the inaccuracies on medical record entry charging, and inaccuracy on coding that caused provider bear the financial risk in the case of Tetralogy of Fallot in INA-CBG at the Pediatric Cardiology and congenital heart disease unit RS Harapan Kita from January-September 2013. This study showed that 21.4% of cases with incomplete secondary diagnosis and the difference between the claim of Rp 251.273.615,- (4%). Factors contributed incomplete secondary diagnoses are: responsiblity, physical facilities, standard operating procedure of medical record, training, monitoring, and socialization. Therefore, tt is recommended to improve: physical facilities, structure and infra-structure, standard operating procedure of medical record, socialization, training and monitoring at regular intervals. 
Evaluasi Tata Kelola Rumah Sakit Badan Layanan Umum pada 4 Rumah Sakit Vertikal Kelas A di Jawa dan Bali Lia G Partakusuma
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (960.117 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i1.2168

Abstract

ABSTRAK Rumah Sakit sebagai sebuah institusi perlu menerapkan good corporate governance dan good clinical governance dalam meningkatkan mutu pelayanannya secara berkesinambungan. Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pemerintah menyadari perlunya keleluasaan praktik berbisnis yang sehat di berbagai instansinya, sehingga diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 (PP 23/2005) mengenai Pengelolaan Keuangan BLU dan mengijinkan penerapannya dapat dilaksanakan di berbagai instansi pemerintah termasuk Rumah Sakit. Mengevaluasi tata kelola pada 4 (empat) Rumah Sakit Vertikal Kelas A di Jawa dan Bali. Terdapat perbedaan implementasi pada ke 4 (empat) RS Vertikal tipe A di Jawa dan Bali yang diteliti. Perbedaan tersebut adalah perbedaan pencapaian kelengkapan persyaratan dokumen tata kelola serta perbedaan pada 4 (empat) unsur tata kelola BLU sesuai PP 23/2005 yang meliputi 12 (dua belas) faktor terkait peningkatan mutu pelayanan menurut skema Donabedian1.a dan Glickman2.a, yaitu budaya korporat, penetapan BLU, hospital by laws, Renstra & RBA, pengembangan layanan, pengadaan barang dan jasa, standar pelayanan, penetapan tarif, pejabat pengelola, penetapan remunerasi, kepegawaian, pembinaan dan pengawasan. Perlunya peningkatan pemahaman pejabat pengelola satuan kerja, peningkatan kualitas pembinaan dan pengawasan, pembentukan pengelola khusus BLU di Kemenkes, pembentukan tim terpadu yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Diperlukan juga perubahan budaya organisasi, seleksi dan evaluasi RS BLU, pemenuhan syarat kelembagaan BLU, reward and punishment, peraturan yang jelas, rencana strategis dan rencana bisnis anggaran yang sesuai. Kebijakan publik yang tepat sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan suatu negara dalam mencapai tujuannya. ABSTRACT A hospital as an institution needs to implement good corporate governance and good clinical governance to improve service quality continuously. Public Service Agency (BLU) is a government agency established in order to provide services to the community in the form of supply of goods and/or services being sold without profit and doing activities based on the principles of efficiency and productivity. The government realized the needs for flexibility in healthy business practices of various institution, so it has issued Government Regulation No. 23, 2005 (PP 23/2005) of the Financial Management BLU and allow its application to be implemented in a variety of government agencies including the hospitals. The purpose of this research is to evaluate governance at four (4) type A vertical hospitals in Java and Bali. There are differences in the implementation. These include differences in achievement of the completeness document on good corporate governance as well as governance requirements documents as well as differences in the 4 (four) elements of governance from PP 23/2005 that includes 12 (twelve) related factors of Donabedian1.a and Glickman’s2.a scheme: corporate culture, BLU establishment, hospital by laws, strategic planning & business plan budget, service development, procurement of goods and services, service standards, tariffs, management officer, remuneration, staffing, training and supervision. This research suggested the need for improved understanding of work force management officer, the quality of guidance and supervision, the establishment of specialized managers in BLU in Ministry of Health, the establishment of an integrated team involving all stakeholders. Improvements needed in change organizational culture, BLU’s hospital selection & evaluation, BLU’s institutional requirements, reward & punishment system, clear rules and strategic plan & business plan budget. Appropriate public policy to determine the success of a country in achieving its objectives is needed. 
Analisis Implementasi Kebijakan Penggunaan Antibiotika Rasional Untuk Mencegah Resistensi Antibiotika di RSUP Sanglah Denpasar: Studi Kasus Infeksi Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus Ketut Surya Negara
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.857 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i1.2169

Abstract

ABSTRAK Pemakaian antibiotika tidak rasional menyebabkan resistensi antibiotika. Implementasi kebijakan penggunaan antibiotika di RSUP Sanglah Denpasar belum pernah di evaluasi. Tujuan penelitian ini mengetahui implementasi kebijakan penggunaan antibiotika, mencegah resistensi antibiotika dan mengetahui penerapan intervensi WHO untuk peningkatan penggunaan obat rasional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan melakukan wawancara dan penelusuran dokumen. Analisa data dengan content analysis. Hasil penelitian menunjukkan implementasi kebijakan penggunaan antibiotika dan penerapan intervensi WHO belum berjalan baik. Pencegahan resistensi antibiotika belum terkoordinir baik dari empat pilar Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba. Diperlukan revisi dan sosialisasi pelaksanaan kebijakan penggunaan antibiotika, juga pencegahan pserta engendalian infeksi. ABSTRACT Irrational use of antibiotics lead to antibiotic resistance. Implementation of the policy on the use of antibiotics in Sanglah Hospital in Denpasar has never been evaluated. The purpose of this study to know the implementation of policy on the use of antibiotics, preventing antibiotics resistance and determine the application ofthe WHO interventions to improve rational drug use. This research is aqualitative descriptive study, with interviews and document traces. Data analysis through content analysis. The result shows the implementation of antibitics usage policy and application of WHO intervention has not gone well. Prevention of antibiotic resistance have not been well coordinated by team of four pillars of Antimicrobial Resistance Control Program. Required revision and dissemination of antibiotic usage policy traces, as well as prevention and control of infection. 
Analisis Gambaran Peta Perjalanan Pasien di Pelayanan Rawat Jalan RS Kanker “Dharmais” Tahun 2014 Fitri Amalia Nur Majid
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.697 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i1.2170

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang peta perjalanan pasien di pelayanan rawat jalan RS Kanker “Dharmais” pada tahun 2014. Dalam penelitian ini peneliti berusaha menemukan unit dengan variasi perjalanan pasien tertinggi dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif dan metode cross-sectional. Hasil penelitian ini menemukan bahwa variasi perjalanan pasien tertinggi berada di Instalasi Administrasi Pasien Jaminan (APJ) dengan faktor penyebab antara lain faktor program komputer penunjang, sumber daya manusia, infrastruktur hingga prosedur pelayanan. Penelitian ini juga menemukan bahwa variasi perjalanan pasien dapat mengurangi mutu pelayanan yang diberikan. ABSTRACT The focus of this study is about outpatient journey of “Dharmais” Cancer Hospital in 2014 with purposes to find the unit with highest variation of patient journey and to analize the cause of the variation. This research is cross-sectional qualitative. The results of this research show that APJ Instalation is the unit with the highest variation of patient journey, and the causing factors are softtare of the computer supporting the service, human resource, infrastructure, and service procedures. The researcher found out that high variation of patient journey will reduce the quality of the service. 
Analisis Lean Six Sigma Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi RS PMI Bogor Tahun 2013 Elizabeth Indah Prihanti Soetardi Putri
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.425 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i2.2171

Abstract

ABSTRAK Studi pelayanan farmasi ini dilaksanakan di Rumah Sakit PMI Bogor yang memiliki nilai inventory turn over rendah. Pendekatan yang digunakan adalah action research dengan fokus pada pendistribusian dan penyimpanan perbekalan farmasi dengan metodologi lean six sigma. Lingkup studi mencakup proses pendistribusian, periode permintaan barang, buffer stock, besaran permintaan, kondisi permintaan barang, ROP, indikator farmasi, kesesuaian jumlah stok barang, barang dan obat kadaluwarsa, penanganan kadaluwarsa, serta penanganan barang di gudang. Hasil studi menunjukkan bahwa rendahnya nilai inventory turnover disebabkan kurangnya pemahaman akan makna persediaan perbekalan farmasi oleh pengelola perbekalan. Data pendukung masalah tersebut adalah data standar deviasi kelipatan permintaan barang farmasi sebesar 54,8, standar deviasi kelipatan pemenuhan barang farmasi sebesar 50,4, dan nilai six sigma deffect per million opportunities sebesar 0,09. Pada alur pendistribusian, terdapat 47,6% yang tidak mempunyai nilai tambah. Faktor penyebabnya adalah waktu permintaan barang yang panjang, belum tepatnya peramalan, tidak dipahaminya standar perkiraan permintaan, pencatatan tidak akurat, bottleneck proses distribusi terdapat pada Instalasi Farmasi, belum dilakukan evaluasi perputaran persediaan, serta belum rincinya prosedur. Pemanfaatan teknologi inventory system pun belum optimal karena belum digunakannya standar maksimum dan minimum setiap jenis barang farmasi dan belum diterapkannya standar penyimpanan dan manajemen pergudangan. ABSTRACT This pharmacy service study was conducted at PMI Hospital which has low inventory turnover. Lean six sigma method was used in action research approach with focus on pharmacy distribution and inventory storage. The study analyzed distribution process, material request period, buffer stock, quantity of demand, material request conditions, ROP, pharmacy indicator, adjusting stock quantity, expired material and medicines, expired item management, material handling in warehouse. The low inventory turnover was caused by poor understanding of inventory stock by pharmacy personnel. The results showed that deviation standard for pharmacy item request was 54,8 and deviation standard for completeness of pharmacy item was 50,4, and the value of Six Sigma Defect Per Million Opportunities was 0,09, the pharmacy item distribution process was 47,6% that means it was non value added. The contributing factors were the long item request time, inaccuracy estimation, lack of understanding of request estimation, inaccuracy documentation, bottleneck on distribution process at pharmacy installation, no evaluation on inventory turn over, no detail procedure. Technology on inventory system was not optimal used due to no standard of minimum-maximum level of each pharmacy item and the storage and warehouse management standard was not implemented yet. 
Analisis Sistem Formularium 2013 Rumah Sakit St. Elisabeth - Bekasi Sally Fedrini
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.316 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i2.2172

Abstract

ABSTRAK Pelayanan instalasi farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus revenue center rumah sakit. Formularium rumah sakit merupakan landasan kebijakan manajemen rumah sakit dan menjadi prinsip penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan farmasi. Sistem formularium harus dikelola dengan optimal agar dokter dapat tetap konsisten memanfaatkan formularium. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah menganalisis sistem formularium 2013 RS St Elisabeth-Bekasi. Peneliti melakukan analisis mulai dari penyusunan, pengadaan dan pengawasan formularium; analisis ABC pemakaian, investasi dan indeks kritis; juga kesesuaiannya dengan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) 2013. Hasilnya adalah, proses penyusunan formularium 2013 masih belum optimal, sistem pengendalian persediaan belum ada, dan rumah sakit belum menemukan sistem kontrol yang sesuai untuk mengawasi jalannya sistem formularium. Ditemukan 70860 pemakaian (5%) obat non formularium sejumlah Rp1.257.098.400. Terdapat 114 golongan obat yang ada di DOEN namun tidak ada di formularium. 65,89% obat formularium 2013 adalah slow moving. Ada 100 item (14%) memiliki nilai investasi 69,86% dari seluruh nilai investasi. Hanya 21 jenis obat (3.05%) yang sangat kritis terhadap pelayanan pasien. ABSTRACT Pharmaceutical service is one of the revenue center at the hospital. Hospital formulary system is the basic principles that must be considered in pharmacy management. Hospital formulary system should be managed optimally in order to mantain consistency of clinician's prescribing utilization. The purpose of this study is to analyze the system of St Elisabeth Hospital Formulary 2013-Bekasi. Researcher conducted analysis starting from the selection, procurement and supervision of the formulary; ABC analysis; also comparation with DOEN. This study using qualitative approach through in-depth interviews and document review. The results were: the process of formulary selection is still not optimal, there is no inventory control system, and hospitals have yet to find an appropriate control system to supervise the formulary system. There were 70.860 (5%) of non-formulary drugs used in the amount of Rp1.257.098.400, there are 114 drug classes in DOEN that does not exist in the formulary. 65.89% items of drug are slow moving. There are only 100 items of drugs (14%) had an investment of 69.86% of the entire investment value. There are only 21 types of drugs (3.05%) that are very critical to patient care. 
Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional RSUD. Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak Karleanne Lony Primasari
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.658 KB) | DOI: 10.7454/arsi.v1i2.2173

Abstract

ABSTRAK Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan implementasi dari UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di bidang kesehatan dengan konsep Universal Health Coverage (UHC) yang memaksa pesertanya mengikuti sistem rujukan berjenjang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, murah, terjangkau, namun berkualitas. Belum efektifnya sistem rujukan di Indonesia, berdampak pada penumpukan pasien di fasilitas kesehatan lanjutan, sehingga terjadi pemanfaatan tenaga terampil dan peralatan canggih secara tidak tepat guna dan menurunnya kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisa yang digunakan, yakni content analysis berdasarkan triangulasi metode, triangulasi sumber, dan triangulasi data. Hasil penelitian dibagi dalam 2 komponen, yaitu karakteristik sistem rujukan medis dan sistem rujukan berjenjang, dimana pada karakteristik sistem rujukan medis, implementasi JKN membawa perbaikan dalam sistem rujukan di RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak, walaupun belum signifikan. Adapun dari komponen sistem rujukan berjenjang, perbaikan baru nampak pada aspek kebijakan dan prosedur, sehingga masih diperlukan upaya keras untuk meningkatkan aspek lainnya dalam rangka menciptakan sistem rujukan yang lebih baik. Sangat diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukkan bagi pihak manajemen rumah sakit dan instansi terkait dalam memperbaiki berbagai aspek yang terkait dengan keberhasilan pelaksanaan sistem rujukan berjenjang di Kabupaten Lebak demi tercapainya Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia. ABSTRACT National Health Insurance (NHI) is the implementation of the Law. 40 year 2004 on National Social Security System in the field of healthcare with the concept of Universal Health Coverage (UHC) that forced participants to follow a tiered referral system to get comprehensive health care, cheap, affordable but good quality. The ineffectiveness of the referral system in Indonesia gives impact on the accumulation of patients in healthcare facilities resulting in the utilization of advanced skilled providers and advanced equipments are inappropriate and the declining quality of health care. This study used a qualitative approach, the analytical methods used of content analysis are based on method triangulation , source triangulation and data triangulation. The results of the study were divided into two components, namely the medical referral system characteristics and tiered referral system. In medical referral system characteristics, NHI led to improvements in the implementation of a referral system in Dr. Adjidarmo Hospital although it is not too significant. While in the and tiered referral system components, improvements existed in the aspect of policy and procedures, so that a strong effort is still needed to improve other aspects of creating a better referral system. It is expected that the results of this study may be one of the input for the hospital management and related institutions in improving various aspects related to the successful implementation of a tiered referral system in Lebak District in order to achieve Universal Health Coverage (UHC) in Indonesia. 

Page 1 of 16 | Total Record : 156