cover
Contact Name
Rizaldy Purnamo Pedju
Contact Email
-
Phone
+6282346016601
Journal Mail Official
jurnal.potretpemikiran@iain-manado.ac.id
Editorial Address
Jl. Dr. SH Sarundajang, Kawasan Lingkar I, Malendeng Manado Kode Pos 95128
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Potret Pemikiran
ISSN : 16931874     EISSN : 25280376     DOI : -
Potret Pemikiran terdaftar dengan nomor ISSN 1693-1874 (Cetak), ISSN 2528-0376 (Online) adalah jurnal peer-review yang diterbitkan dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado. Potret Pemikiran mulai menerbitkan artikel-artikel versi cetak pada tahun 2000. Potert Pemikiran adalah jurnal pertama di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Manado yang sekarang bertranformasi menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado. Saat itu, Potret Pemikiran melingkupi cangkupan ilmu secara umum, yaitu ilmu politik, hukum, ekonomi, pendidikan, serta agama hingga tahun 2018. Sejak tahun 2019, Jurnal Potret Pemikiran fokus dan jangkauannya terkait Pemikiran Islam di bidang: Filsafat, Tasawuf, Politik Islam dan sosial Keagamaan, serta terjadi perubahan gaya selingkung yaitu menjadi APA 6th Edition (American Psychological Association).
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 1 (2016)" : 5 Documents clear
PENGARUH SUFISME DI INDONESIA Taufani Taufani
Potret Pemikiran Vol 20, No 1 (2016)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v20i1.750

Abstract

Abstract.This paper discusses the influence of Sufism in the dynamics of Islamization in Indonesia (Nusantara), especially in the 17th and 18th centuries, which was the golden age of Sufism in the archipelago. This paper shows that Sufism has contributed in giving birth to the tradition of intellectualism in the archipelago. besides iu, Sufism also succeeded in fostering a strong sense of solidarity among Muslims, so as to be able to inject the birth of a spirit of resistance to colonialism.Keywords:Sufism, Nusantara, Islam, Colonialism AbstrakTulisan ini mendiskusikan tentang pengaruh sufisme dalam dinamika islamisasi di Indonesia (Nusantara), khususnya pada abad ke-17 dan 18, yang merupakan masa keemasan ajaran sufisme di Nusantara.Tulisan ini menunjukkan bahwa ajaran sufisme telah berkontribusi dalam melahirkantradisi intelektualismedi Nusantara.di samping iu, ajaran sufisme juga berhasil memupukrasasolidaritas yang kuat di kalangan umat Islam, sehinggamampumenginjeksi lahirnya semangat perlawanan terhadap penjajahan.Kata Kunci: Sufisme, Nusantara, Islam, Penjajahan
Konsep Makkiyah dan Madaniyyah Dalam Al-Qur’an (Sebuah Analisis Historis-Filosofis) M. Bekti Khudari Lantong
Potret Pemikiran Vol 20, No 1 (2016)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v20i1.746

Abstract

Abstract. This article would try to elaborate an important concept in the Qur’an which deal with the process of revelation. Major of ulama devided the process of revelation into two periods, namely Makkah period (before hijrah) and Madinah period (after hijrah). According to Abdullahi Ahmed An-Na’im and his teacher, Mahmoud Mohamed Taha, this two periods of revelation contains different doctrines and teachings. Makkah period (Makkiyah) expressed a universal-democratic-egalitarianism doctrines of Islam. Whereas, Madinah period (Madaniyyah), is considered to be sectarian and discriminative. In this period, the prophet and his adherents created a city-state with a multi-religious and multi-cultural community. Therefore, they need a concrete and strict rules and regulations to manage the new state and new community. An-Na’im stated that most of the verses in the Qur’an which deal with law and regulations revealed through this period, including the relation between muslim and non-muslim community.Key words: concept, Makkah period, Madinah period, al-Qur’an Abstrak.Artikel ini akan mencoba untuk menguraikan konsep penting dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan proses penyataan. Mayoritas ulama membagi proses penyataan menjadi dua periode, yaitu periode Makkah (sebelum hijrah) dan periode Madinah (setelah hijrah). Menurut Abdullahi Ahmed An-Na'im dan gurunya, Mahmoud Mohamed Taha, dua periode wahyu ini mengandung doktrin dan ajaran yang berbeda.Periode Mekah (Makkiyah) menyatakan doktrin universal-demokratis-egalitarianisme Islam.Padahal, periode Madinah (Madaniyyah), dianggap sektarian dan diskriminatif.Pada periode ini, nabi dan pengikutnya menciptakan negara-kota dengan komunitas multi-agama dan multi-budaya.Oleh karena itu, mereka membutuhkan aturan dan peraturan yang konkrit dan ketat untuk mengelola negara baru dan komunitas baru.An-Na'im menyatakan bahwa ayat-ayat dalam Al Qur'an yang berhubungan dengan hukum dan terungkap selama periode ini, termasuk hubungan antara Muslim dan komunitas non-Muslim.Kata kunci: konsep, periode Mekkah, periode Madinah, Alquran
RELASI ALKHAIRAAT-NU DI MANADO TAHUN 1955-1998 (Studi Pertemuan Antara Alkhairaat dan NU dalam Konteksd Ideologi Sosio-kultiral) Lisa Aisyah Rasyid
Potret Pemikiran Vol 20, No 1 (2016)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v20i1.747

Abstract

Abstract. Alkhairaat and NU are two different organizations and structures. NU is active in various fields with not small political dimensions, while Alkhairaat focuses on education and da'wah. But in Manado it is interesting, the Islamic community considers that Alkhairaat is an embryo of NU. This is certainly related to the historical-sociological factors of these two institutions born in the local context. This study wants to answer two questions; First, what is the background of the relationship between Alkhairaat and NU in Manado in 1955-1998 and what is the dynamics and pattern characteristics of the Alkhairaat relationship with NU in Manado during 1955-1998. Temporally, this research was restricted from 1955 because this year Alkhairaat built its social relations with NU, which at that time was the party participating in the first election in Indonesia. The final limitation of the study was set in 1998 because this year there was a change in the body of NU by declaring the PKB as a party formed by and for NU citizens, but open to anyone including non-Muslims. This caused conflict in the Alkhairaat-NU relationship in Manado,   Keywords:NU, Alkhairaat, Manado, Education, Da'wah, Historical-Sociological Abstrak.Alkhairaat dan NU adalah dua organisasi yang berbeda secara kelembagaan maupun struktur.NU aktif dalam berbagai bidang dengan dimensi politiknya yang tidak kecil, sedangkan Alkhairaat fokus pada pendidikan dan dakwah. Namun di Manado menarik, masyarakat Islam menganggap bahwa Alkhairaat adalah embrio dari NU. Ini tentu terkait dengan faktor historis-sosiologis kedua lembaga ini lahir dalam konteks lokal. Penelitian ini ingin menjawab dua pertanyaan; Pertama, Bagaimana latarbelakang terjalinnya hubungan antara Alkhairaat dan NU di Manado pada tahun 1955-1998 dan Bagaimana dinamika dan karakteristik pola relasi Alkhairaat dengan NU di Manado selama tahun 1955-1998. Secara temporal, penelitian ini dibatasi dari tahun 1955  karena pada tahun inilah Alkhairaat membangun relasi sosialnya dengan NU yang saat itu menjadi partai peserta dalam Pemilu pertama di Indonesia. Adapun batasan akhir penelitian ditetapkan tahun 1998 karena pada tahun ini terjadi perubahan di tubuh NU dengan mendeklarasikan PKB sebagai partai yang dibentuk oleh dan untuk warga NU, namun terbuka bagi siapapun termasuk non-Muslim. Hal ini menimbulkan konflik dalam relasi Alkhairaat-NU di Manado.Kata Kunci: NU, Alkhairaat, Manado, Pendidikan, Dakwah, Historis-Sosiologis
RETHINKING ISLAMIC THEOLOGY Mengagas Teologi Sosial dalam Konteks Pluralisme dan Multikulturalisme (Perspektif Pemikiran Teologi Fethullah Gulen) Muhammad Said
Potret Pemikiran Vol 20, No 1 (2016)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v20i1.748

Abstract

Abstract This article elaborate about the neccesity of renewal Islamic theology in the context of pluralism and multiculturalism. One of contemporary Muslim schoolars, Fethullah Gulen, could be considered among the most influential Muslim theologians of our time. His work focus on redefining the nature of Islamic discourse in the contemporary world by doing interreligious and intercultural dialogue. Today, we need to shift our paradigm from classical kalam which dogmatic, abstract, and exclusive to more practical theology based on life and contemporary needs, which is called “social theology”.  Gulen’s theological discourse distinguished for his support of democracy, humanisme, openness to globalization, progressiveness in integrating tradition with modernity, and to make sense of pluralistic-piety. Keyword: Kalam, Social-Theology, Pluralitic-Piety, MulticulturalismeAbstrak. Artikel ini menguraikan tentang necseity pembaharuan teologi Islam dalam konteks pluralisme dan multikulturalisme. Salah satu murid sekolah Muslim kontemporer, Fethullah Gulen, dapat dianggap sebagai salah satu teolog Muslim paling berpengaruh di zaman kita. Karyanya fokus pada mendefinisikan kembali sifat wacana Islam di dunia kontemporer dengan melakukan dialog antaragama dan antarbudaya. Saat ini, kita perlu menggeser paradigma kita dari kalam klasik yang dogmatis, abstrak, dan eksklusif ke teologi yang lebih praktis berdasarkan pada kehidupan dan kebutuhan kontemporer, yang disebut "teologi sosial". Wacana teologis Gulen dibedakan atas dukungannya terhadap demokrasi, humanisme, keterbukaan terhadap globalisasi, progresifitas dalam mengintegrasikan tradisi dengan modernitas, dan untuk memaknai kesalehan pluralistik.Kata kunci: Kalam, Teologi Sosial, Pluralitic-Piety, Multikulturalisme
HERMENEUTIKA HUKUM ISLAM KHALEED ABOU EL FADL: Sebuah Tawaran Dalam Membendung Otoritarianisme Fatwa MUI Muzayyin Muzayyin
Potret Pemikiran Vol 20, No 1 (2016)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v20i1.749

Abstract

Abstrak.One of the great thinkers in the contemporary era is Khaleed Abou El Fadl, a prominent public intellectual on Islamic law. Through his works, Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl offers a frame of new methodology in the study of Islamic law by using a hermeneutics approach. Abou El-Fadl’s hermeneutics can be called the negotiated hermeneutics because the core of  his hermeneutics analysis is to negotiate the role of the text (al-Qur’an, hadits, and fatwa), author (Mufti, special agent), and reader (Islamic society, common agent) in determining the meaning of authoritative text. These three parties should be a balancing and negotiating progress in which that one party ought not to dominate the determination of meaning. Abou El Fadl’s hermeneutics theory embraces the idea of autonomous and open texts. Therefore, the interpretation of the text does not always focus on efforts to locate the author’s desired intent. Hence, He further argues that integrity of text being damaged, not dynamic, and be unable to perform  its functions in responding the challenges and demand of the global era due to the authoritarianism, or interpretative despotism by way of locking the will of the divine behind the text, its interpretation, or fatwa based on certain ideology as performed by those Mufti who speak in God’s name. in short, From above description emphasis the significance of Abou El Fadl’s hermeneutics in contemporary Islamic law studies is to stem the authoritarianism that has become  a common phenomenon in the contemporary era. This paper  using the critical-analysis of method to examines or look at critically Mufti in making various judicial decision and legal opinion (fatwa) in case of Permanent Council for Specific Research And Legal Opinion (CRLO)in Egypt and Indonesian Council of Ulama (MUI) in Indonesia that assessedreapmuchcontroversy and even rejections from part of Muslim community.Keywords:Islamic law, hermeneutics, authoritarianism, legal opinion, MUI Abstrak .Salah satu pemikir besar di era kontemporer adalah Khaleed Abou El Fadl , seorang intelektual publik terkemuka tentang hukum Islam. Melalui karyanya ,Speaking in The God’s Name: Islamic Law, Authority, and Woman, Abou El Fadl menawarkan kerangka metodologi baru dalam studi hukum Islam dengan menggunakan pendekatan hermeneutika . Hermeneutika Abou El Fadl disebut hermeneutika negosiasi karena inti dari analisis hermeneutikanya adalah menegosiasikan peran teks ( al-Qur'an , hadits , dan fatwa ), pengarang ( Mufti ,agen khusus), dan pembaca (masyarakat Islam,agen umum) dalam menentukan makna teks otoritatif .Ketiga pihak harus seimbang dan bernegosiasi di mana salah satu pihak tidak seharusnya mendominasi penentuan makna.Teori hermeneutika Abou El Fadl yang mencakup gagasan teks otonom dan terbuka sehingga penafsiran teks tidak selalu fokus pada upaya untuk mencari maksud penulis yang diinginkan . Oleh karena itu, Abou El-Fadl menyatakan bahwa integritas teks menjadi rusak, tidak dinamis , dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam merespon tantangan dan tuntutan era global karena otoritarianisme , atau penafsiran despotic dengan cara mengunci kehendak Tuhan di belakang teks, interpretasi, atau fatwa berdasarkan ideologi tertentu seperti yang dilakukan oleh mereka para Mufti yang mengatas namakan dirinya sebagai pembicara atas nama Tuhan. Singkatnya , dari uraian di atas pentingnya hermeneutika Abou El Fadl dalam studi hukum Islam kontemporer adalah untuk membendung otoritarianisme yang telah menjadi fenomena umum di era kontemporer. Makalah ini menggunakan metode kritis-analisis untuk menguji atau melihat secara kritis seorang Mufti dalam membuat berbagai keputusan hukum atau fatwa dalam kasus Indonesian Council of Ulama( MUI ) di Indonesia yang dinilai menuai banyak kontroversi dan bahkan beberapa penolakan dari sebagian masyarakat Muslim Kontemporer .Kata kunci :hermeneutika, hokum Islam, otoritarianisme, fatwa , MUI

Page 1 of 1 | Total Record : 5