cover
Contact Name
Susy Katikana Sebayang
Contact Email
cmhp.journal@gmail.com
Phone
+6281288283367
Journal Mail Official
sksebayang@fkm.unair.ac.id
Editorial Address
Lentera Kaji Jalan Wijaya Blok A/13 RT/RW 006/015 Kampung Dua – Bekasi 17145 Indonesia
Location
Kab. bekasi,
Jawa barat
INDONESIA
Journal of Community Mental Health and Public Policy
Published by Lentera Kaji
ISSN : 26222655     EISSN : 26222655     DOI : https://doi.org/10.51602/cmhp.v3i1.43
Core Subject : Health, Education,
The Journal of Community Mental Health and Public Policy focuses on the areas of community mental health and mental health care, addiction or substance abuse, including drugs, alcohol and smoking, mental health or addiction prevention, public policy about mental health and addiction and other related subjects. This journal accepts original research or innovation and opinions on current mental health issues and public policies. Journal does not receive case reports.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 5 No. 2 (2023): APRIL" : 5 Documents clear
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING ANAK DI INDONESIA: STUDI CROSS-SECTIONAL : Relationship between Parenting Patterns and Bullying Behavior of Children in Indonesia: A Cross-Sectional Study Dhian Satya Rachmawati; Lela Nurlela; Sukma Ayu Candra Kirana; Iis Fatimawati; Bayu Krisna Alriyanto; Ali Sairozi
Journal of Community Mental Health and Public Policy Vol. 5 No. 2 (2023): APRIL
Publisher : Lembaga Penelitian dan Terapan untuk Kesehatan Jiwa (Lenterakaji)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51602/cmhp.v5i2.86

Abstract

ABSTRACT Background: Children are the next generation for a bright and better future. Often there is bullying among children at school. Bullying has become a global problem, especially in the school environment. Bullying has a big impact on children, thus, bullying behavior must be prevented. Purpose: The purpose of this study was to analyze the relationship between parenting style and bullying behavior at the Balong Tani Jabon Public Elementarz School, Sidoarjo. Methods: The design of this research is correlational analysis. The population of the students at grades 4-6 was 130 children. The sampling technique used was proportionate stratified random sampling with a total sample of 98 school-age children grades 4-6. The independent variable was parenting style. The dependent variable was bullying at the school. The instrument used was a questionnaire on parenting and bullying behavior. Association was statistically tested using Spearman Rho. Result: From 98 respondents 66 respondents (67.3%) had democratic parenting patterns, and 87 respondents had non-bullying behavior (88.8%). The Spearman rho test resulted in a p value = 0.004 meaning that there was an association between parenting styles and bullying behavior at the school. The correlation coefficient of the association was 0.287 meaning that the relationship between the two variables was weak. Conclusion: The presence of both parents in a harmonious family is important so that they can share roles in caring for their children and can spend time together to form a democratic parenting pattern, in order to form children to become good individuals and do not engage in bullying behavior. ABSTRAKLatar Belakang: Anak adalah generasi penerus untuk masa depan yang cerah dan lebih baik Seringkali ada perilaku bulliying anak di sekolah. Bullying sudah menjadi masalah global terutama di lingkungan sekolah. Bullying mempunyai dampak yang besar bagi anak – anak untuk itu perilaku bullying harus di cegah. Tujuan: Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying di SD Negeri Balong Tani Jabon Sidoarjo. Metode: Desain pada penelitian ini analitik korelasional. Populasi anak usia sekolah di SD Negeri Balong Tani kelas 4-6 sebanyak 130 anak, Teknik sampling menggunakan proportionate stratified random sampling didapatkan sampel 98 anak usia sekolah kelas 4-6 di SD Negeri Balong Tani. Variabel bebas adalah pola asuh orang tua. Variabel terikat adalah bullying di SD Negeri Balong Tani, Instrument yang digunakan adalah kuesioner pola asuh dan perilaku bulliying. Uji statistik hubungan menggunakan Spearman Rho. Hasil: Hasil penelitian dari 98 responden di SD Negeri Balong Tani, didapatkan data pola asuh demokratis sebanyak 66 responden (67,3 %), Perilaku bukan bullying sebanyak 87 responden (88,8 %). Hasil uji Spearman rho didapatkan nilai p = 0,004 artinya terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying di SD Negeri Balong Tani. Hasil analisa didapatkan koefisien korelasi 0,287 artinya hubungan kedua variabel bersifat lemah. Kesimpulan: Kehadiran kedua orang tua yang lengkap dalam keluarga yang harmonis penting agar dapat berbagi peran dalam mengasuh anaknya dan bisa saling mengisi waktu bersama membentuk pola asuh demokratis, sehingga anak menjadi pribadi yang baik dan tidak melakukan perilaku bullying.
KARAKTERISTIK NILAI THE STRENGTH AND DIFFICULTIES QUESTIONNAIRE UNTUK SKRINING KESEHATAN MENTAL PADA ANAK DIDIK BARU DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK DI JAKARTA, INDONESIA: STUDI CROSS-SECTIONAL: Characteristics of the Self-Report Version of the Strengths and Difficulties Questionnaire to Screen Mental Health Problems Among New Juvenile Detainees at the Particular Detention Center for Adolescents in Jakarta, Indonesia: A Cross-Sectional Study Indry Octavia Trisnawati
Journal of Community Mental Health and Public Policy Vol. 5 No. 2 (2023): APRIL
Publisher : Lembaga Penelitian dan Terapan untuk Kesehatan Jiwa (Lenterakaji)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51602/cmhp.v5i2.90

Abstract

ABSTRACT Background: Mental health disorders in adolescents can be in the form of emotional and behavioral disorders. Purpose: The study was conducted to determine the characteristics of the Strength and Difficulties Quitionnaire (SDQ) scores in adolescents at LPKA Class II Jakarta. Methods: The study screened of adolescents using the self-report Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), which was given to new juvenile detainees aged <18 year at the Jakayzzrta Detention Center for Children from May to December 2022, totaling 73 people. Data on the age of juvenile detainees, education level, and type of crime were taken through the Correctional Database System. Result: The reliability test using Cronbach's alpha yielded 0.493, and the validity test with pearson bivariate was <0.05. The proportion of those with normal emotional score was 69.9%, the normal conduct score was 80.8%, the normal hyperactivity score was 94.5%, the normal peer score was 58.9%, the normal difficulties score was 75%, and the normal prosocial/strength score was 94.5%. The average age of students was 17 years old (mean±SD: 16.8±1.1), the proportin of junior high school was 55.9% and 36% was involve in physical abuse case. The mental health of new juvenile detainees was in normal condition. Conclusion: Providing SDQ makes it easier to screen mental health in adolescents, especially in special populations such as correctional institutions. The data can illustrate factors that have a major influence on criminal behavior in adolescents. It is necessary to monitor the mental health development of juvenile detainees while in the detention center. ABSTRAKLatar Belakang: Gangguan kesehatan jiwa pada remaja dapat berupa gangguan emosi dan perilaku. Tujuan: Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik nilai the Strength and Difficulties Quitionnaire (SDQ) pada remaja di LPKA Kelas II Jakarta. Metode: Studi ini melakukan penapisan pada remaja dengan menggunakan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) yang diberikan kepada tahanan/narapidana remaja baru (anak didik/andik)berusia <18 tahun di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) di Jakarta, dari bulan Mei hingga Desember 2022, berjumlah 73 orang. Data usia anak didik, tingkat pendidikan, dan jenis kejahatan diambil melalui Sistem Database Pemasyarakatan. Hasil: Uji reliabilitas dengan Cronbach's alpha adalah 0,493 dan uji validitas dengan bivariat pearson <0,05. Proporsi anak didik dengan status emosional normal adalah 69,9%, perilaku normal adalah 80,8%, hiperaktivitas normal adalah 94,5%, teman sebaya normal adalah 58,9%, kesulitan normal adalah 75%, skor prososial/kekuatan normal adalah 94,5%. Rata-rata usia adalah 17 tahun (mean±SD: 16,8±1,1), tingkat pendidikan SMP 55,9% dan kasus penganiayaan 35,6%. Kesehatan mental anak didik baru dalam kondisi normal. Kesimpulan: Pemberian SDQ memudahkan untuk melakukan skrining kesehatan mental pada remaja terutama pada populasi khusus seperti Lapas. Data tersebut dapat menggambarkan faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap perilaku kriminal pada remaja. Pemantauan terhadap perkembangan kesehatan mental tahanan/narapidana remaja selama berada di LPKA perlu dilakukan.
KESEPIAN DAN KECENDERUNGAN NARSISME PADA REMAJA PENYANDANG DISABILITAS FISIK PENGGUNA MEDIA SOSIAL DI INDONESIA: STUDI KORELASI: Loneliness and Narcissism Tendency in Adolescents with Physical Disabilities when Using Social Media in Indonesia : A Correlation Study Agustin Grace Alfeudi Prasetyo; Arthur Huwae
Journal of Community Mental Health and Public Policy Vol. 5 No. 2 (2023): APRIL
Publisher : Lembaga Penelitian dan Terapan untuk Kesehatan Jiwa (Lenterakaji)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51602/cmhp.v5i2.92

Abstract

ABSTRAK Background: The advancement of social media and increasingly sophisticated devices, makes teenagers interested in using it as a place to socialize online and reluctant to socialize in person. Adolescents with physical disabilities who have a tendency towards narcissism are more interested in things that only involve the desire to be loved and be the center of attention. Purpose: This study aims to determine the relationship between loneliness and narcissism tendencies in adolescents with physical disabilities when using social media. Methods: The method used was quantitative with a correlation design. A total of 108 adolescents with physical disabilities aged 18-22 years using social media were used as research participants using purposive sampling technique. Loneliness was measured using University of California Loneliness Scale Version 3 (a= 0,828) and Narcissism was measured using narcissistic Personality Inventory (a= 0,867). Result: showed that loneliness and narcissism in adolescents with disabilities when using social media had a significant positive relationship (r= 0,897 with sig. = 0,000). Conclusion: Loneliness has contributes of 64% on narcissism tendencies. This reserach is an initial effort to prevent narcissistic tendencies among adolescents with disabilities, because researchers see that some perople with disabilities feel lonely constantly. ABSTRAK Latar Belakang: Kemajuan media sosial dan gawai yang semakin canggih, membuat remaja tertarik menggunakannya sebagai tempat untuk bersosialisasi secara online dan enggan untuk bersosialisasi secara langsung. Remaja penyandang disabilitas fisik yang memiliki kecenderungan narsisme, lebih tertarik dengan hal yang hanya menyangkut keinginan untuk dicintai dan dijadikan pusat perhatian oleh orang lain. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan kecenderungan narsisme pada remaja penyandang disabilita fisik dalam penggunaan media sosial. Metode: Metode yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain korelasi. Sebanyak 108 remaja penyandang disabilitas fisik berusia 18-22 tahun pengguna media sosial dijadikan sebagai partisipan penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kesepian diukur menggunakan UCLA Loneliness Scale Version 3 (a = 0,828) dan lkecenderungan narsisme diukur menggunakan Narcissistic Personality Inventory (a= 0,867). Hasil: penelitian membuktikan bahwa kesepian dengan kecenderungan narsisme pada remaja penyandang disabilitas pengguna media sosial memiliki hubungan positif signifikan (r= 0,897 dengan sig. = 0,000). Kesimpulan: Kesepian memberi pengaruh sebesar 64% terhadap kecenderungan narsisme. Penelitian ini sebagai upaya awal guna mencegah kecenderungan narsisme di kalangan remaja penyandang disabilitas, karena peneliti melihat bahwa beberapa penyandang disabilitas merasa kesepian yang terus-menerus.
SELF-MONITORING DAN IMPULSIVE BUYING PRODUK KOSMETIK DI KALANGAN MAHASISWI: STUDI KORELASI: Self-monitoring and Impulsive Buying of Cosmetic Products Among College Student: A Correlational Study Milazia Putri; Intan Dewi Kumala; Risana Rachmatan; Arum Sulistyani
Journal of Community Mental Health and Public Policy Vol. 5 No. 2 (2023): APRIL
Publisher : Lembaga Penelitian dan Terapan untuk Kesehatan Jiwa (Lenterakaji)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51602/cmhp.v5i2.94

Abstract

ABSTRACT Background: Female students as late teens are individuals who have the tendency to do impulsive buying or spontaneous buying. In making purchases, female students are easily influenced which made them buy items that are popular in their social environment. This is related to high self-monitoring, mostly due to the idea of always wanting to display a positive image of themselves, and to behave in accordance with the information received from their environment. Purpose: To determine the relationship between self-monitoring and impulsive buying of cosmetic products among female college students of Universitas Syiah Kuala. Methods: This study used a quantitative approach involving 337 female college students aged 18-22 years, who were selected through the unrestricted self-selected survey technique. Data was collected using a revised version of self-monitoring scale and impulsive buying tendency scale. Pearson correlation was used to test the association. Results: The results showed that c. There was a positive and significant relationship between self-monitoring and impulsive buying of cosmetic products among female college students (r = 0.568; p = 0.000), meaning that the higher the self-monitor, the greater the impulsive buying, and vice versa. The coefficient of determination was 0.322 which indicates that self-monitoring contributes 32.2% to impulsive buying. Conclusion: Self-monitoring and impulsive buying of cosmetic products were both high among female college students. Self monitoring is positively associated with impulsive buying among these group. ABSTRAK Latar Belakang: Mahasiswi yang umumnya berada pada usia remaja akhir merupakan individu yang memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian secara spontan atau impulsif. Dalam melakukan pembelian, mahasiswi mudah terpengaruh untuk membeli barang-barang yang sedang populer di lingkungan sosialnya. Hal ini bekaitan dengan tingginya tingkat self-monitoring yang umumnya disebabkan adanya pemikiran untuk selalu ingin menampilkan citradiri yang positif, dan berperilaku sesuai dengan informasi yang diterima dari lingkungannya. Tujuan: penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara self-monitoring dan impulsif buying produk kosmetik di kalangan mahasiswi Universitas Syiah Kuala. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang melibatkan 337 mahasiswi berusia 18-22 tahun, yang dipilih melalui teknik unrestricted self-selected survey. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan skala self-monitoring versi revisi dan skala impulsive buying. Analisis statistik data penelitian menggunakan korelasi Pearson. Hasil: penelitian menunjukkan bahwa baik self-monitoring maupun impulsive buying produk kosmetik tergolong tinggi pada mahasiswi. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kedua variabel yaitu self-monitoring dan impulsive buying (r = 0,568; p = 0,000), hal ini dapat dimaknai bahwa semakin tinggi self-monitoring pada diri mahasiswi maka akan semakin tinggi pula kecenderungannya melakukan impulsif buying, dan sebaliknya. Koefisien determinasi sebesar 0,322 menunjukkan bahwa self-monitoring memberikan kontribusi sebesar 32,2% terhadap pembelian impulsif. Kesimpulan: Baik self-monitoring maupun impulsif buying produk kosmetik berada pada kategori tinggi di kalangan mahasiswi. Self-monitoring berhubungan positif dengan impulsive buying pada kelompok ini.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA DI KABUPATEN PONOROGO, INDONESIA: STUDI CROSS-SECTIONAL : The Correlation between Stress Level and Primary Dysmenorrhea on Adolescents in Ponorogo District, Indonesia: A Cross-Sectional Study Elok Dwi Sulistiani; Ruri Kharisma Fitriani; Annisa Intan Kholifatullah; Miranda Feyza Nur Imania; Lutfi Agus Salim
Journal of Community Mental Health and Public Policy Vol. 5 No. 2 (2023): APRIL
Publisher : Lembaga Penelitian dan Terapan untuk Kesehatan Jiwa (Lenterakaji)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51602/cmhp.v5i2.95

Abstract

ABSTRACT Background: Adolescents generally experience difficulties adapting to secondary changes, especially female adolescents. This causes female adolescents to experience higher levels of stress. The stress experienced can have an impact on health, such as primary dysmenorrhea. Purpose: The purpose of this research was to analyze the relationship between stress levels and primary dysmenorrhea that occurs on female adolescents in Ponorogo District. Methods: The method used in this research was a quantitative approach, with the type of analytic observational and cross-sectional research. Result: Respondents’ stress levels were mostly in the normal category, with 31 respondents (32%), while primary dysmenorrhea was dominated by moderate pain, with 50 respondents (51.5%). Spearman Rank Test resulted in a p-value of 0.000 with a correlation coefficient test value of 0.392, which means that there was a weak significant relationship between stress and dysmenorrhea. Conclusion: It can be concluded that in Ponorogo District, the primary dysmenorrhea experienced was in the moderate pain category, and the stress level was in the normal category, with the test results showing that there was a weak relationship between stress levels and primary dysmenorrhea. ABSTRAKLatar Belakang: Remaja umumnya mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan sekunder, terutama remaja perempuan. Hal ini menyebabkan remaja perempuan mengalami tingkat stres yang lebih tinggi. Stres yang dialami dapat berdampak pada kesehatan, yaitu mengakibatkan dismenore primer. Tujuan: Dilakukan penelitian untuk menganalisis hubungan tingkat stres dengan dismenore primer yang terjadi pada remaja perempuan di Kabupaten Ponorogo. Metode: Metode yang digunakan di dalam penelitian yaitu, pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik dan cross sectional menjadi desain penelitian ini. Hasil: Tingkat stres responden paling banyak terdapat pada kategori normal sejumlah 31 responden (32%), sedangkan pada dismenore primer didominasi nyeri sedang sejumlah 50 responden (51,6%). Hasil uji statistik menggunakan Uji Spearman Rank menghasilkan p-value 0,000<0,05 dengan nilai uji koefisien korelasi sebesar 0,392 yang berarti terdapat hubungan bermakna yang lemah antara stress dan dismenore primer. Kesimpulan: Dapat diambil kesimpulan bahwa di Kabupaten Ponorogo dismenore primer yang dialami berada pada kategori nyeri sedang dan tingkat stres ada pada kategori normal dan terdapat hubungan yang lemah antara tingkat stres dan dismenore primer.

Page 1 of 1 | Total Record : 5