cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalpsikologisosial@ui.ac.id
Editorial Address
"Faculty of Psychology Universitas Indonesia Kampus Baru UI – Depok West Java 16424"
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Psikologi Sosial
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 08533997     EISSN : 26158558     DOI : 10.7454
Jurnal Psikologi Sosial (JPS) adalah sarana untuk mengembangkan psikologi sosial sebagai ilmu pengetahuan maupun sebagai ilmu terapan, melalui publikasi naskah-naskah ilmiah dalam bidang tersebut. JPS menerima naskah-naskah penelitian empiris kualitatif atau kuantitatif terkait dengan ilmu psikologi sosial. JPS dikelola oleh Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia melalui LPSP3, JPS memiliki versi cetak sejak tahun 2001 hingga 2008. Kemudian, pada tahun 2017 pengelolaannya dibantu oleh Ikatan Psikologi Sosial-Himpunan Psikologi Indonesia dengan tidak hanya menerbitkan versi cetak, tetapi juga versi online. JPS terbit sebanyak 2 kali setahun, yakni tiap Februari dan Agustus.
Arjuna Subject : -
Articles 130 Documents
Efek Pengungkapan Pos Berbayar di Instagram Terhadap Intensi Membeli dan Preferensi Produk Nuriyah Amalia; Laras Sekarasih
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 1 (2020): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (705.192 KB) | DOI: 10.7454/jps.2020.04

Abstract

Sebagai dampak dari pembaruan ketentuan penggunaan Instagram, kini pos Instagram yang diunggah atas dasar afiliasi bisnis dengan sebuah merek diharuskan menyertakan disclosure language berupa keterangan “paid partnership” di bagian atas pos. Keterangan ini diprediksi dapat melemahkan intensi membeli dan preferensi konsumen terhadap produk yang diiklankan. Efek ini pun diprediksi akan diperkuat oleh kemampun individu dalam merekognisi iklan, tetapi dilemahkan oleh pengalaman individu menggunakan produk dari merek yang sama dengan produk dalam iklan. Untuk menjawab prediksi ini, peneliti melaksanakan sebuah studi eksperimental dengan dua variasi kelompok IV (pos Instagram berbayar dengan disclosure language vs tanpa disclosure language) yang melibatkan 312 partisipan. Kemampuan rekognisi iklan dan pengalaman menggunakan merek diposisikan sebagai moderator. Sesuai prediksi, keterangan paid partnership berdampak negatif terhadap intensi membeli, tetapi tidak terbukti mempengaruhi preferensi produk. Sementara itu, bertentangan dengan prediksi, kemampuan rekognisi iklan justru memperkuat intensi membeli individu setelah melihat pos Instagram dengan DL. Namun, kemampuan rekognisi iklan memang mampu melemahkan preferensi individu terhadap produk setelah melihat iklan dengan DL. Pengalaman menggunakan produk dari suatu merek terbukti mampu menimbulkan intensi membeli dan preferensi konsumen yang lebih kuat terhadap produk lain dari merek yang sama.
Pesan dari Editor-in-Chief: Riset Psikologi Sosial yang Dibutuhkan Indonesia Bagus Takwin
Jurnal Psikologi Sosial Vol 17 No 2 (2019): August
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.728 KB) | DOI: 10.7454/jps.2019.9

Abstract

Berangkat dari latar belakang bagaimana peranan psikologi sosial dalam penyelesaian masalah-masalah di masyarakat, pada bulan April 2019, Jurnal Psikologi Sosial (JPS) dan Ikatan Psikologi Sosial (IPS) menyelenggarakan dua diskusi dengan topik “Identifikasi Kebutuhan Riset Psikologi Sosial di Indonesia”. Pertanyaan yang diajukan: Riset psikologi sosial apa yang dibutuhkan oleh Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan identifikasi kebutuhan riset psikologi sosial di Indonesia yang didasari identifikasi terhadap masalah sosial dan antisipasi kemungkinan-kemungkinan perubahan yang terjadi di masyarakat Indonesia. Tulisan ini memaparkan sebagian hasil dari dua diskusi itu tentang identifikasi kebutuhan riset psikologi sosial di Indonesia, mulai dari mengenali tuntutan yang ditujukan kepada Indonesia sebagai sebuah negara, mengenali kondisi aktual yang berlangsung, kemudian usulan riset psikologi sosial yang dibutuhkan Indonesia.
Pesan dari Managing Editor Joevarian Hudiyana
Jurnal Psikologi Sosial Vol 17 No 2 (2019): August
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.289 KB) | DOI: 10.7454/jps.2019.8

Abstract

Salam sejahtera, Untuk volume 17 edisi 2 tahun 2019, Jurnal Psikologi Sosial (JPS) menerbitkan tujuh naskah dengan topik yang menyentuh berbagai fenomena di masyarakat Indonesia. Tiga naskah mendemon-strasikan perspektif dan temuan baru yang sangat relevan untuk memahami masalah sosial Indonesia seperti kemiskinan (Andayani, Hardjono, & Anggarani, 2019), kebersihan lingkungan (Afifah & Djuwita, 2019), dan sikap terhadap pajak (Susilawati & Hidayat, 2019). Dua naskah lainnya memeriksa determinan dibalik penggunaan teknologi baru yang maladaptif seperti cyberbullying (Safaria & Rizal, 2019) dan phubbing (Vetsera & Sekarasih, 2019). Terdapat pula naskah yang secara kualitatif men-jawab inkonsistensi temuan sebelumnya terkait bagaimana individu melalui keretakan keluarga (Savitri, Takwin, Ariyanto, & Noviyanti, 2019). Terakhir namun tidak kalah pentingnya, naskah oleh Rachmanputra dan Milla (2019) menemukan pola menarik terkait pemberian donasi dalam konteks relasi keagamaan di Indonesia. Pada kesempatan ini, saya akan mendeskripsikan sekilas mengenai temuan dari naskah-naskah pada volume 17 edisi 2 tahun 2019. Namun sebelumnya, izinkan saya untuk mem-berikan catatan tentang perkembangan JPS sampai pertengahan tahun 2019. Pada pertengahan tahun 2019 ini, Jurnal Psikologi Sosial (JPS) mengalami dua perkembangan yang substansial. Pertama, JPS dengan bangga mengumumkan bahwa empat akademisi bereputasi di bidang Psikologi Sosial telah bergabung dalam jajaran dewan editor. Dari Universitas Brawijaya Malang, JPS kedatangan Bapak Ali Mashuri, Ph.D yang banyak berkecimpung di riset-riset relasi inter-grup. Kita juga kedatangan Bapak Indra Yohanes Kiling dari Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur dengan kepakaran di bidang psikologi komunitas dan perkembangan anak dalam konteks sosial. Ada juga Bapak Mohammad Abdul Hakim, Ph.D (cand) dari Universitas Sebelas Maret, Solo yang banyak me-lakukan penelitian di bidang psikologi ulayat dan kebudayaan. Dari Universitas Airlangga, JPS keda-tangan Bapak Dr. Rahkman Ardi yang melakukan banyak penelitian di bidang perilaku online dan pengukuran psikologi. Riset-riset keempat editor JPS ini telah dipublikasikan di jurnal bereputasi seperti British Journal of Social Psychology, Group Processes & Intergroup Relations, Social Psychological and Personality Science, Disability and Rehabilitation, International Journal of Psychology, Asian Journal of Social Psychology, Journal of Happiness Studies, Journal of Information, Communication and Ethics in Society, dan masih banyak lagi. Kedua, meski baru kembali aktif dalam dua tahun, JPS telah berhasil memperoleh akreditasi dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (RISTEKDIKTI). Tidak tanggung-tanggung, JPS berhasil memegang peringkat SINTA 2 sehingga sudah bisa dianggap setara dengan beberapa jurnal-jurnal psi-kologi bereputasi di tingkat nasional lainnya. Tentu ini adalah capaian yang sangat monumental bagi JPS dan tidak bisa dipisahkan dari kerja keras yang dilakukan oleh seluruh tim manajemen JPS selama dua tahun terakhir. Meski demikian, JPS masih harus berkembang lebih jauh agar mampu meraih status sebagai jurnal bereputasi yang diakui dalam indeksasi internasional. Dalam keluaran kedua di tahun 2019 ini, terdapat naskah-naskah di JPS yang memeriksa bagaimana konsep kemiskinan dan pajak direp-resentasikan dalam bahasa masyarakat Indonesia sehari-hari. Dalam risetnya, Andayani, Hardjono dan Anggarani berusaha memberikan perspektif baru tentang kemiskinan khususnya dalam benak mas-yarakat di Indonesia. Sebelumnya, kemiskinan seringkali hanya dipandang dalam kerangka materi. Namun dalam benak masyarakat Indonesia, kemiskinan tidak hanya direpresentasikan dalam bentuk material, melainkan juga dalam bentuk spiritual. Sementara itu Susilawati dan Hidayat berusaha menunjukkan bukti empiris tentang bagaimana Pegawai Negeri Sipil (PNS) merepre-sentasikan konsep pajak, lewat pendekatan teori representasi sosial. Usaha tersebut dilakukan karena ditemukan adanya konsistensi pada temuan-temuan sebelumnya. Dua naskah lainnya mencoba untuk melihat determinan dibalik perilaku harmful dalam penggunaan teknologi baru seperti cyberbullying (perundungan di dunia maya) dan phubbing (mengacuhkan orang lain atau lingkungan dengan memainkan ponsel). Riset Safaria dan Rizal menemukan bahwa rendahnya skor perilaku cyberbullying diprediksi oleh tingginya skor extraversion dan tingginya skor secure attachment. Ini kontradiktif dengan temuan-temuan sebelumnya. Sementara itu riset Vetsera dan Sekarasih meng-eksplorasi kenapa phubbing dilakukan dan riset ini menghasilkan temuan yang menarik. Ada tiga tema yang muncul sebagai alasan individu melakukan phubbing yaitu obsesi terhadap ponsel, rasa takut tertinggal atau fear of missing out, dan candu terhadap permainan video dalam ponsel. Tiga naskah berikutnya mencoba memahami proses mendasar di psikologi, yaitu persepsi. Dari riset-riset ini, persepsi masih bisa dikatakan berperan penting dalam menjelaskan perilaku pemilahan sam-pah, refleksi dalam krisis, serta bias kelompok. Riset Afifah dan Djuwita mengeksplorasi tema apa yang muncul sebagai alasan penjual kantin dalam memilah sampah. Ditemukan bahwa persepsi akan kontrol perilaku memprediksi perilaku pemilahan sampah. Sementara itu Savitri, Takwin, Ariyanto, dan Noviyanti berusaha menjawab inkonsistensi dari temuan sebelumnya terkait perspektif (orang pertama vs. orang ketiga) dalam refleksi pengalaman negatif, khususnya pengalaman retaknya rumah tangga. Dite-mukan bahwa refleksi dengan penggunaan kata ganti pelaku dan kata ganti pengamat sama-sama adaptif, namun tidak bekerja dengan mekanisme yang sama. Terakhir, eksperimen Rachmanputra dan Milla meli-hat apakah ada perbedaan skor bias kelompok saat aktivasi sudut pandang Tuhan (vs. diri sendiri) dimani-pulasi. Tidak ditemukan adanya perbedaan skor pada variabel bias kelompok. Sehingga, riset ini mem-falsifikasi temuan sebelumnya yang justru menemukan pola sebaliknya. Naskah-naskah yang kami publikasikan dalam edisi ini merefleksikan semangat untuk mengem-bangkan ilmu psikologi sosial di Indonesia. JPS mema-hami bahwa seringkali kita tidak bisa mengaplikasikan begitu saja teori-teori yang dikembangkan di negara-negara maju. Maka dari itu, dua naskah kami mengeksplorasi konsep kemiskinan dan pajak dari bahasa yang direpresentasikan dalam kebudayaan Indonesia. Kami juga tidak lupa bahwa perkembangan zaman berdampak pada fenomena-fenomena baru yang perlu pemahaman lebih lanjut. JPS dengan bangga mempublikasikan dua naskah yang mencoba mema-hami fenomena perilaku penggunaan teknologi baru (cyberbullying dan phubbing). Akan tetapi, JPS juga terus senantiasa mempublikasikan temuan-temuan baru terkait proses mendasar di bidang pikologi sosial, seperti persepsi. Agustus 2019 Managing Editor Jurnal Psikologi Sosial Joevarian Hudiyana*
Kompetensi Pekerja dan Efeknya Terhadap Work Engagement: Riset pada Pekerja dengan Horizontal Education Mismatch Laila Meiliyandrie Indah Wardani; Siti Fatimah
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 1 (2020): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.557 KB) | DOI: 10.7454/jps.2020.09

Abstract

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi work engagement adalah kompetensi. Terdapat inkonsistensi dengan penelitian sebelumnya mengenai peran dari perceived competency terhadap work engagement di kalangan pekerja yang mangalami horizontal education mismatch. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk menguji apakah ada pengaruh perceived competency terhadap work engagement terutamanya pada pekerja yang mengalami horizontal education mismatch. Responden penelitian ini terdiri dari 566 pekerja yang mengalami horizontal education mismatch, dengan rentang usia 19-55 tahun dan merupakan lulusan sekolah kejuruan ataupun sarjana strata 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived competency memiliki efek positif terhadap work engagement pekerja yang mengalami horizontal education mismatch di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kompetensi intelektual memberikan pengaruh terbesar kepada work engagement, terutamanya pada dimensi vigor dan dedication. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki kompentensi intelektual yang tinggi juga akan menunjukkan vigor dan dedication yang tinggi di tempatnya bekerja.
Readiness to Change in Higher Education: Do Demographic Differences in Psychosocial Predictors Matter? Amy Mardhatillah; Shukran Abdul Rahman
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 1 (2020): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.92 KB) | DOI: 10.7454/jps.2020.08

Abstract

The study aims to (1) examine demographic differences in higher education employee’s readiness to change, and (2) Identify whether several psychosocial predictors affect higher education employee’s readiness to change across different demographic backgrounds. A total of 214 academics and 214 non-academic staff participated in this study. 34.84% of the respondents were in the age range of 31-40 years old, 30.31% in the age range of 41-50 years old. 20.76% were between 21-30 years old, and 14.08% were 51 years and above. 64.44% consists of female respondents, while 35.56% are male respondents. We found that there was a statistically significant difference in the scores of employees’ readiness to change based on gender and age. Openness to experience, management support, and perceived appropriateness of change also significantly predicted employees’ readiness for change, particularly among non-academic staff. Meanwhile, change efficacy significantly predicted readiness for change among academics. Individual spirituality significantly predicted readiness to change for older employees than younger employees. The study shed light on the possible design for an intervention program in order to enhance employees’ readiness to change in the context of the higher learning institution. Organizational change initiatives may show the potential to be implemented in a higher learning institution.
Adiksi Media Sosial pada Remaja Pengguna Instagram dan WhatsApp: Memahami Peran Need Fulfillment dan Social Media Engagement Wahyu Rahardjo; Nurul Qomariyah; Inge Andriani; Matrissya Hermita; Firda Nur Zanah
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 1 (2020): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (912.224 KB) | DOI: 10.7454/jps.2020.03

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa pemenuhan kebutuhan apa yang memengaruhi kelekatan dan adiksi media sosial pada remaja. Partisipan penelitian ini berjumlah 384 orang remaja dari kawasan Jabodetabek dan beberapa kota lain sebagai pengguna Instagram dan WhatsApp. Teknik analisis utama yang digunakan adalah analisis jalur dengan SEM. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kedua model yang dibangun untuk penggunaan Instagram dan WhatsApp ternyata fit atau sesuai dengan data empirik. Artinya, beberapa jenis pemenuhan kebutuhan dan kelekatan dengan media sosial memengaruhi adiksi media sosial pada remaja. Pada penggunaan Instagram, ada dua kebutuhan yang berperan signifikan terhadap adiksi media sosial remaja melalui kelekatan media sosial, yaitu kebutuhan untuk membangun relasi sosial yang hangat, dan memperoleh kesenangan. Adapun pada penggunaan Whatsapp, ada empat kebutuhan yang berperan signifikan terhadap adiksi media sosial remaja melalui kelekatan media sosial, yaitu kebutuhan untuk mampu melakukan banyak hal, membangun relasi sosial yang hangat, memperoleh kesenangan, serta merasa aman dan mampu mengendalikan situasi
Keterikatan Interpersonal pada Beberapa Etnis Besar di Indonesia H Fuad Nashori; Muh. Nurhidayat Nurdin; Netty Herawati; Raden Rachmy Diana; Alifah Nabilah Masturah
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 1 (2020): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.043 KB) | DOI: 10.7454/jps.2020.07

Abstract

Walau bangsa Indonesia dianggap memiliki kebudayaan kolektivistik, masih belum diketahui apakah tiap-tiap kelompok etnis menekankan nilai-nilai kebersamaan dan harmoni sosial dalam level yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat keterikatan interpersonal pada lima kelompok etnis besar di Indonesia. Jumlah subjek yang terlibat adalah 1.420 orang yang berasal dari etnis Jawa subkultur Negarigung, etnis Jawa subkultur Mancanegari, etnis Madura, etnis Minangkabau, dan etnis Bugis-Makassar. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis varians untuk menguji perbedaan nilai rerata dalam keterikatan interpersonal. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang berarti dalam hal keterikatan interpersonal antar etnis. Etnis Jawa Nagarigung cenderung lebih menonjolkan rasa percaya terhadap sikap dan perilaku mitra relasi dibanding etnis-etnis lainnya kecuali etnis Jawa Mancanegari. Sementara itu etnis Jawa Mancanegari cenderung lebih tinggi dalam persepsi kualitas hubungan dengan mitra relasi dibanding seluruh etnis lainnya kecuali etnis Minangkabau. Untuk dimensi kuatnya pertimbangan pihak ketiga dalam relasi, etnis Minangkabau cenderung lebih tinggi dibanding seluruh etnis lain. Dengan demikian, terdapat perbedaan antar etnis dalam menonjolkan dimensi keterikatan dalam hubungan interpersonal.
Does The Use Of Social Network Service LINE Affect First-Year College Students’ Social Adjustment? Elok Dianike Malay; Aulia Nataningsih
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 1 (2020): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (778.697 KB) | DOI: 10.7454/jps.2020.05

Abstract

This study examined the influence of social networking service (SNS) usage, especially LINE, on the first-year college students’ social adjustment in Indonesia. This correlational, non-experimental field study used an electronic questionnaire to measure 120 first-year college students’ social adjustment (using the Social Adjustment subscale of Student Adaptation to College Questionnaire/ SACQ) and data on LINE usage. Linear regression analysis showed that LINE usage affected students’ social adjustment. The number of actual friends in LINE and propensity to use LINE to collaborate with other students positively predicted social adjustment. On the other hand, the number of college friends in LINE did not contribute significantly to their social adjustment. These results give more evidence of the effect of SNS, especially LINE, on the first-year college students’ social adjustment in their campus. However, it is important to realize that SNS would give a beneficial effect if students could develop a real friendship and use it for collaborative activities.
Perception of Effective Multicultural Leadership: A Qualitative Study in Western Java Eri Radityawara Hidayat; I Gede Sumertha; Cornelia Istiani
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 1 (2020): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (961.25 KB) | DOI: 10.7454/jps.2020.06

Abstract

With the rise of ethno-religious conflicts in Indonesia, this qualitative study aims to find the criteria for effective leadership in Indonesia’s multicultural setting. A total of 8 informants were interviewed and 14 others participated in a two Focus Group Discussions. Results showed that factors related to effective multicultural leadership in handling etno-religious conflicts were personal attributes, behavioral competencies, and experience related to the diversity. One significant finding of this research which is different from other researches in secular Western settings is the role of religiousity in enhancing leadership effectiveness for handling etno-religious conflicts. This result showed the need for further researches on leadership effectiveness in various contexts in non Western cultures.
Catatan dari Managing Editor Joevarian Hudiyana
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 1 (2020): February
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.512 KB) | DOI: 10.7454/jps.2020.01

Abstract

Salam sejahtera, Tahun 2020 ini menandakan awal dari akhir sebuah dekade dimana terjadi berbagai perubahan sosial dan teknologi. Pertama, diketahui bahwa teknologi internet dan media sosial ternyata memang mempengaruhi perilaku manusia di berbagai konteks. Dalam perilaku politik, misalnya, data-data yang diberikan oleh individu di berbagai platform media sosial ternyata dimanfaatkan untuk kepentingan politisi – sebagaimana tercatat dalam skandal Facebook – Cambridge Analytica pada 2015 silam (Davies dalam The Guardian, 11 Desember 2015). Berbagai berita palsu atau fake news dan hoax juga menjadi masalah yang berdampak pada masalah sosial dan stabilitas ekonomi di beberapa negara. Belum lagi jika kita perhitungkan masalah adiksi internet dan media sosial di level individu. Namun, tidak selamanya perkembangan teknologi seperti internet dan media sosial memicu dampak negatif. Dari sisi lain, teknologi membantu kita untuk mempermudah hidup juga. Komunikasi antar individu, antar identitas, dan antar kelompok terjadi lebih mudah dan cepat. Terjadi juga transformasi yang cukup substansial pada perilaku konsumen, seiring dengan pemanfaatan platform-platform media sosial dan aplikasi di smartphone untuk memperdagangkan produk dan jasa. Dalam berbagai domain, riset-riset tentang perilaku siber masih sangat diperlukan di Indonesia. Kedua, satu dekade terakhir ini juga ditandai dengan eskalasi konflik antar identitas yang terjadi di seluruh dunia. Mulai dari polarisasi politik di beberapa negara, konflik berkaitan dengan imigrasi di Eropa dan Amerika Serikat, sampai pada kasus-kasus ekstremisme dan terorisme. Permasalahan global ini memicu pertanyaan, “bagaimana seharusnya kita hidup secara bersama-sama?” Riset-riset tentang intergrup dan multikulturalisme baik dari segi konlik antar kelompok, kontak dan relasi antar kelompok, sampai pada riset-riset tentang kepemimpinan dalam kelompok multikultural. Tidak hanya itu, eksplorasi tentang nilai-nilai budaya dari masyarakat non-WEIRD (Western, Educated, Industrialized, Rich, dan Democratic) juga masih dibutuhkan (Henrich, Heine, & Norenzayan, 2010) untuk memberikan informasi mengenai budaya-budaya yang belum banyak diteliti sebelumnya; sehingga kita bisa memahami dinamika psikologis dan sosial yang terjadi pada budaya selain Eropa Barat dan Amerika Utara. Ini penting agar psikologi sosial tidak berusaha menggeneralisasi teori tanpa memahami terlebih dulu konteks-konteks emic. Ketiga, organisasi, industri, dan workforce juga terus dituntut untuk beradaptasi seiring dengan cepatnya arus informasi dan laju perkembangan teknologi. Penting bagi individu untuk beradaptasi mengikuti perkembangan-perkembangan itu. Di level individual, para pekerja perlu memiliki kesiapan untuk berubah agar bisa beradaptasi dengan perubahan organisasi. Mereka juga perlu untuk senantiasa mengevaluasi apakah kompetensi mereka memang masih sesuai dengan kebutuhan di organisasi. Keempat, isu perubahan iklim dan penyelamatan lingkungan semakin mendesak tindakan dari berbagai elemen masyarakat. Usaha menyelamatkan lingkungan juga menuntut peranan dari psikologi sosial, karena melibatkan perilaku-perilaku yang masuk dalam kajian psikologi sosial selama ini seperti aksi kolektif, perilaku berkelanjutan (sustainable behavior), aktivisme, dan perilaku mengorbankan diri demi suatu identitas atau kelompok. Sesuai dengan perkembangan kondisi global yang terjadi, Jurnal Psikologi Sosial (JPS) berusaha mempublikasikan naskah-naskah yang relevan dengan perubahan sosial dan teknologi pada dekade terakhir ini. Sehingga, JPS senantiasa berusaha berkontribusi dengan memberikan wawasan-wawasan teoretis yang sesuai dengan perkembangan zaman. Meski begitu, JPS tetap mengutamakan aspek kebaruan teoretis dari setiap naskah. Tiga naskah mendemonstrasikan temuan terkait penggunaan teknologi siber dan kaitannya dengan adiksi (Rahardjo, Qomariyah, Andriani, Hermita, & Zanah, 2020), penyesuaian diri secara sosial (Malay & Nataningsih, 2020), dan perilaku konsumen (Amalia & Sekarasih, 2020). Dua naskah berikutnya membicarakan topik budaya dan kaitannya dengan kepemimpinan (Hidayat, Sumertha, & Istiana, 2020) serta nilai-nilai lokal lintas etnis (Nashori, Nurdin, Herawati, Diana, & Masturah, 2020). Kemudian, dua naskah terakhir membahas mengenai kesiapan berubah (Mardhatillah & Rahman, 2020) dan kompetensi saat terjadi ketidaksesuaian latar belakang pendidikan (Wardani & Fatimah, 2020) dalam konteks organisasi. Melalui kesempatan ini, JPS juga menginformasikan bahwa Temu Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Sosial ke-10 (TEMILNAS IPS X) akan diadakan pada 13-15 April 2020. Sesuai dengan mendesaknya isu lingkungan global, dalam pertemuan akbar tahunan tersebut diangkat tema “Kontribusi Psikologi Sosial dalam Masalah Lingkungan: Proteksi, Konservasi, dan Kualitas Interaksi Sosial”. Narasumber keynote dari acara ini adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar dan Profesor dengan kepakaran psikologi sosial dari University of Queensland, Australia yaitu Professor Winnifred Louis, Ph.D. TEMILNAS IPS X akan diadakan di Golden Tulip Galaxy Hotel, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Partisipasi dari para akademisi dan praktisi di bidang Psikologi Sosial atau bidang terkait tentunya sangat diharapkan. JPS senantiasa berusaha untuk berkontribusi dalam mengembangkan teori-teori psikologi sosial lewat temuan-temuan empiris di Indonesia. Namun, JPS juga tidak lupa bahwa perubahan sosial dan teknologi yang cepat terus terjadi sehingga psikologi sosial juga perlu terus menginvestigasi topik-topik yang relevan dengan perkembangan zaman.

Page 5 of 13 | Total Record : 130