cover
Contact Name
I Gde Adi Suryawan Wangiyana
Contact Email
jurnalsilvasamalas@gmail.com
Phone
+6281907005728
Journal Mail Official
jurnalsilvasamalas@gmail.com
Editorial Address
Jl Pemuda No. 59A Dasan Agung Baru, Mataram
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
Jurnal Silva Samalas: Journal of Forestry and Plant Science
ISSN : 26216779     EISSN : 27767175     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Silva Samalas intended as a medium for communication between researchers about their work. This journal accepted scientific papers on various topics including forestry, agriculture, botany, and environmental science. Jurnal Silva Samalas also accepted various types of scientific paper including research paper, systematic reviews, and short communication.
Articles 86 Documents
ANALISIS RESPON PENGUNJUNG TERHADAP FASILITAS OBJEK WISATA ALAM DANAU RANA MESE DI DESA GOLO LONI MANGGARAI TIMUR Theofilus Gildan; Wahyu Yuniati Nizar
Jurnal Silva Samalas Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v2i2.3664

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk megetahui respon atau tanggapan pengunjung terhadap fasilitas objek wisata alam Danau Rana Mese. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Teknik sampel yang digunakan adalah  non probabillity sampling. Sampel yang diambil sebanyak 55 responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan studi literatur, kusioner (angket) dan observasi. Analisis data menggunakan analisis statistik yaitu menggunakan frekuensi, modus dan presentase. Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden memberikan penilaian atau tanggapan yang baik terhadap kondisi dari fasilitas dan atribut-atribut yang ditawarkan oleh pihak pengelolah objek wisata, hal ini berarti bawah respon pengunjung terhadap fasilitas objek wisata alam Danau Rana Mese dapat dikatakan baik atau positif karena pengunjung merasa puas dengan kondisi fasilitas wisata, namun masih terdapat beberapa responden atau pengunjung yang memberikan penilaian/tanggapan yang kurang baik artinya belum memenuhi keinginan pengunjung atau pengunjung belum merasa puas seperti, tempat peristirahatan, layanan internet, alat tranportasi umum, tempat belanja/ruko dan tempat hiburan yang ada di objek wisata alam Danau Rana Mese.
DAMPAK PERLADANGAN LIAR OLEH MASYARAKAT DI HUTAN LINDUNG UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DINAS (UPTD) KEHUTANAN KECAMATAN LANGGUDU KABUPATEN BIMA Udin Winata Putra; Kemas Usman
Jurnal Silva Samalas Vol 1, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v1i1.3608

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Dampak sosial Budaya yang terjadi akibat perladangan liar oleh masyarakat di hutan lindung UPTD Kehutanan, (2) Dampak lingkungan masyarakat yang terjadi akibat perladangan liar oleh masyarakat di hutan lindung UPTD Kehutanan, (3) Dampak Perubahan ekonomi masyarakat yang terjadi akibat perladangan liar oleh masyarakat di hutan lindung UPTD Kehutanan Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada disekitar hutan sesuai dengan kebutuhan untuk kelengkapan data dan menjawab permasalahan. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi untuk memeriksa keabsahan data. Pemeriksaan dilakukan dengan kriteria-kriteria, sedangkan analisis datanya menggunakan deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak yang terjadi akibat perladangan liar terhadap aspek Sosial Budaya masyarakat mengalami perubahan, baik dalam peningkatan kondisi sosialnya maupun terhadap budaya masyarakat dalam hal pengelolaan lahan untuk pertanian. Dampak terhadap lingkungan menurut persepsi masyarakat mengatakan bahwa kegiatan perladangan liar tidak akan merusak lingkungan, tetapi fakta yang ada dilapangan kegiatan perladangan liar di kawasan hutan memberikan efek buruk bagi lahan hutan itu sendiri. Sedangkan dampak yang timbul terhadap ekonomi masyarakat akibat perladangan liar menurut masyarakat sendiri menunjukan peningkatan terhadap kondisi ekonomi masyarakat, akan tetapi kegiatan perladangan liar perlu dilakukan pengawasan oleh aparat-aparat terkai agar bisa terkendalikan. Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian dapat disimpulkan bahwa dampak terhadap sosial budaya masyarakat mengalami perubahan baik dari aspek sosial maupun terhadap aspek budaya masyarakat, dan dampak yang timbul terhadap lingkungannya sendiri memberikan pengaruh positif untuk masyarakat tetapi untuk lingkungannya memberikan pengaruh negatif. Selain itu kegiatan perladangan itu sendiri memberikan peningkatan ekonomi terhadap masyarakat akan tetapi kegiatan tersebut perlu diawasi agar lahan hutan yang masih utuh tidak buka lagi oleh masyarakat untuk kegiatan perladangan liar.
PERAN HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN ADAT DI DESA BENTENG RAJA KECAMATAN BORONG KABUPATEN MANGGARAI TIMUR PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Risandri Ono Juhadin; Yulia Ratnaningsih
Jurnal Silva Samalas Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v2i1.3653

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran hukum adat di desa benteng raja dalam pengelolaan hutan adat. Metode dan analisi data yang digunakan adalah Data di olah dari hasil kuesioner yang akan peneliti sebarkan kepada masyarakat adat kemudian diproses melalui pengolahan data dengan mencari persentase dari tiap jawaban untuk selanjutnya di diskripsikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Hukum Adat di Desa Benteng Raja. Hukum adat yang ada berupa hukum lisan dan tidak tertulis yaitu berupa aturan yang melarang penebangan pohon dan tidak boleh berburu satwa didalam kawasan hutan adat. Dan hanya diperbolehkan mengambil tumbuhan bawah sebagai obat dan berburu babi hutan saja.Stuktur kelembagagaan Adat terdiri dari Tua Golo (Pimpinan Kampung), Tua Teno (Subordinat Dari Tua Golo), Tua Panga (Kepalah Suku), Tua Kilo (Kepala Keluarga) dan Ro`eng (Warga Masyarakat Adat). Tingkat partisipasi masyarakat adat pada penerapan hukum adat dalam pengelolaan hutan adalah sangat tinggi 25% (5 orang), Tinggi 45% (9 orang) dan Rendah 30% (6 orang).
KEANEKARGAMAN SPESIES BURUNG DI KAWASAN HUTAN TAMAN WISATA KARANDANGAN Apolonius Kartono; Muhamad Soimin; Irna Ningsi Amalia Rachman
Jurnal Silva Samalas Vol 3, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v3i1.3686

Abstract

Pulau Lombok merupakan salah satu pulau yang memiliki kenaaekaragaman spesies burung yang tinggi. Salah satu wiayah yang menjadi habitat utamanya dan membutuhkan eksplorasi lebih lanjut terletak di wilayah hutan taman wisata alam Kerandangan.  Penelitian eksploratif dilakukan untuk mengobservasi dan mengientifikasi spesies burung yang berada di sekitar hutan taman wisata. Observasi lapangan dilakukan pada bulan Desember 2019 dengan metode transek garis dengan menetapkan 3 transek. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat 16 spesies burung yaitu: Galus-galus, Hypothymis azuera, Dicaeum mauaei, Collocalia linchi, Columba vitiensis, Zoterops chloris, Cinnyris iugualaris, Pitta elegans, Centropus bengalensis, Todiramphus chloris, Philemon buceroides, Alcedo ceorulescens, Artamus leucorynchus, Orthotomus epium, Meaapodius reinwardt dan Ducuela arnea. Spesies yang paling mendominasi adalah Walet Linci (Collocalia linchi) dengan nilai dominansi 0,27 dan dijumpai sepanjang observasi sebanayk 37 ekor. Tingkat keanekaragaman burung berkategori sedang, artinya bahwa keberadaan hutan taman wisata Kerandangan sebagai habitat burung masih dapat dikatakan baik. Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai acuan dalam merancang strategi konservasi dengan memperhatikan jenis vegetasi karena berkaitan dengan pakan ketersediaan pakan.
POTENSI DAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA SARAE NDUHA DI DESA SORI TATANGA KECAMATAN PEKAT KABUPATEN DOMPU M. Ardian Dwi Putra; Kemas Usman; Mareta Karlin Bonita
Jurnal Silva Samalas Vol 1, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v1i2.3643

Abstract

Keberadaan obyek wisata alam Sarae Nduha tidak bisa dipungkiri oleh tiap wisatawan yang berkunjung karena memiliki panorama yang indah dan eksotis. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti bahwa obyek wisata alam Sarae Nduha masih belum berkembang karena kurangnya fasilitas sarana dan prasarana penunjang wisata serta  kurangnya promosi yang dilakukan agar menarik minat pengunjung. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan pengembangan obyek wisata Sarae Nduha. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode studi literatur, observasi, wawancara dan Dokumentasi dalam pengumpulan data. Analisis SWOT digunakan untuk menetapkan strategi pengembangan objek wisata ini kedepannya. Berdasarkan hasil analisis SWOT dalam rangka mengetahui potensi dan  pengembangan obyek wisata Sarae Nduha, Pembangunan pada sarana dan prasarana penunjang wisata pada obyek wisata Sarae Nduha perlu diperioritaskan karena potensi obyek wisata Sarae Nduha sangat bagus untuk dikembangkan dengan syarat diperbaiki akses jalan yang rusak dan penambahan fasilitas seperti tempat duduk dan atraksi wisata. Pembangunan pada sarana dan prasarana penunjang wisata pada obyek wisata Sarae Nduha perlu diperioritaskan. Sebagai tambahan, beberapa hal perlu diperhatikan antara lain: 1) Pembangunan harus melibatkan masyarakat karena masyarakat adalah patner terdekat pemerintah dalam mengsukseskan pembangunan wisata. 2) Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, promosi harus terus dilakukan. 3) Merealisasikan apa yang telah didapat dari proses analisis SWOT pada penelitian ini
COMPARATION OF DENDROGRAM AND CLADOGRAM TOPOLOGY OF Gyrinops versteegii AND OTHERS GYRINOPS MEMBER FOR POLYPHASIC TAXONOMY I Gde Adi Suryawan Wangiyana
Jurnal Silva Samalas Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v2i1.3673

Abstract

The purpose of this research is to compare topology of dendrogram and cladogram of G. versteegii and others Gyrinops members for polyphasic taxonomy approach. Character of leaf, stem, flower and fruit of Gyrinops member were used for numeric phenetic analysis. On the other hands, trnL-trnF interspacer of chloroplast gene sequence were used for phylogenetic analysis. MVSP 3.1A were used for dendrogram construction using Simple Matching Coefficient and Jaccard’s Coefficient as clustering method. Co-stat cohor 6 were used for cophenetic correlation analysis. Multiple sequence alignment of trnL – trnF was carried by ClustalX 2.1 program. MEGA program was used for reconstruction of cladogram. This cladogram uses two different approach algorithms including: Neighbor Joining and Maximum Likelihood with 1000 bootstrap replication. Sequences similarity matrix analysis were carried by Phydit program with cut off value 99% for each Gyrinops members. Based on result, simple matching dendrogram has the same topology as Jaccard’s dendrogram. Cophenetic correlation analysis also confirm that there is no distortion on clustering analysis of these two dendrograms. On the other hand, Neighbor Joining cladogram has different topology from Maximum Likelihood cladogram. Similarity analysis of trnL-trnF sequence shows that each member of Gyrinops has strong phylogenetic relationship. Comparation of dendrogram and cladogram of G. versteegii with other Gyrinops members confirm that this species has different clustering group on dendrogram and cladogram. It could be concluded that G. versteegii has unique phylogenetic relationship and similarity relationship with others Gyrinops members.
INVENTARISASI KEPADATAN POPULASI MONYET EKOR PANJANG (Macacafascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM SURANADI KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT Wahyu Nurwahid; Wahyu Yuniati Nizar
Jurnal Silva Samalas Vol 1, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v1i1.3630

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan jumlah populasi dan kepadatan monyet ekor panjang (Macacafascicularis) di kawasan taman wisata alam Suranadi. Metode penelitian yang digunakan adalah Transek Jalur (Strip Transect), metode ini merupakan salah satu cara yang sering digunakan dalam pengumpulan data jenis dan jumlah individu satwa liar. Panjang dan lebar jalur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi topografi dan kerapatan tegakan dilokasi pengamatan. Data dicatat dari perjumpaan langsung dengan satwa mamalia yang berada dalam lebar jalur pengamatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkiraan jumlah populasi monyet ekor panjang adalah 155.172 / ha dan jumlah kepadatan satwa monyet ekor panjang adalah 2.361 individu / ha yang ada di Taman Wisata Alam (TWA) Suranadi. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah kelompok monyet ekor panjang yang ditemukan di Taman Wisata Alam Suranadi ada 3 (tiga) kelompok dan masing-masing berjumlah kelompok A sebanyak 60.251 ekor, kelompok B sebanyak 61.244 ekor dan kelompok C sebanyak 33.677 ekor. Sehingga perkiraan jumlah populasi monyet ekor panjang yang ada di taman wisata alam Suranadi adalah 155.172 ekor. Sedangkan kepadatan populasi monyet ekor panjang yang ditemukan di Taman Wisata Alam Suranadi untuk kelompok A adalah 1.449 individu / ha, kelompok B sebanyak 589 individu / ha, dan kelompok C sebanyak 2.361 individu / ha. Sehingga kepadatan jumlah populasi monyet ekor panjang yang ada di Taman Wisata Alam Suranadi adalah 2.361 individu / ha.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN TAMAN KOTA DI WILAYAH MATARAM Diah Permata Sari; Kornelia Webliana B
Jurnal Silva Samalas Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v2i2.3658

Abstract

Taman Kota merupakan  salah satu jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Kota Mataram merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki beberapa taman kota yang diharapkan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara, panas, debu, menjadi pengendali iklim mikro, upaya konservasi tanah dan air di perkotaan, dan berfungsi sebagai tempat aktivitas wisata dan olahraga. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap kenyamanan dalam melaksanakan aktivitas pada beberapa Taman Kota dengan fungsi wisata dan olahraga di Kota Mataram. Lokasi penelitian difokuskan pada Taman Udayana, Taman Sangkareang, Taman Mayura dan Taman Selagalas dengan metode penentuan lokasi menggunakan purposive sampling, dan penentuan responden menggunakan Insidental Sampling dengan unit analisis masyarakat atau pengunjung di wilayah Taman Kota. Teknik wawancara menggunkan instrument kuesioner yang merujuk pada parameter yang meliputi kondisi vegetasi, fasilitas pendukung, keterwadahan aktivitas pengunjung, kemampuan dalam menetralisir suhu panas, tingkat kenyamanan, kemampuan dalam meredam angin, radiasi matahari dan polusi. Hasil penelitian menunjukkan persepsi tertinggi dalam hal kenyamanan kota yaitu pada Taman Mayura dengan nilai 98%, kemudian Taman Selagalas yaitu sejumlah 90,5%, kenyamanan sedang pada Taman Udayana yaitu 76,375% dan yang paling rendah pada Taman Sangkareang yaitu 57,25%. Tingginya nilai kenyamanan pada Taman Mayura disebabkan kebersihan, kelengkapan fasilitas yang terjaga dengan baik, penataan vegetasi yang rapi serta keunikan taman sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Bali. Tingkat kenyamanan di Taman Sangkareang dinilai paling rendah dapat disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendukung dan suhu panas yang dirasakan oleh responden jika berada di tengah taman, kenyamanan termal hanya dapat dirasakan di sekeliling taman yang masih terdapat banyak vegetasi.
IDENTIFIKASI BENTUK STRUKTUR DAN PERAN HUTAN KOTA SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR. Ilwan Ilwan; Raden Roro Narwastu Dwi Rita
Jurnal Silva Samalas Vol 3, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v3i2.3696

Abstract

Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui identifikasin bentuk struktur ruang terbuka hiju kota hutan kota selong. 2, Untu megetahui peran hutan kota Selong bagi masyarakat kota Selong. Metodologi Penelitian : Penelitian yang dilakukan yakni penelitian dengan pendekatan  kualitatif dan bersifat deskriptif, Tehnik pengumpulan data : Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk dan struktur hutan kota melalui surve lapangan. Untuk data peranan hutan kota diperoleh dengan penyebaran kuisoner kepada masyarakat sekitar kawasan, yang dipilih secara eksidentil pengunjung yang ada pada saat penelitian dilakukan, Teknik analisis data : Kuisoner terkait fungsi hutan kota yaitu: aspek ekologis, aspek lansekap dan aspek estetika, ditabulasikan dalam bentuk table sekor. Penentuan katagori penilaian dipergunakan berdasarkan skala likrets Klasifikasi penilaian ada 5 tingkat nilai 1 (sangat tidak baik), 2 (tidak baik), 3 (cukup baik), 4 (baik), 5 (sangat baik). Penentuan klas nilai ini dengan menentukan range nilai rata-rata. Range nilai rata-rata = selisih nilai rata-rata tertinggi dengan nilai rata-rata terendah, sebagai dasar penentuan klasifikasi penelitian, Kesimpulan : 1. Bentuk dan struktur hutan kota selong dari keduanya  Taman Rinjani dan Taman tugu yaitu memiliki bentuk bergerombol atau  menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasinya terkonsentrasi pada suatu areal dengan jumlah vegetasinya minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat yang tidak beraturan dengan struktur tumbuhan kecil, sedang dan besar, 2. Hasil dari responden yang berada di Taman Rinjani Kota Selong dengan hasil persentase tertinggi dari : aspek ekologis yaitu Baik 39%,  aspek lanskap yaitu Baik 35%, dan aspek estetik yaitu Baik 44% Sedangkan di Taman Tugu Kota Selong aspek ekologi yaitu Cukup Baik 46%, aspek lanskap yaitu Baik 42% dan aspek estetika yaitu Baik 45%.
RESPONSE OF TWO VARIETIES OF RED RICE INTERCROPPED WITH SOYBEAN IN AEROBIC IRRIGATION SYSTEM TO ORGANIC FERTILIZATION USING BOKASHI OF CATTLE MANURE Jekson Simarmata; Wayan Wangiyana
Jurnal Silva Samalas Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v2i1.3649

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan organik menggunakan bokashi pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil dua genotip padi beras merah yang ditumpangsari dengan kedelai pada sistem irigasi aerobik pada bedeng di lahan sawah entisol. Percobaan ditata menurut Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan (blok) dan 2 faktor perlakuan yang ditata secara faktorial, yaitu varietas padi beras merah (V1= varietas Inpago Unram 1 dan V2= galur Amp-G9), dan pemupukan organik dengan bokashi pupuk kandang sapi (B1= tanpa bokashi hanya NPK dosis anjuran, B2= bokashi 20 ton/ha + NPK dosis anjuran, dan B3= bokashi 20 ton/ha + NPK 50% dosis anjuran). Penanaman padi beras merah dilakukan dengan tugal benih langsung pada bedeng dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi maupun varietas, namun pemupukan bokashi berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan beberapa komponen hasil padi beras merah termasuk hasil gabah per rumpun. Pemupukan organik dengan bokashi pupuk kandang sapi 20 ton/ha disertai pupuk NPK dosis anjuran memberikan hasil gabah tertinggi (41,6 g/rumpun), tetapi jika dosis NPK diturunkan menjadi 50% dosis anjuran terjadi penurunan hasil gabah yang signifikan (27 g/rumpun) dibandingkan dengan hanya menggunakan pupuk NPK dosis anjuran (35,1 g/rumpun), yang mengindikasikan ketergantungan produksi padi di lahan sawah irigasi yang masih tinggi terhadap pupuk NPK.