cover
Contact Name
I Nyoman Santiawan
Contact Email
inyomansantiawan@gmail.com
Phone
+6281229463400
Journal Mail Official
inyomansantiawan@gmail.com
Editorial Address
Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah Dukuh Macanan Baru, Morangan, Mojayan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57414 Telepon: (0272) 3352795
Location
Kab. klaten,
Jawa tengah
INDONESIA
Widya Aksara: Jurnal Agmaa Hindu
ISSN : 2085272X     EISSN : 26589832     DOI : -
Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu merupakan Jurnal Sosial, Budaya dan Agama Hindu yang menerbitkan hasil penelitian atau pemikiran tentang studi agama dan studi sosial dan budaya menggunakan perspektif interdisipliner. Lingkup Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu adalah: Studi agama Hindu seperti Fisafat, Etika dan Upacara Studi sosial dan budaya seperti sosiologi masyarakat Hindu Sumber pengajaran terkait: studi agama, pemikiran Hindu, filsafat Hindu, studi pendidikan agama Hindu, studi penerangan agama dan kajian budaya
Articles 144 Documents
KONSTRUKSI SOLIDARITAS SOSIAL BERBASIS IKATAN BANJAR SOLO TIMUR PADA MASYARAKAT HINDU DI SURAKARTA Suendi, I Nyoman
Widya Aksara Vol 21 No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.694 KB)

Abstract

Sistem kekerabatan berbasis sistem ikatan Banjar merupakan model pranata sosial yang diterapkan oleh masyarakat Hindu di Surakarta sejak masa kesejarahan. Pranata sosial tersebut digunakan sebagai wahana untuk membentuk tatanan sosial yang berciri tradisional. Dalam kehidupan sosial beragama Hindu pranata sosial tersebut mampu memperlancar proses pelaksanaan agama Hindu karena di dalamnya mampu mewujudkan solidaritas sosial secara internal di kalangan masyarakat Hindu di Surakarta. Berkaitan dengan hal tersebut dalam penelitian ini dikemukakan tiga permasalahan untuk mengkaji konstruksi solidaritas sosial, yakni (1) Bagaimana pola kontruksi solidaritas sosial berbasis sistem ikatan Banjar pada masyarakat Hindu di Surakarta? (2) Bagaimana mekanisme konstruksi solidarias sosial berbasis sistem ikatan Banjar pada masyarakat Hindu di Surakarta? Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa pola konstruksi solidaritas sosial yang berbasis pada sistem ikatan banjar berkaitan dengan bentuk pranata sosial yang digunakan sebagai wahana untuk menyelesaikan kegiatan sosial keagamaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu di Surakarta. Pranata sosial tersebut terbentuk sejak masa kesejarahan, yakni ketika pada masa awal keberadaan masyarakat Hindu etnis Bali di Surakarta sekitar tahun 1970. Sistem sosial ikatan Banjar diperankan sebagai wahana untuk memperlancar proses pelaksanaan agama Hindu, terutama dalam ranah upacara manusa yajna dan upacara pitra yajna. Sistem ikatan banjar digunakan dalam pelaksanaan upacara manusa yajna, seperti dalam pelaksanaan upacara-upacara perkawinan, sedangkan dalam pelaksanaan upacara pitra yajna, terutama dalam upacara yang berkaitan dengan penguburan atau ngaben menurut sistem kepercayaan agama Hindu. Mekanisme konstruksi solidaritas sosial yang berbasis pada sistem ikatan Banjar dilandasi oleh unsur-unsur dasar yang menjadi wahana pembentuk solidaritas sosial dalam sistem ikatan banjar seperti ikatan kapitresnan, ikatan kesamaan sistem kepercayaan yang dianut, ikatan keluarga berdasarkan perkawinan dan kesamaan kepentingan. Ikatan kapitresnan merupakan ikatan emosional yang terjadi terutama emosi persaudaraan. Emosi persaudaraan tersebut dimulai dari rasa adung metimpal (cocok bersaudara) sehingga mewujudkan rasa saling asah, saling asih, saling asuh dan merasa senasib dan sepenanggungan.
NILAI EDUKASI KEGIATAN RITUAL PURA AGUNG GIRINATA KOTA SEMARANG Sujaelanto
Widya Aksara Vol 21 No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.068 KB)

Abstract

Pura Agung Girinatha tidak sekedar sebagai tempat yang suci dan sacral bagi umat Hindu kota Semarang, tetapi juga sebagai symbol dan identitas. Umat Hindu kota Semarang tediri dari berbagai suku dan asal daerah. Umat Hindu Semarang ada yang berasal dari India, Bali, Jawa dengan kondisi social yang berbeda-beda.  Umat Hindu kota Semarang menempatkan Pura Agung Girinatha bukan saja sebagai sempat yag suci dan sacral untuk tempat upacara agama, tetapi juga sebagai tempat  social keagamaan. Pura sebagai tempat social keagamaan, dipergunakan sebagai pengembangan budaya, pendidikan, sebagai tempat musyawarah warga tempek, tempat wisata religi. Mutli fungsi pura Agung Girinatha merupakan bentuk tranformasi nilai kesadaran dalam memahami, manghayati dan merefleksikan sikap keberagamaannya. Umat Hindu kota Semarang mengekspresikan emosi keagamaan mereka melalui upacara ritual keagamaan dengan menghaturkan sesaji kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Nilai edukasi dalam upacara di pura Agung Girinata terkait dengan seluruh aspek Tri Hita Karana yang di implementasikan dalam hubungan sesame komunitas Hindu Semarang, dengan masyarakat sekitar serta baktinya dengan Tuhan. Masyarakat Hindu di Kota Semarang dalam mengejawantahkan emosi keagamaannya dengan konsep ?desa mawacara? atau ?desa kalapatra?. Adaptasi dengan situasi ruang-waktu umat Hindu kota Semarang secara konsisten menunjukkan dasar keyakinan tatacara beragama mereka melalui jalan ritual.
NILAI ETIKA DALAM GEGURITAN I CEKER CIPAK Warta, I Nyoman
Widya Aksara Vol 21 No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.149 KB)

Abstract

Karya sastra merupakan salah satu khasanah budaya bangasa yang adhi luhung, karena di dalamnya terdapat mutiara-mutiara yang terpendam dan nilainya sangat penting untuk  pembentukan krakter dan  kepribadian bangsa. Penggalian naskah-naskah baik dalam bentuk Lontar, Prasasti dan sebagainya akan banyak membuka tabir rahasia yang selama ini sangat gelap bagi kita. Melalui karya-karya seni, khususnya seni sastra diungkapkan  ide-ide yang didalamnya ada idiologi kehidupan yang perlu disebarluaskan kepada masyrakat. Salah satu karya sastra yang dikaji dalam tulisan ini adalah Nilai-Nilai Etika Dalam Geguritan I Ceker Cipak. Geguritan  I Ceker Cipak mengisahkan seorang pemuda desa yang bernama I Ceker Cipak  mengisahkan seorang pemuda desa hidup yatim dan miskin diasuh oleh ibunya tanpa sanak saudara. Dalam kesehariannya ia selalu mengamalkan ajaran kebenaran (dharma), senantiasa berbahkti kepada ibunya serta tabah  menghadapi cobaan. Dengan demikian Geguritan I Ceker Cipak ini dipandang perlu untuk dikaji dalam suatu karya ilmiah. Dalam tulisan  ini akan ditelusuri serta dikaji rumusan masalah yakni: Nilai-Nilai Etika apa saja yang terkandung dalam Geguritan I Ceker Cipak?. Berdasarkan kajian pada Geguritan I Ceker Cipak,  dapat ditemukan Nilai-Nilai Etika Dalam Geguritan I Ceker Cipak sebagai berikut: (1) Nilai Pendidikan Etika. Dalam Geguritan I Ceker Cipak yang berhubungan dengan ajaran Etika seperti: Ajaran Panca Satya yaitu: (1) satya semaya (2) satya herdaya (3) satya mitra (4) satya semaya dan (5) satya laksana. Di samping tersebut juga terdapat (1).nilai kesetyaan Pati Brata, (2) Niali cinta kasih/Tanpa kekerasan, Nilai Sosial Kemasyarakatan. (3) Nilai Pendidikan Estitika. Nilai-Nilai yang terkandung dalam Geguritan I Ceker Cipak dapat dijadikan tonggak landasan baik dalam berpikir, bertutur kata maupun berbuat yang baik dan benar sebagai wujud implementasi ajaran?Tri Kaya Parisaudha?.
NILAI TRI HITA KARANA DALAM PASAR JAJAN TRADISIONAL NALIKO SEMONO PADA KOMUNITAS TIN-THIR DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR Wisnu Wardani, Dewi Ayu
Widya Aksara Vol 21 No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.75 KB)

Abstract

Pasar Jajan Tradisional Naliko Semono adalah salah satu even tahunan yang dilakukan oleh Komunitas Tin-thir. Diadakan setiap bulan antara  bulan oktober dan september. Even tersebut sebagai peringatan awal pembentukan Komunitas Tin-Thir. Dapat dikatakan sebagai perayaan ulang tahun komunitas. Memakai nama Pasar Jajan Tradisional Naliko Semono karena dagangan yang dijual adalah makanan atau jajanan jaman dahulu, maka dari itu disebut tradisional. Tradisi menurut KBBI adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisional :  menurut tradisi (adat) ; upacara-upacara ; upacara menurut adat ( Tim Penyusun, 2008 : 1483). Sedangkan istilah ?Naliko Semono? mempunyai arti sebuah harapan akan mengingatkan kita pada waktu jaman dahulu sekitar 30 tahun yang lalu keberadaan budaya, sosial dan alam kita yang masih lestari. Pasar Jajan Tradisional Naliko Semono yang dilakukan oleh Komunitas Tin-Thir ini inspirasi dari kegiatan Pasar Jajan Tradisional tahun 2008 di Karangpandan, hanya saja yang dilakukan oleh Komunitas Tin-Thir lebih dikreasi. Sedangkan Pasar Jajan Tradisional Naliko Semono yang dilaksanakan pada tahun 2016 ini adalah Pasar Jajan Tradisional Naliko Semono yang kedelapan kalinya. Didalam pelaksanaan kegiatan Pasar Jajan Tradisional Naliko Semono mempunyai beberapa rangkaian, antara lain : persiapan, pelaksanaan dan penutupan.  Persiapan yang dilakukan yaitu : musyawarah bersama untuk merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada Pasar Jajan Tradisional Naliko Semono.
PERAN GURU RUPAKA DALAM MENANAMKAN AJARAN AGAMA HINDU Budiadnya, I Putu
Widya Aksara Vol 21 No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.456 KB)

Abstract

Peranan Guru Rupaka sangat diperlukan dalam proses pembelajaran agama. Selain sebagai pendorong bagi anak dan pemuda dalam pembelajaran agama Hindu, Guru Rupaka merupakan suri tuladan atau contoh bagi anak-anak dan pemuda pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu maka peranan Guru Rupaka dipandang sangat penting dalam perkembangannya. Era  dewasa ini dengan ciri kemajuan  dalam bidang ilmu dan teknologi, di sadari maupun tidak telah menggeser peran guru rupaka atau orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Pada masa lalu sebelum dikenal media televisi, tradisi bercerita sebelum tidur yang menyampaikan ajaran-ajaran moral dan etika agama masih dapat dijumpai, namun belakangan ini tradisi ini semakin menghilang, padahal peranan guru rupaka atau orang tua untuk melengkapi pendidikan agama yang diperoleh disekolah formal sangatlah dibutuhkan. Menyadari telah terjadi perubahan kondisi dan situasi saat ini dengan dampaknya yang tidak dapat dihindarkan, maka  pendidikan Agama Hindu dalam keluarga sangatlah penting guna membentengi dan membangun moral anak. Hal ini menunjukkan bahwa peran Guru Rupaka sangat peting dalam menanamkan ajaran agama hindu di dalam keluarga. Oleh karna itu Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Sejauh mana peran Guru Rupaka dalam menanamkan ajaran Agama Hindu dalam keluarga? Bagaimana pola penanaman ajaran Agama Hindu dalam keluarga di? Apa manfaat penanaman ajaran Agama Hindu dalam keluarga? Bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang  penanaman ajaran Agama Hindu khususnya pendidikan agama Hindu dalam keluarga, disimpulkan kedalam beberapa pokok pikiran sebagai berikut : 1 Fungsi Pendidikan Agama di dalam keluarga adalah sebagai berikut, Penanaman nila- nilai ajaran agama hindu yang dapat dijadikan pedoman hidup dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup (Moksartham Jagadhita) Pengembagan Sradha dan Bakti kepada Hyang Widi (Brahman) Mengajarkan tentang ilmu pengetahuan agama secara umum, system dan fungsinya, pembentukan siksp dan mental anak pencegahan anak dari hal-hal negatifyang diakibatkan oleh pergaulan dunia luar. 2. Peran Guru Rupaka sangat mendukung terbentuknya kepribadian anak. Guru rupaka memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam memberi arahan perkembangan jiwa anak. Guru rupaka wajib memberikan bimbingan kepada anak dengan cara memantapkan pendidikan pertama dirumah, kemudian menyekolahkan mereka pada waktunya. Setelah tiba waktunya untuk menikah maka Guru Rupaka wajib menikahkan putra-putrinya. 3) mencegah anak untuk berperilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai  moral. 4) Tujuan penanaman ajaran agama Hindu dalam keluarga adalah untuk mewujudkan anak yang suputra dan mempunyai tanggung jawab serta berpegang teguh pada ajaran dharma. Guru Rupaka harus berusaha menanamkan ajaran agama Hindu sejak lahir agar anak terhindar dari kegelapan dan kebodohan. Pengetahuan Agama Hindu yaitu tentang  jalan untuk mencapai Moksa khususnya Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, dan Jnana Marga Yoga, agar kita lebih memahami serta para pembaca lebih mengetahui tentang salah satu jalan untuk mencapai Moksa ini.
UPACARA RUWATAN SUKERTO DI PADEPOKAN SEGORO GUNUNG KABUPATEN KARANGANYAR Sudjiman
Widya Aksara Vol 21 No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.951 KB)

Abstract

Tidak semua orang Jawa mengenal Ruwatan Sukerto.  Orang Jawa adalah orang yang hidup di lingkungan budaya Jawa. Daerah kebudayaan jawa sangat luas, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Diantara wilayah kebudayaan tersebut terdapat kejawen. Ruwatan Sukerto merupakan nilai adi luhung bagi masyarakat Kejawen. Ruwatan memiliki makna tersendiri.   Sebagai warisan budaya yang sarat makna,  Ruwatan Sukerto mulai tergeser dengan budaya baru sehingga tradisi Ruwatan Sukerto mulai ditinggalkan generasi  saat ini. Dalam tulisan ini ada tiga permasalahan yaitu (1) Bagaimana bentuk Ruwatan Sukerto di Padepokan Segoro Gunung Kabupaten Karanganyar?. (2) Bagaimana fungsi upacara Ruwatan Sukerto di Padepokan Segoro Gunung Kabupaten Karanganyar?. (3) Bagaimana makna upacara Ruwatan Sukerto di Padepokan Segoro Gunung Kabupaten Karanganyar?. Guna menjawab permasalahan tersebut dibutuhkan data kualitatif yang dikumpulkan dengan pendekatan fenomenologi. Data tersebut digali pada kelompok-kelompok masyarakat kejawen yang masih aktif dalam kegiatan di Padepokan Segoro Gunung Kabupaten Karanganyar melalui obserwasi terlibat dan wawancara terhadap informan sesuai dengan keperluan. Hasil penelitian yang telah dikumpulkan menyangkut (1) Waktu, tempat Penyelenggaraan Ruwatan Sukerto (2) Perlengkapan upacara Ruwatan Sukerto (3) Prosesi upacara Ruwatan (4) Larangan/pantangan upacara Ruwatan Sukerto (5) Sesaji/banten. Analisis tersebut menegaskan bahwa upacara Ruwatan Sukerto bukan sekeder ritual yang sacral untuk memberikan sifat penyucian (pembersihan) manusia, tetapi ruwatan sukerto memiliki fungsi laten dan manifest.
UPACARA TANJUNG SARI DESA DLIMAS KECAMATAN CEPER DITINJAU DARI AJARAN TRI HITA KARANA Sugiman
Widya Aksara Vol 21 No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.069 KB)

Abstract

Upacara Tanjung Sari Di Desa Dlimas Kecamatan Ceperi disinyalir muncul pada abad ke 10 Masehi. Bermula dari seorang kerabat keraton Mataram , Ki Dlimas, yang melaksanakan perjalanan spiritual ke Klaten . Upacara Tanjung Sari  atau Sedhekah Desa sebagai upacara adat tradisional di Kelurahan Dlimas dan sekitarnya merupakan suatu perwujudan nilai sosial budaya yang dapat menjalin rasa kebersamaan antar umat beragama, karena masyarakat yang merayakannya terdiri atas beranekaragam umat beragama yaitu umat Hindu, Islam, Kristen dan Katolik Kelurahan Dlimas. Ritual Tanjungsari  berfungsi sebagai pemersatu warga Desa Dlimas yang selama satu tahun disibukan dengan tugas yang diemban ditempat kerjanya. Seni Pertunjukan juga dilibatakan dalam upacara itu. Bertitik tolak pada masalah tersebut di atas penulis bermaksud mengangkat upacara tersebut Tanjung Sari  di Kelurahan Dlimas, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten ini dirayakan sebagai pemujaan terhadap Cikal Bakal atau Pepunden Nyi Rara Tanjung Sari.
ANTUSIAS UMAT HINDU DALAM PELAKSANAAN UPACARA TAWUR KESANGA NASIONAL DI CANDI PRAMBANAN SAKA 1939 Warta, I Nyoman
Widya Aksara Vol 22 No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.728 KB)

Abstract

Latar belakang pelaksanaan upacara Tawur Kesanga di Candi Prambanan menurut tingkatannya seharusnya ?Tawur Agung Kesanga?,  karena tingkat nasional, namun umat yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta baru bisa meyelenggara  tingkat Panca Kelud. Sesungguhnya merupakan upacara Tawur Kesanga Tingakat Provinsi. Ini mencerminkan pada Desa Kala dan Patra yang dilandasi dengan ketulusan serta hari yang suci dan anandham. Candi Prambanan salah satu peninggalan Agama Hindu yang pernah mengalami kejayaan pada masanya. Sehingga dengan harapan anak cucu kita juga mampu meneruskan dan mewariskan kepada generari penerusnya. Mengingat sekarang pendidikan sejarah mengenai peninggalan Hindu sudah semakin berkurang serta niat anak-anak kita sangat minim terhadap sejarah, karena perkembangan jaman dan berbagai faktor. Dengan demikian Pelaksanaan Upacara Tawur Kesanga di Candi Prambanan merupakan salah satu metodelogis tentang pemahaman dan pelastarian peninggalan sejarah Hindu yang wajib kita pertahankan sampai kapanpun. Adapun yang menjadi rumusan masalah ini adalah: (a) Mengapa pelaksanaa Upacara Tawur Kesanga Nyepi Nasional di  Candi  Prambanan. (b) Persepsi masyarakat terhadap Upacara Tawur Kesanga Nyepi Nasional di Candi Prambanan. (c) Tingkatan Upacara Tawur Kesanga Nyepi Nasional di Candi Prambanan. Guna mengkaji Upacara tawur kesange nyepi menggunakan Teori Relegi, Teori Struktural Simbolik, krangka berpikir. Penelitian ini dilakukan di Candi Prambanan Yogyakarta. Umat Hindu Yogyakarta melaksanakan upacara Tawur Kesanga setiap tahun sekali dalam menjaga kelestarian atau keseimbangan alam semesta. Candi Prambanan adalah peninggalan sejarah kerajaan Hindu terbesar diperbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di sinilah tempat pelaksanaan upacara Bhutayajña Tawur Kesanga bagi umat Hindu Jawa Tengah dan Yogyakarta setiap tahun sekali. Khusus bagi umat Hindu Daerah Istimewa Yogyakarta semestinya melaksanakan upacara Bhutayajña Tawur Kesanga di Perempatan Tugu Yogyakarta, karena alasan keamanan maka pelaksanaan upacara Tawur Kesanga dilakukan di Pelataran Candi Prambanan, dengan tujuan menjaga secara ritual dan spitual keberadaan Candi Prambanan sebagai warisan terbesar agama Hindu, dengan harapan generasi penerus kita agar bisa menjaga dan merawatnya. Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, teknik observasi, studi kepustakaan. Dengan demikian sehingga penelitian ini layak untuk dilanjutkan sehingga apa yang menjadi harapan dapat terwujud dengan baik
BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA UPACARA BUBAK KAWAH DALAM RANGKAIAN PERKAWINAN DI DUSUN KEDUNGBIRU, DESA BALONG,KECAMATAN JENAWI, KABUPATEN KARANGANYAR Wisnu Wardani, Dewi Ayu
Widya Aksara Vol 22 No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.717 KB)

Abstract

Upacara Bubak Kawah erat hubungannya dengan siklus kehidupan seseorang. Upacara Bubak Kawah kaya dengan arti simbolis yang memiliki makna mendalam. Dewasa ini disadari atau tidak telah terjadi banyak perubahan terhadap orang Jawa itu sendiri. Orang-orang Jawa modern, terutama generasi mudanya, tidak lagi memahami makna dan perlambang yang tersirat dalam berbagai upacara tradisional yang masih dilaksanakan sebagian masyarakat pendukungnya, termasuk pelaksanaan upacara Bubak Kawah. Pada dasarnya pelaksanaan Upacara Bubak Kawah yang selama ini dilaksanakan oleh masyarakat umum merupakan ajaran Agama Hindu. Upacara Bubak Kawah sesungguhnya merupakan realisasi dari pada pelaksanaan ajaran yadnya dalam Agama Hindu. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah bentuk upacara Bubak Kawah yang dilaksanakan masyarakat Dusun Kedungbiru, Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar ?, Apakah fungsi dan makna upacara Bubak Kawah yang dilaksanakan masyarakat Dusun Kedungbiru, Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Apakah nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Bubak Kawah di Dusun Kedungbiru, Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar? Sesungguhnya upacara Bubak Kawah sangat penting dilakukan oleh para orang tua karena upacara Bubak Kawah mempunyai tujuan agar calon orang tua dan anaknya hidup selamat, bahagia dan si anak menjadi anak suputra. Realisasi upacara Bubak Kawah dalam masyarakat Kecamatan Jenawi tersebut menggunakan lambang dan simbol dalam mengungkapkan suatu keyakinan sebagai ungkapan kepercayaan kepada Tuhan, seperti halnya Umat Hindu menggunakan simbol-simbol sebagai wujud pemujaan kepada Tuhan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk yang nyata, seperti : penggunaan sesaji, wilujengan, simbol kain, dan prosesi upacaranya yang penuh dengan makna. Nilai-nilai luhur dalam Bubak Kawah berkaitan erat dengan ajaran Agama Hindu, yaitu : Tatwa, Susila dan Acara. Penerapan nilai-nilai luhur dalam upacara Bubak Kawah merupakan penerapan ajaran Agama Hindu yang digali dari ajaran Kitab Suci Weda.
DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP MORAL GENERASI MUDA Setyaningsih
Widya Aksara Vol 22 No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.881 KB)

Abstract

Perubahan zaman membawa dampak bagi seluruh Negara. Dengan adanya  perubahan zaman, pola pikir manusiapun ikut berubah. Perubahan zaman membawa dampak positif maupun negatif. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan Globalisasi. Dahulu, moral anak Indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari tatakramanya, sopan santun dan tutur bahasanya yang baik. Tetapi kini, moral atau perilaku anak remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak sekali perilaku-perilaku menyimpang yang kian marak terjadi di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan tersebut sebagian besar dilakukan atau dialami oleh anak remaja. Dalam tulisan ilmiah ini penulis mempunyai tiga permasalahan yaitu bagaimana globalisasi dapat menyebabkan dampak bagi moral generasi muda, latar belakang apa saja yang menyebabkan perubahan moral bagi generasi muda, dan seberapa besar perubahan yang terjadi karena adanya globalisasi bagi generasi muda. Penanaman nilai etika, moral, dan akhlak tidak hanya ditanamkan di lingkungan keluarga saja namun diperlukan kerja sama dari pihak sekolah, masyarakat dan pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dimana seorang anak mendapatkan bekal pendidikan etika, moral, dan akhlak. Peranan orang tua sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Sejak dini orang tua harus mampu memberikan arahan, bimbingan, serta teladan kepada anak.

Page 1 of 15 | Total Record : 144