cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)" : 15 Documents clear
Studi Historis Ibadah Orang Yahudi pada Masa Intertestamental Mintoni Asmo Tobing
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.65

Abstract

The existence of the temple in Jerusalem was closely related to Jewish worship, because the temple was the center of Israel's worship. The Jews living in exile, as well as those who remained in a post-exilic foreign land, had no temple nearby, apart from the existence of a synagogue. Furthermore, foreign nations took turns ruling over the Jews. This raises the question of how their worship was under foreign domination. This paper has been compiled as a result of literature research, to describe how the Jews worshiped during the intertestamental times. The results showed that worship, politics and culture are related in their implementation. In some instances, the priest as leader of Israelite worship had to deal with political affairs, and in other cases the faith of the Israelites was undermined by Hellenism. Keberadaan bait suci di Yerusalem sangat terkait dengan ibadah orang Yahudi, karena bait suci tersebut adalah pusat ibadah orang Israel. Orang-orang Yahudi yang hidup dalam pembuangan maupun mereka yang tetap tinggal di negeri asing pasca-pembuangan, tidak memiliki bait suci di dekat mereka, selain keberadaan sinagoge. Lebih jauh, bangsa asing silih berganti memerintah atas orang-orang Yahudi. Hal ini memunculkan pertanyaan, bagaimana ibadah mereka di bawah dominasi bangsa asing. Tulisan ini disusun sebagai hasil penelitian pustaka, untuk mendeskripsikan bagaimana orang-orang Yahudi beribadah selama masa intertestamental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibadah, politik, budaya memiliki keterkaitan dalam pelaksanaannya. Dalam beberapa kejadian, imam sebagai pemimpin ibadah orang Israel harus bersinggungan dengan urusan politik, dan dalam kasus yang lain iman orang Israel tergerus oleh Helenisme.
Memahami Penerapan Taurat Pada Masa Yesus dan Implikasinya Dalam Menghayati Firman Tuhan Pada Masa Kini Sri Lina BL Simorangkir
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.55

Abstract

The development of the Jewish nation in observing the Torah from the time of the Babylonian exile to the time of Jesus' presence in Judea continued, both amidst the changing cultural effects of politics on the existing government. The Torah is a reference for the Jewish people to live by in worship and in their daily life. The Jewish Torah strictly rules the norms relating to personal and social morals. The material of the Torah had developed at the time of Jesus, been added with interpretations of the 'letters' of the Torah, new attitudes of behavior, which were increasingly distant and increasingly difficult to do. The way they understand the Torah is seen in the attitude and manner of the teachings of Jesus. The scribes were adept at interpreting the Torah literally with convoluted explanations. Jesus declared that He came to fulfill the Torah. The application of the application of the Torah for the present time appears in spiritual values such as spiritual understanding of God's Word, Bible study, understanding the current passages of the Torah, as well as the need for one's qualifications to live the Word of God. Therefore, today we need hermeneutic principles so that we don't misinterpret the Bible.Perkembangan bangsa Yahudi dalam melakukan Taurat sejak dari masa pembuangan di Babel sampai pada masa kehadiran Yesus di Yudea terus berlanjut, baik di tengah perubahan budaya maupun dampak politik pada pemerintah yang ada saat itu. Taurat menjadi acuan pegangan hidup bangsa Yahudi dalam ibadah dan dalam hidup sehari-hari. Taurat orang Yahudi sangat ketat mengatur norma-norma yang menyangkut moral pribadi dan sosial. Materi Taurat sudah berkembang pada masa Yesus, ditambah dengan tafsiran-tafsiran ‘huruf’ Taurat, pedoman sikap tingkah laku, yang semakin jauh dan semakin sulit dilakukan.     Cara mereka memahami Taurat yang terlihat pada sikap dan cara menanggapi ajaran Yesus. Para ahli Taurat mahir dalam menginterpretasikan Taurat secara harafiah dengan keterangan berbelit-belit. Yesus menyatakan bahwa Ia datang untuk menggenapi Taurat. Implikasi penerapan Taurat untuk masa kini muncul pada nilai-nilai rohani seperti kebangunan rohani memahami Firman Tuhan, pendalaman Alkitab, memahami perikop-perikop Taurat untuk masa kini, serta perlu kualifikasi seseorang dalam menghayati Firman Allah. Maka untuk itu di masa kini perlu prinsip-prinsip Hermeneutik agar tidak keliru dalam menafsir Alkitab.
Misi Allah pada Masa Intertestamental Elisua Hulu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.49

Abstract

The people of God of the Old Testament and the people of God in the New Testament were linked during what is called the intertestamental age. This period is referred to as a state of vacuum which is marked by the absence of a demonstrative role of the prophet. The 400 year period of development, destruction, success and decline of the ruling nations was prophesied by God. The Old Testament Book of Daniel shows clearly that world history is proceeding according to God's sovereignty. Mission is God's work. The important thing from God’s mission is talking about God as a sender, where He is the source, initiator, dynamist, implementer and fulfiller of His mission. The method of study related to God's mission in the Interstestamental era is the method of studying literature, which describes it descriptively. The intertestamental period is the time when other nations know the God of Israel through their existence among them. This is a different way from what happened in the days of Solomon's kingdom where there was a temple in Jerusalem which became an attraction for Gentiles. The political, social, and economic situation in intertestamental times was a preparation for the mission of the church in New Testament times.Umat Allah Perjanjian Lama dan Umat Allah Perjanjian Baru dihubungkan dalam masa suatu yang sebut masa intertestamental. Masa ini disebut sebagai keadaan adanya kevakuman yang ditandai oleh tidak nampaknya peranan nabi secara demonstratif. Masa waktu 400 tahun mengalami perkembangan, kehancuran, kesuksesan dan kemerosotan negara-negara yang menguasai sudah dinubuatkan oleh Tuhan. Kitab Daniel dalam Perjanjian Lama memperlihatkan dengan jelas bahwa sejarah dunia berjalan sesuai dengan kedaulatan Allah. Misi adalah karya Allah. Hal penting dari misi atau pengutusan Allah berbicara tentang Allah sebagai pengutus, dimana Ia adalah sumber, inisiator, dinamisator, pelaksana dan penggenap misi-Nya. Metode pengkajian terkait misi Allah pada masa Interstestamental adalah dengan metode kajian pustaka, yang menguraikan secara deskriptif. Masa intertestamental adalah masa di mana bangsa-bangsa lain mengenal Allah Israel melalui keberadaan mereka di tengah bangsa-bangsa lain. Ini adalah cara yang berbeda dari yang terjadi pada masa kerajaan Salomo di mana ada bait suci di Yerusalem yang menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lain. Situasi politik, sosial, dan ekonomi pada masa intertestamental merupakan persiapan bagi misi gereja pada masa Perjanjian Baru.
Perjalanan Sejarah Bait Suci dari Perjanjian Lama, Masa Intertestamental hingga Masa Pelayanan Yesus Wisnu Prabowo
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.46

Abstract

The Temple is one of the buildings that is very attached to the Israel life. As a place of God's presence in the midst of His people, the Temple is a building that must be holy. However, on one occasion in His ministry, the Lord Jesus came to the Temple and took radical action. The Lord Jesus was angry and drove away the people who were in the court of the Temple. There is a very radical treatment from the Lord Jesus. In the holy Temple, the Lord Jesus showed such a hard attitude. This study is a qualitative study using the bibliography method. This study examines the journey of the Temple from the time of the Old Testament to the time of the Lord Jesus' ministry by going through a period called the Intertestamental Period. The study results obtained are: First, the Temple experienced a shift in circumstances, which were originally holy to be polluted since the end of the Old Testament, the Intertestamental Period to the time of the Lord Jesus ministry. Second, the Temple underwent a change in function, which was originally formed as a place where God was present and met with His people, becoming a place where people, priests, scribes and kings, sought worldly benefits in the Temple.Bait Suci adalah salah satu bangunan yang sangat melekat di dalam kehidupan orang Israel. Sebagai tempat kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya, Bait Suci adalah sebuah bangunan yang harus kudus dan suci. Akan tetapi, di suatu kesempatan di dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus datang ke Bait Suci dan melakukan tindakan radikal. Tuhan Yesus marah dan mengusir orang-orang yang ada di pelataran Bait Suci. Ada perlakuan yang sangat radikal dari Tuhan Yesus. Di Bait Suci yang kudus dan suci, Tuhan Yesus menunjukkan sikap yang sedemikian keras. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode studi pustaka. Kajian ini meneliti perjalanan Bait Suci sejak zaman Perjanjian Lama hingga masa pelayanan Tuhan Yesus dengan melewati sebuah masa yang disebut Masa Intertestamental. Hasil kajian yang diperoleh adalah: Pertama, Bait Suci mengalami pergeseran keadaan, yang awalnya kudus dan suci menjadi cemar sejak zaman akhir Perjanjian Lama, Masa Intestamental hingga ke masa pelayanan Tuhan Yesus. Kedua, Bait Suci mengalami perubahan fungsi, yang awal dibentuk sebagai tempat dimana Tuhan hadir dan bertemu dengan umat-Nya menjadi tempat dimana orang-orang, para imam, ahli Taurat dan raja, mencari keuntungan duniawi di Bait Suci.
Sinagoge pada Masa Intertestamental dan Relevansinya dengan Gereja Masa Sekarang Stanley Santoso
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.47

Abstract

Abstract:            The synagogue is parallel to the word congregation, which initially means a place to study together, but then refers to a group of people and finally applies to the building where the congregation gather, which then develops to the institutional life of the Jewish church. The synagogue began during the exile, because of the Jewish desire to worship Yahweh, but they were scattered in exile and far from the temple, but they continued to remember God's promises and had hopes of returning to worship in the temple. Synagogues developed during the intertestamental period.            Worship in the Synagogue focuses on prayer and studying the Scriptures. The main form of worship is reading and studying the Scriptures. The synagogue was the most important institutional development in Judaism which also involved Christian origins. The synagogue became a place for the teachings of Jesus and then His apostles, and which later gave birth to early Christian converts. The synagogue is the initial model of the church system.Abstrak:            Sinagoge sejajar dengan kata jemaat, yang pada awalnya sesuai berarti tempat untuk belajar bersama, namun kemudian merujuk kepada kumpulan orang dan akhirnya diterapkan pada bangunan yang menjadi tempat jemaat berkumpul, yang kemudian berkembang kepada kehidupan institusional jemaat Yahudi. Sinagoge bermula pada masa pembuangan, karena kerinduan orang Yahudi untuk beribadah kepada Yahweh, namun mereka tersebar di pembuangan dan jauh dari bait suci, tetapi mereka terus mengingat janji Allah dan memiliki pengharapan akan kembali beribadah di bait suci. Sinagoge berkembang pada masa intertestamental.            Ibadah dalam Sinagoge berfokus pada doa dan mempelajari Kitab Suci. Bentuk utaman ibadahnya adalah pembacaan dan mempelajari Kitab Suci. Sinagoge merupakan perkembangan institusional yang paling penting dalam Yudaisme yang juga menyangkut asal-usul Kristen. Sinagoge menjadi tempat bagi pengajaran Yesus dan kemudian para rasulNya, dan yang kemudian melahirkan para petobat Kristen mula-mula. Sinagoge merupakan model awal dari sistem gereja.

Page 2 of 2 | Total Record : 15