cover
Contact Name
Nofia Hudaya
Contact Email
nofia.hudaya@sttcipanas.ac.id
Phone
+6281264656160
Journal Mail Official
jurnal@sttcipanas.ac.id
Editorial Address
Sekolah Tinggi Teologi Cipanas, Jl. Gadog I/36 Desa Gadog, Kec. Pacet, Kab. Cianjur, Jawa Barat 43253
Location
Kab. cianjur,
Jawa barat
INDONESIA
The New Perspective in Theology and Religious Studies
ISSN : 27229726     EISSN : 27229718     DOI : 10.47900
The New Perspective in Theology and Religious Studies (NPTRS) is a journal of theology, which is published twice in a year to promote theological and religious studies. Submitted articles will be read by two blinded reviewers. Editorial boards acknowledge the significant contribution from the readers to evaluate and improve the articles published in the Journal of NPTRS. Focus and Scope: 1. Biblical Studies 2. Systematic Theology and Church History 3. Pastoral and Mission Studies 4. Christian Education 5. Religious Studies
Articles 40 Documents
Model Pemuridan yang Relevan untuk Pelayanan Pendidikan Kristen Oinike Laia
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 1 (2020): June
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.609 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i1.3

Abstract

Tujuan pendidikan Kristen adalah membangun dan mendewasakan iman peserta didik menjadi murid Kristus yang sejati. Tetapi dalam penerapannya tujuan tersebut tidak tercapai bahkan cenderung orientasi pendidikan bergeser hanya untuk memenuhi tuntutuan akadamis semata. Maka tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengkajian terhadap pengajaran pendidikan Kristen dan berupaya untuk menemukan metode yang relevan bagi pelayanan pendidikan Kristen. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dan analisis kualitatif terhadap konsep dan penerapan pendidikan Kristen, serta melakukan pengkajian secara objektif terhadap permasalahan yang terjadi dari temuan penelitian. Pembahasan selanjutnya akan melakukan pengkajian terhadap konsep pemuridan dan hubungannya dengan pendidikan Kristen. Melalui hasil kajian tersebut diharapkan dapat menghasilkan gagasan atau model pendidikan yang alkitabiah, sehingga dapat membangun fondasi pendidikan dan mengembalikan fungsi pendidikan Kristen, bukan hanya menghasilkan lulusan yang berkualitas secara akademis tetapi juga menghasilkan peserta didik (murid) yang lebih beriman. Dalam pembahasan terakhir akan mengusulkan model atau pendekatan pemuridan yang dapat diterapkan dalam komunitas Kristen secara khusus di lingkungan pendidikan baik di tingkat Sekolah Menengah Atas dan di Perguruan Tinggi.
SUMBANGSI GAGASAN PEMIKIRAN ANDREAS A. YEWANGOE BAGI KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA. Arthur A Aritonang
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 2 (2020): December
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.004 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i2.9

Abstract

Abstrak: Artikel ini mengkaji masalah kebebasan beragama di Indonesia. Masalah kebebasan beragama di Indonesia sejak lama menjadi persoalan yang belum diselesaikan secara tuntas. Ada banyak faktor yang mendorong tidak terealisasinya kebebasan beragama di Indonesia diantarnya: (1) adanya mentalias ‘mayoritas’ di negara ini di mana masyarakat ‘minoritas’ harus ditundukan oleh keinginan ‘mayoritas’, (2) lemahnya figur seorang pemimpin daerah atau pusat dalam menegakkan konstitusi oleh karena dipengaruhi oleh kepentingan politik (kekuasaan) dan tekanan masyarakat, (3) adanya aturan mendirikan rumah ibadah yang hanya menguntungkan masyarakat ‘mayoritas’ (4) organisasi keagamaan yang menghakimi kelompok agama lain dalam menjalankan keyakinannya, (5) kurangnya kesadaran dari Gereja dalam melakukan autokritik terhadap keberadaan Gereja di tengah masyarakat muslim terbanyak, (6) banyakanya bangunan gereja protestan di Indonesia dengan berbagai macam nama yang menimbulkan pertanyaan dan rasa curiga terhadap umat Kristen terhadap adanya kristenisasi. Melalui sumbangsi pemikiran Andreas A. Yewangoe diharapkan kebebasan beragama dapat terwujudnya sesuai dengan asas kemanusiaan dan keadilan berdasarkan Pancasila.
Coherences and Contingencies in the Reformed and Evangelical Theology: Dialectical Relation between Identity and Flexibility Chandra Gunawan
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 1 (2020): June
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.956 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i1.2

Abstract

Hermeneutics has an important role in the theological studies and has led many denominations, including the Reformed and evangelical churches, to re-evaluate how they should develop their theology in the postmodern context. This essay analyzes two characteristics of the early church namely her coherence and contingency and shows that the Reformed and Evangelicals should maintain these basic elements that she could be relevant to her contemporary without losing her identity. Contextual analysis and background analysis will help understand how the early church and fathers develop their theologies in their contexts. This study finds that hermeneutics is fundamental for theological schools in developing their subjects and for church ministries in educating her congregation; therefore, the Reformed and evangelicals should consider this discipline so that she enables properly re-contextualizing the historic tradition in this pluralistic context.  
Allah Sebagai Bapa dan Ibu: Studi Komparatif Dari Konstruksi Allah sebagai Bapa dalam Injil Matius dan Allah sebagai Ibu dalam Teologi Feminis Pelita Hati Surbakti
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 2 (2020): December
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.761 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i2.17

Abstract

Because it is considered as a product of androcentric culture that can bring up misogynists, some feminist Christian theologians reject the hegemony of the use of the word "Father" as a calling for God. They considered that Mother was also worthy, even should be prioritized, to call God. Unfortunately this proposal seems to have been born from a less positive interpretation of the word Father in the Bible. Through this article, I prove that the title Father for God in the Gospel of Matthew does not contain the misogynistic nuances. On the contrary, through comparative studies, the construction of the proper theology of Matthew's gospel and feminist theology is actually based on the same socio-religious background that is fighting against proper theology which proclaims a transcendent and hierarchical portrait of God. Both emphasize an immanent God. With this similarity, God as Mother should not be the antithesis of God as Father, but both are complementary.
Kehidupan Dari Sang Entah, Menuju Sang Entah Bambang Subandrijo
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 1 (2020): June
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.195 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i1.5

Abstract

Mengenai surga, hal yang ditekankan oleh kitab suci terutama adalah kondisi berelasi dengan Allah secara erat dan benar, dalam damai sejahtera yang tidak terlukiskan, di mana pun dan kapan pun. Kehidupan dalam relasi dengan Allah secara erat dan benar, sesungguhnya melampaui ruang dan waktu, sekalipun dapat dirasakan dalam ruang dan waktu. Sebaliknya, neraka adalah kondisi dan situasi di luar relasi secara benar dengan Allah, yang termanifestasi dalam bentuk keterasingan, penderitaan, ketersisihan, dan ketiadaan damai sejahtera. Kondisi seperti ini pun tidak dibatasi dalam pengertian ruang dan waktu, sekalipun juga mewujud dalam kehidupan dalam dimensi ruang dan waktu
Retribution in the Wisdom Literature Chandra Gunawan
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 2 (2020): December
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.678 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i2.20

Abstract

Many scholars are reluctant to recognize the theological commonality among the wisdom literature. However, the concept retribution may connect the texts since it becomes their common question. Yet, their perspectives on retributive theology are diverse; in fact, they seem contradictory. This leads to the research question that I wish to address, i.e., how to understand the tension between these writing when they speak about the retribution. this essay will examine the concept of retribution in the OT, comprehend its meaning in the wisdom traditions, and compare it to other OT traditions.
Mencermati Pelayanan Penyembuhan Pada Masa Kini Daniel Susanto
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 1 (2020): June
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.937 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i1.4

Abstract

Pelayanan penyembuhan seringkali hanya dipahami secara fisik. Karena itu orang sakit sering mengharapkan penyembuhan yang biasa disebut dengan dengan curing. Padahal, tidak setiap penyakit dapat disembuhkan secara fisik. Walaupun demikian, orang sakit tetap dapat memperoleh penyembuhan atau healing, bila penyembuhan itu dipahami secara holistik. Penyembuhan holistik dilandasi pemikiran bahwa manusia tidak hanya mempunyai aspek fisik, tetapi juga aspek mental, sosial, dan spiritual. Karena itu penyembuhan holistik melebihi dari penyembuhan fisik. Bila penyembuhan fisik sudah tidak dapat dilakukan, orang yang sakit masih bisa mendapatkan penyembuhan, secara khusus penyembuhan aspek spiritualnya. Di dalam Alkitab disaksikan bahwa penyembuhan yang dilakukan Yesus tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga holistik. Paulus tidak mengalami penyembuhan fisik ketika ia sakit. Namun ia mendapatkan penyembuhan secara spiritual dari Tuhan. Penyembuhan ini memungkinkan ia menilai secara potitif akan penyakit jasmani yang dideritanya. Ia bahkan bisa bersyukur dan melihat makna di balik penyakitnya itu. Karena orang sakit yang tidak bisa disembuhkan lagi secara medis masih bisa mendapatkan kehidupan spiritual bersama Tuhan, bagi orang beriman, kematian tidak lagi menakutkan. Pelayanan melalui hospice juga akan membantu dia dan keluarganya untuk menghadapi kematian. Dalam kaitan dengan hal ini, gereja diharapkan menjadi penyembuh untuk melakukan pelayanan penyembuhan secara holistik yang bisa dikerjasamakan secara lintas iman. Dalam pelayanan ini,  peran pendampingan pastoral menjadi sangat penting.
Gagasan tentang Kekuasaan dan Penderitaan Allah: Relevansinya terhadap Pemahaman Berteologi Masa Kini Oinike Laia
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 2 (2020): December
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.405 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i2.7

Abstract

In general, the idea of an almighty, exalted, great, and infinite is attribute used to explain the name of God, and receives important attention in Christian theology. But it has a problem when the idea of an omnipotent God is related to God's suffering, specifically confronted with classical Christian theology which accepts God's omnipotence in absolute terms with the idea of Divine Impassibility, an understanding that recognizes that God cannot suffer. Therefore, this paper is the result of a study of the problems that arise from the two ideas, using descriptive qualitative methods. Through research conducted found a solution to connect both of these ideas, with a Practical-Christological approach, to see the suffering of God from the viewpoint of the cross. Then the results of the study conducted proposed the idea of Divine Passibility, that God can suffer as a form of love for humans. Thus, the idea of God's power and suffering is not a contradiction, but the two are interconnected.Pada umumnya gagasan mengenai Allah Mahakuasa, Mahamulia, Agung, dan tak terbatas, merupakan atribut yang digunakan untuk menjelaskan nama Allah, dan mendapat perhatian penting dalam teologi Kristen. Namun mendapat masalah apabila gagasan tentang Allah yang Mahakuasa dihubungkan dengan penderitaan Allah, secara khusus diperhadapkan dengan teologi Kristen klasik yang menerima kemahakuasaan Allah secara aboslut dengan gagasan Impasibilitas Ilahi, pemahaman yang mengakui bahwa Allah tidak mungkin dapat menderita. Karena itu, tulisan ini merupakan hasil kajian terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dari kedua gagasan tersebut, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Melalui penelitian yang dilakukan ditemukan solusi untuk menghubungkan kedua gagasan tersebut, dengan pendekatan Kristologis-praktika, melihat penderitaan Allah dari sudut pandang salib. Maka hasil dari studi yang dilakukan mengusulkan gagasan tentang pasibilitas ilahi, bahwa Allah bisa menderita sebagai wujud kasih kepada manusia. Dengan demikian, gagasan tentang kekuasaan dan penderitaan Allah bukan kontradiksi, tetapi keduanya saling berhubungan.
Peranan Tes Hasil Belajar Dalam Meningkatkan Motivasi Peserta Didik dalam Belajar Agama Yudha Nata Saputra
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 1 (2020): June
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.131 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i1.1

Abstract

Pendidikan agama memegang peranan penting dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia sehingga pelajaran agama menjadi wajib untuk diajarkan dalam setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan di Indonesia. Meskipun penting, namun kualitas pendidikan agama di Indonesia belum optimal, hal ini ditandai dengan masih rendahnya motivasi belajar peserta didik dalam belajar agama. Sementara itu, tes hasil belajar memegang peranan yang penting dalam memperoleh gambaran tentang kualitas pendidikan. Tujuan penulisan artikel ini dimaksudkan untuk mengkaji hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan sebuah tes hasil belajar yang baik, mengetahui bagaimana tes hasil belajar dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar agama. Tes hasil belajar yang dilaksanakan penting untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar agama yang akan berdampak terhadap mutu pendidikan di Indonesia. Hasil kajian, menunjukkan bahwa tes hasil belajar akan memberikan manfaat jika dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan tes. Kemudian tes hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur  akan dapat memotivasi peserta didik dalam belajar agama dengan menyediakan tujuan-tujuan belajar jangka pendek untuk peserta didik. Religious education plays an important role in the national education system in Indonesia so that religious education becomes compulsory to be taught in all types, lines and levels of education in Indonesia. Even though it is important, the quality of religious education in Indonesia is not yet optimal, this is indicated by the still low motivation of students to learn in studying religion. Meanwhile, learning outcomes tess play an important role in obtaining a picture of the quality of education. The purpose of writing this article is intended to examine the things that need to be considered in preparing a good learning achievement tes, knowing how the learning achievement tes can increase student motivation in religious learning. The learning achievement tes carried out is important to increase student motivation in studying religion which will have an impact on the quality of education in Indonesia. The results of the study, showed that learning outcomes tess will provide benefits if done by paying attention to the principles of tes preparation. Then a tes of learning outcomes carried out regularly will be able to motivate students in religious learning by providing short-term learning goals for students.
PERJAMUAN KUDUS MASA PENDEMI COVID-19 Irvan Hutasoit
The New Perspective in Theology and Religious Studies Vol 1, No 2 (2020): December
Publisher : Cipanas Theological Seminary

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.414 KB) | DOI: 10.47900/nptrs.v1i2.8

Abstract

The Lord’s Supper is a rite in the church. That rite is a remembering action of Jesus' incarnation, from His birth to His death and His resurrection. Usually, the Lord's Supper takes place and time in worship in the church. But during the Covid-19 pendemic the church was faced with the dilemma of carrying out the rite of the Lord’s Supper. So, this paper would like to explore and give an understanding of the alternatives to the implementation of the Lord's Supper when facing Covid-19 pendemi as it is today. In addition, this paper uses the meaning of the Lord's Supper as a foundation for the church to formulate its presence strategy in the world post-Covid-19.

Page 1 of 4 | Total Record : 40