Garuda - Garba Rujukan Digital

TEACHING SPEAKING OF NARRATIVE TEXT THROUGH SILENT VIEWING VIDEO TECHNIQUE TO ELEVENTH GRADERS OF SMAN 1 DRIYOREJO
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana guru SMA Negeri 1 Driyorejo menggunakan teknik silent viewing video untuk mengajar teks narrative pada siswa kelas sebelas dan kemampuan mereka berbicara bersetelah menggunakan teknik tersebut. Namun, sulit bagi siswa untuk mencapai target pembelajaran. Terkadang, para siswa tidak dapat mengembangkan ide-ide mereka dengan baik, takut akan membuat kesalahan, dan merasa bosan ketika mereka belajar berbicara. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru harus menggunakan teknik silent viewing sebagai teknik pembelajaran alternatif yang akan membuat siswa merasa percaya diri dan terbantu dalam mengembangkan kemampuan berbicara mereka. Penelitian ini akan menjawab dua masalah penelitian yang dianalisa yaitu: 1) Bagaimana implementasi teknik silent viewing video dalam mengajar berbicara teks narrative untuk siswa kelas sebelas? 2) Bagaimana respon siswa terhadap penerapan teknik silent viewing video dalam pengajaran berbicara teks narrative. Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan hasil penelitian dijelaskan dalam bentuk deskriptif. Selain itu, data dikumpulkan melalui daftar observasi, wawancara, dan angket. Penelitian ini dilakukan selama tiga kali observasi. Hasil analisis menunjukan bahwa siswa lebih aktif, merasa percaya diri, dan dapat mengembangkan ide-ide mereka dengan baik dalam kemampuan berbicara. Berdasarkan analisis kuesioner siswa, dapat dilihat bahwa banyak siswa yang memiliki respon positif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan teknik silent viewing video untuk berbicara teks narrative. Kemampuan siswa menjadi lebih baik setelah pelaksanaan teknik tersebut, hal ini dapat dilihat dari nilai berbicara mereka. Guru juga cukup baik ketika membimbing siswa untuk menonton video melalui teknik ini. Dapat disimpulkan bahwa teknik silent viewing video dapat digunakan untuk mengajar kemampuan berbicara teks narrative karena dapat membantu menstimulasi ide siswa dalam proses belajar berbicara teks narrative. Dengan ditemukannya penggunaan teknik ini efektif, maka guru disarankan dapat menggunakan silent viewing sebagai salah satu teknik penggunaan video untuk mengajar berbicara teks narrative. Kata kunci: berbicara, teks naratif, vidio, teknik silent viewing Abstract This study was conducted to know how the teacher in SMA Negeri 1 Driyorejo teaches speaking narrative text to the eleventh graders by using silent viewing technique and to identify the students’ speaking ability after the implementation of the technique. As the matter of fact, students deal with difficulty in speaking and it makes the students unsuccessful in achieving the teaching and learning target. Sometimes, the students cannot develop their ideas well; they are afraid of making errors and getting bored when they are having a speaking class. In order to solve this problem, the teacher should use silent viewing technique as an alternative learning technique that will make students feel confident and assisted to develop their speaking ability. In this study, using silent viewing technique is offered to teach speaking narrative text. There are two research questions that will be analyzed: 1) How is the implementation of silent viewing video technique in teaching spoken narrative text to the eleventh graders? 2) How are the students’ responses toward the implementation of silent viewing video technique in teaching speaking narrative text. Dealing with those questions, this study was conducted qualitatively so that the result would be described in the form of descriptive. The data were collected through observation checklist, interview, and questionnaire. This study was conducted during three observations. The result of the study revealed that the students are more active and confident; they are able to develop their ideas well during speaking class after its implementation. Based on the students’ questionnaire, it could be seen that there were many students who had positive responses towards the learning process managed by using silent viewing technique in speaking narrative text. The students’ ability got better after its implementation of the technique. It could be seen from their speaking scores. The teacher was also quite capable of guiding the students to watch a video by using silent viewing technique. In short, silent viewing video technique can be implemented to teach speaking narrative text. It can stimulate the students to develop their ideas in speaking narrative text. Since the technique is effective, the teacher can use silent viewing as a technique to use a video in teaching and learning process. Key words: Speaking, Narrative text, video, silent viewing technique

THE USE OF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TECHNIQUE IN TEACHING READING DESCRIPTIVE TEXT TO THE SEVENTH GRADE STUDENTS OF SMPN 1 KUDU- JOMBANG
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract Reading is one of the four basic skills of English that have to be mastered by the students. However, it is not easy as it seems. To overcome the students’ problems in learning reading, teachers should be able to choose an appropriate method, strategy, and media to be used to deliver the learning materials. One of the interesting techniques in teaching reading descriptive text is Students Team Achievement Divisions (STAD). STAD is an effective cooperative learning method in which the students are divided into some groups of four. This technique can help the students to comprehend the material easily because they can share knowledge with their friends. This study was to describe the use of Student Team Achievement Divisions (STAD) technique in teaching reading descriptive text to the seventh grade students of SMPN 1 Kudu- Jombang. This study is a descriptive qualitative research. The subjects are the English teacher and the students of VII- A class in SMPN 1 Kudu- Jombang. The data of this study are the result of field notes, the result of students’ reading tasks, and the result of interview. From the results, the researcher concluded that Student Team Achievement Divisions (STAD) technique was interesting for the students. It could build the students’ motivation and interests in learning descriptive text. Besides, STAD technique can help students in improving their reading ability, especially the ability of reading descriptive text. In conclusion, STAD technique is helpful for the students in improving their reading ability. It also helps the students in understanding and mastering a text, especially descriptive texts. It could make the class more active and enjoyable. Key words: Reading, Descriptive Text, and STAD Technique Abstrak Membacaadalahsatudariempatketrampilanutama yang harusdikuasaiolehsiswa.Bagaimanapun, halinitidaksemudah yang terlihat.Untukmengatasimasalahsiswadalambelajarmembaca, guru harusmampuuntukmemilihmetode, strategi, dan media yang tepat yang digunakandenganbahan ajar yang akandiajarkan. Salah satutehnik yang menarikdalampengajaranmembacateksdeskriptifadalahtehnik STAD.STAD adalahmetodebelajarkelompok yang efektif yang dimanasiswadibagimenjadiempatsiswatiapkelompok.Tehnikinidapatmembantusiswauntukmenguasaimateridenganmudahkarenamerekabisaberbagipengetahuandenganteman- temannya.Penelitianinimerupakanpenelitiandescriptive qualitative.Subjeknyaadalah guru bahasaInggrisdansiswakelastujuh A di SMPN 1 Kudu- Jombang, Data daripenelitianiniadalahhasildaricatatanlapangan, hasiltugasmembacasiswa, danhasilwawancara.Dari hasilpenelitianini, penelitimenyimpulkanbahwa STAD technique menarikuntukparasiswa.Tehnikinidapatmembangunmotivasidandayatariksiswadalambelajarteksdeskriptif.Disampingitu, tehnik STAD dapatmembantusiswadalammeningkatkankemampuanmembacanya, terutamakemampuanmembacateksdeskriptif.Kesimpulannya, tehnik STAD sangatmembantusiswadalammeningkatkankemampuanmembacanya.Tehnikinijugamembantusiswadalammemahamidanmenguasaisebuahteks, terutamateksdeskriptif.Tehnikinidapatmembuatkelaslebihaktifdanmenyenangkan. Kata kunci: Membaca, TeksDeskripitf, danTehnik STAD

THE IMPLEMENTATION OF THINK-PAIR-SHARE TECHNIQUE IN TEACHING WRITING DESCRIPTIVE TEXT IN EIGHT GRADE OF SMP AL-AZHAR MENGANTI
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan implementasi hasil teknik think-pair-share dalam keterampilan menulis siswa. Penulis ingin memilikinya karena teknik think-pair-share hampir diterapkan dalam semua kegiatan pengajaran bahasa Inggris, melakukan seperti membaca tugas, tugas berbicara dalam membuat percakapan, dan sebagainya. Dan mengapa penulis memilih keterampilan menulis sedangkan ada banyak keterampilan bahasa adalah bahwa penulis tertarik untuk menganalisis kemampuan menulis siswa jika mereka melakukannya dengan teknik think-pair-share. Pikirkan-pair-share adalah salah satu teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa terutama dalam menulis teks deskriptif. Terkait dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang menggunakan teknik think-pair-share untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas SMP Al - Azhar Menganti dalam menulis teks deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah teknik think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas SMP Al - Azhar Menganti dalam menulis subjek texts.The deskriptif penelitian ini adalah siswa kelas delapan SMP di SMP Al - Azhar Menganti. Dan ada 23 siswa di SMP al-Azhar, dua belas untuk perempuan dan laki-laki untuk sebelas. Kesimpulannya peneliti membuat kesimpulan bahwa pengajaran menulis teks deskriptif dengan menggunakan teknik berpikir-pair-share dapat mendorong anak-anak kelas delapan SMP Al-Azhar menjadi lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Guru bisa menerapkan teknik berpikir-pair-share dalam mengajar menulis teks deskriptif tetapi siswa tidak tahu sebelumnya tentang berpikir-pair-share, sehingga siswa merasa senang dan menikmati dengan teknik ini, tetapi dalam proses penulisan ada siswa sudah terpenuhi secara tertulis dan ada siswa telanjang tidak sudah terpenuhi secara tertulis, tapi setelah implementasi teknik ini siswa merasa lebih mudah dalam menulis dari sebelumnya. Kata kunci: keterampilan menulis, teks deskriptif, Pikirkan-pair-share teknik Abstract This research purpose is to find the result implementation of think-pair-share technique in students’ writing skill. The writer wants to have it because think-pair-share technique is almost applied in all English teaching activities, such doing reading task, speaking task in making conversation, and so on. And why the writer chooses writing skill whereas there are many skills of languages is that the writer interested in analyzing students’ writing skill if they do it by think-pair-share technique. Think-pair-share is one of technique that can be used in teaching learning to write. It is expected to be able to improve the writing ability of the students especially in writing descriptive texts. Related to the above matters, the writer was interested to conduct the research about using think-pair-share technique to improve the writing ability of eight grade students of SMP Al - AzharMenganti in writing descriptive texts. This study is conducted to prove whether think-pair-share technique can improve the writing ability of eight grade students of SMP Al - AzharMenganti in writing descriptive texts.The subject of this research was students of eight grade of Junior High School in SMP Al- AzharMenganti. And there are 23 students in SMP al-Azhar, twelve for female and eleven for male. In conclusion the researcher makes conclusion that teaching writing of descriptive text by using think-pair-share technique could encourage the eighth graders SMP Al-Azhar become more active in the teaching and learning process. The teacher could implement think-pair-share technique in teaching writing descriptive text but the students don’t know before about think-pair-share, so the students feel happy and enjoy with this technique, but in writing process there are students had already fulfilled in writing and there bare students had not already fulfilled in writing, but after implementation this technique the students feel easier in writing than before. Keywords: writing skill, descriptive text, Think-pair-share technique.

TEACHERS’ RESISTANCE IN USING ENGLISH MONOLINGUAL INSTRUCTION IN SEKOLAH KAWASAN
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract Sekolah Kawasan is new program of Surabaya Education Department as the exchange of RSBI program. One of its rules is the English teacher should use English monolingual instruction during teaching and learning activity. Nevertheless, most of English teachers in Sekolah Kawasan prefer using Bilingual instruction rather than using English monolingual instruction. It indicates that there are possibilities of resistance in using English monolingual instruction by English teachers in Sekolah Kawasan. Thus, this study was conducted in order to answer these questions; (1) Do the English teachers in one of Sekolah Kawasan resist using English monolingual instruction? (2) What are their reasons for resisting English monolingual instruction in the EFL learning? And (3) In what ways does their resistance of using English monolingual instruction affect students’ response to use English effectively in classroom? It is a qualitative research which involved three teachers and 117 students of SMAN 11 Surabaya. The data are taken by observations and interviews. The results show that the three teachers resisted in using English monolingual instruction. There were four reasons that were underlay their resistance in using English monolingual instruction include their beliefs to use first language, students’ condition, teacher’s fatigue, and lack of time. Meanwhile, there were two kinds of students’ responses in relation with the teachers’ language choice. They were verbal response and non-verbal response. Verbal response included Yes/No response, Bahasa Indonesia response, and English response. Meanwhile, non-verbal reactions included keeping silent, doing the teacher’s order, raising hand before asking question, and nodding heads. Key Words: Resistance, English Monolingual Instruction, Sekolah Kawasan Abstrak Sekolah Kawasan adalah program baru dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya sebagai pengganti dari program RSBI. Salah satu peraturannya adalah guru Bahasa Inggris harus menggunakan instruksi Bahasa Inggris tunggal selama kegiatan belajar mengajar. Namun, kebanyakan dari guru Bahasa Inggris di Sekolah Kawasan lebih menggunakan Instruksi dalam dua bahasa daripada menggunakan instruksi Bahasa Inggris tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penolakan dalam penggunaan instruksi Bahasa Inggris tunggal oleh guru Bahasa Inggris di Sekolah Kawasan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: (1) Apakah guru Bahasa Inggris di salah satu Sekolah Kawasan menolak menggunakan instruksi Bahasa Inggris tunggal atau tidak? (2) Apakah alasan-alasan mereka dalam penolakan penggunaan Bahasa Inggris tunggal di dalam pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing? (3) Dalam hal apa penolakan mereka mempengaruhi respon siswa untuk menggunakan Bahasa Inggris secara komunikatif di dalam kelas? Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang melibatkan tiga guru Bahasa Inggris dan 117 siswa dari SMAN 11 Surabaya. Data diambil dari observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga guru tersebut menolak menggunakan instruksi Bahasa Inggris tunggal. Terdapat empat alasan yang meletarbelakangi penolakan mereka terhadap penggunaan instruksi Bahasa Inggris tunggal diantaranya kepercayaan mereka terhadap penggunaan bahasa asal, kondisi siswa, kelelahan guru, dan kekurangan waktu. Sementara itu, terdapat dua macam respon dari siswa yaitu respon lisan dan respon bukan lisan. Respon lisan termasuk respon iya/tidak, respon dalam Bahasa Indonesia, dan respon dalam Bahasa Inggris. Selain itu, respon bukan lisan diantaranya tetap diam, melakukan perintah guru, mengangkat tangan sebelum bertanya, dan menganggukan kepala. Kata kunci: Penolakan, Instruksi Bahasa Inggris Tunggal, Sekolah Kawasan

THE EFFECTIVENESS OF ERROR MONITORING STRATEGY TO OVERCOME ERRORS IN A RECOUNT TEXT WRITTEN BY TENTH GRADERS
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract Based on 2013 curriculum, the tenth graders are expected to write a recount text. In writing a recount text the students should be aware of using correct grammatical patterns so as to avoid errors. Sometimes students make some errors because they do not understand well about grammar. Based on that case, Error Monitoring Strategy are needed to help the students in reducing error in writing recount text. This research had three purposes; the first, to find out the kind of errors which are monitored by using error monitoring strategy. The second, to find out the significant difference in number of errors in recount text written by tenth graders before and after using monitoring strategy. The third, to find out the factors which contributing to the reduction of error after using error monitoring strategy.This study used experimental research one group pre test post test design. Data analysis technique used paired t-test on SPSS. The result for the first purpose was the students made 4 types of errors such as omission, addition, misformation and misordering. The result of the second purpose is Sig. = .000 with t = 9.216. The mean in pre-test was 18.55 (SD=10.058) and the mean in post-test was 5.61 (SD=4.835). The mean between pre-test and post-test was 12.947. The result of the third purpose was the strategy itself, listening to music, watching movie with English subtitle, and playing game online as the factor in reducing error. Key words : Writing Skill, Recount Text, Error Monitoring Strategy Abstrak Berdasarkan kurikulum 2013, siswa kelas sepuluh diharapkan untuk menulis teks recount. Saat menulis teks recount siswa harus mengetahui pola tata bahasa untuk menghindari kesalahan menulis. Siswa tidak dapat belajar bahasa tanpa melakukan kesalahan. Terkadang siswa membuat kesalahan karena mereka tidak mengatahui tata bahasa dengan baik. Siswa butuh strategi untuk membatu mereka dalam mengurangi kesalahan dalam tulisan mereka.. Maka dari itu, error monitoring strategy dibutuhkan untuk membantu siswa dalam mengurangi kesalahan dalam menulis teks recount.Penelitian ini mempunyai tiga tujuan, tujuan pertama untuk mengetahui kesalahan apa saja yang dipantau dengan menggunakan error monitoring strategy. Hasilnya adalah siswa membuat 4 macam kesalahan seperti omission, addition, misformation dan misordering. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah kesalahan yang signifikan pada sebelum dan sesudah pelaksanaan strategi. Tujuan ketiga adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mengurangi kesalahan setelah menggunakan error monitoring strategy. Penelitian ini menggunakan eksperimental satu grup pre-test dan post-test design. . Data analisis penggunakan paired sample t-test. Hasil dari tujuan pertama adalah siswa membuat 4 macam error seperti omission, addition, misformation and misordering. Hasil tujuan kedua adalah Nilai rata-rata kesalahan pada pre-test adalah 18.55 (SD=10.058) dan nilai rata-rata kesalahan pada post-test adalah 5.61 (SD=4.835). Nilai rerata jumlah kesalahan antara pre-test dan post-test adalah 12.947. Hasil tujuan ketiga adalah strategi itu sendiri, mendengarkan musik, melihat film dengan teks bahasa Inggris, dan bermain permainan online adalah faktor yang dapat mengurangi error. Kata Kunci : kemampuan menulis, teks recount, error monitoring strategy

APPLYING THE “WORD CHAIN” GAME TO TEACH DESCRIPTIVE SPEAKING TO THE EIGHT GRADERS IN SMPN 26 SURABAYA
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstrak Selamabeberapatahun, kegiatanspeakingdalampelajaranbahasaInggrisdidominasiolehpara guru.Para muridkekurangankesempatanuntukmelatihketerampilanspeakingmereka.Kondisiinimembuatpenguasaankemampuanspeakingmenjadilebihsulitbagimerekadan guru tidakbisamencapaitujuandaripengajaranspeaking. Salah satutujuanpengajaranspeakingdanmungkinmenjaditujuanakhiradalahmembuatmuridmampuberbicaradalambahasa targetdengan natural (Kayi: 2006). Dalampenelitianini, penelitimenggunakanpermainan “word chain” yang telahdimodifikasi, yang manabiasanyadigunakanhanyauntukmeningkatkanperbendaharaan kata saja, untukmengajarspeaking deskriptif. Penelitianinimenggunakanmetodepenelitiandeskriptifkualitatif, karenapenelitianinibertujuanuntukmendeskripsikandanmenjelaskanfenomenaalami: apa yang sedangterjadi?,Mengapahaltersebutterjadi?, danbagaimanahaltersebutterjadi? (Chariri, 2009:9). Penulisfokuspadapenerapanpermainan “word chain” untukmengajarspeaking descriptive danresponsiswaterhadappenerapantersebut.Padabagiananalisis data, penulismendeskripsikan data yang diperolehdariobservasi, bagaimana guru menerapkantekniktersebut, bagaimanapartisipasisiswa, danbagaimanaresponsiswa. Hasil yang diperolehmenunjukkanbahwapermainan ”word chain” dapatditerapkandalamkelasspeakingketikamaterinyaadalahteksdeskriptif. Penulismenemukanbahwapermainantersebuttidakmembutuhkanpersiapan yang lama, tidakmemerlukaninstrumenatau media, danperaturannyamudahuntukdimengerti.Permainaninimendorongsiswauntukberpartisipasilebihaktifdalamkelas, lebihbanyakberbicaradalambahasa target, danmembuatsiswalebihnyamandalammengikutipelajaran. Kata Kunci: keterampilanspeaking, permainan “word chain”, teksdeskriptif Abstract For many years, speaking activity in English class has been dominated by teachers. The students lack opportunities to practise their speaking skill. This condition makes mastering speaking ability is more difficult to them and teachers could not fulfill the aims of teaching speaking. One of the aims of teaching speaking and may be the final target of it is to enable students to speak the language naturally (Kayi: 2006). In this study, the researcher uses the modified word chain game, which is commonly used to improve students’ vocabulary, to teach descriptive speaking. This study uses descriptive qualitative research method, because it aims to describe and to explain a natural phenomenon: what is happening?, why is it happening?, and how is it happening? (Chariri, 2009:9). The writer focuses on the application of the word chain game to teach descriptive speaking and the students’ responses toward it. In the data analysis, the writer describes the data gained from an observation, how the teacher applied the technique, how the students participated, and how the students’ responses were. The result shows that the word chain game is applicable in speaking class where the material is descriptive text. The writer found that game does not require much preparation, does not need any instrument or media, and its rules are easy to understand. It encourages students to participate actively in the class, to speak the target language more, and makes the students enjoy the lesson. Keywords: speaking skill, “word chain” game, descriptive text

THE USE OF ANIME FAN FICTION STORY AS A MEDIA WITH VSS TECHNIQUE TO IMPROVE THE TENTH GRADERS’ VOCABULARY
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract Mastering in vocabulary is more specifically predictive and reflective of high levels of reading achievement. But, reading is not a habit yet in Indonesia because the learners’ interest are low. Recently, there has been recognition that young people are able to engage in media in variety of ways, such as Anime Fan Fiction. And there is a technique of teaching vocabulary that can engage the learners in their own learning, an interactive learning that promotes word conciousness named VSS. Thus, this study was conducted to describe the new framework of the implementation and prove the learners’ improvement of their vocabulary through reading Anime FanFiction with VSS technique. The objectives of this study were to show and describe how was the implementation of VSS technique for teaching vocabulary in contexts. To find out and prove that the learners have improved their vocabulary mastery after being taught using VSS technique in their reading class. This study was one group pre-posttest design which involved one class of the tenth graders at SMKN 6 Surabaya, the English teacher of the class and the 31 learners. This study was applied in two meetings on May, 7th and 13th, 2015. The data are taken by tthe observation checklist and the result of pre-posttest score. The findings showed that the score of the posttest was higher than the pretest. Then for the treatment, at the first meeting, the learners still faced the difficulty follow in step in analyzed vocabulary of VSS chart. Meanwhile, they could follow all the steps easily in the second meeting. So, this study was successful to improve the vocabulary through reading Anime Fan Fiction as a media with VSS technique. Key Words: Vocabulary, VSS, Anime, Fan Fiction Abstrak Menguasai perbendaharaan kata secara spesifik lebih dipredikisi dan direfleksi dari tingginya tingkat prestasi dalam membaca. Tetapi, membaca belum menjadi kebiasaan di Indonesia karena ketertarikan para murid dalam membaca rendah. Dewasa ini, ada sekian banyak pengakuan bahwa remaja dapat terikat oleh media dalam berbagai cara, seperti Anime Fan Fiction.Dan ada sebuah teknik pengajaran kosakata yand dapat mengikat para murid dalam pembelajarannya sendiri, sebuah pembelajaran interaktif yang memgutamakan pemahaman kata yaitu VSS. Oleh karena itu, study ini diadakan untuk mendeskripsikan implementasi dari desain mengajar yang baru dan membuktikan peningkatan kosakata para murid dengan membaca Anime Fan Fiction dengan pengajaran VSS teknik. Tujuan dari studi ini yaitu menunjukkan dan menjelaskan bagaimana implementasi dari VSS teknik sebagai pengajaran kosakata dalam konteks. Dan, membuktikan bahwa mereka telah meningkatkan kosakata setelah diajarkan dengan teknik VSS di kelas mereka. Studi ini ialah Quantitaive, pre-posttest dengan satu grup yang melibatkan satu kelas dari tingkat 10 di SMKN 06 Surabaya, guru bahasa inggris dikela itu, dan 31 murid. Studi ini diaplikasikan dalam dua kali pertemuan pada tanggal 07 dan 13 Mei 2015. Data dari studi ini diambil dari hasil observasi dan hasil score test. Dari studi ini ditemukan bahwa score posttest lebih tinggi dari pretest. Lalu untuk pengaplikasian studinya, para murid masih mengalami kesulitan di peretemuan awal. dalam mengikuti arahan dari peneliti untuk menganalisis kosakata dengan VSS teknik Setelah itu, mereka dapat mengikuti arahan dari peneliti dengan baik di pertemuan kedua. Jadi, studi ini berhasil dalam meningkatkan kosakata melalui membaca Aniime Fan fiction sebagai medianya dengan VSS teknik. Kata kunci: Kosakata, VSS, Animasi, Fan Fiction

AN ANALYSIS OF THE RELEVANCE OF ENGLISH MATERIALS IN TEXTBOOK ENTITLED “BRIGHT 1” FOR JUNIOR HIGH SCHOOL GRADE VII PUBLISHED BY ERLANGGA TO THE 2013 CURRICULUM
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

ABSTRACT Now a days, government launches 2013 curriculum and changes the last curriculum in many aspects including material. Textbook is one of the material resources, English language teachers use texbook as their main sources of teaching. Therefore, textbook should be matched with curriculum applied. It is difficult to select the best textbook which is suitable with 2013 curriculum to solve this problem, the reseacher focused this study: To describe the relevance of the materials in textbook entitled “Bright 1 for SMP” to the 2013 English Standard Competence in terms of material development andscientific approach. This study was designed in describtive qualitative reseach. The instrument used to collect the data is observation in the form of checlists. After being analyzed, it is found that all chapter are relevant with basic competences of curriculum and learning activities are relevant to scientific approach. After all, the researcher argues that this textbook is appropriate to be used in order to help teacher and students in the process of teaching and learning. Key words: analysis, relevance, materials, textbook, the 2013 Curriculum

SPEAKING SKILLS OF ENGLISH DEPARTMENT STUDENTS YEAR 2013 IN PUBLIC SPEAKING CLASS
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstrak Sebagai bagian dari alat komunikasi, bahasa seharusnya diucapkan. Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa penting yang warga dunia harus menguasai. Namun, orang-orang yang bahasa ibu nya bukan bahasa inggris akan menemukan kesulitan untuk menguasai. Hal ini mirip dengan mahasiswa Indonesia yang belajar bahasa Inggris. Ada empat kemampuan dasar dalam bahasa Inggris yang wajib dikuasai, seperti mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai kemampuan dasar, kemampuan berbicara juga sama pentingnya dangan menulis, mendengar, dan membaca. Kemampuan berbicara juga dipelajari oleh mahasiswa UNESA terutama di Jurusan Bahasa Inggris karena mahasiswa harus menguasai kemampuan berbicara. Tetapi dalam kenyataannya, peneliti menemukan banyak mahasiswa Bahasa Inggris angkatan 2013 yang masih belum menguasai kemampuan berbicara secara baik karena kurang mempraktekannya padahal mereka sudah mendapatkan mata kuliah Public Speaking. Mereka masih sulit untuk memilih kata, masih banyak kesalahan pada struktur dalam berbicara, dan tidak lancar dalam berbicara bahasa Inggris. Dari alasan tersebut peneliti membuat pertanyaan; Bagaimana ketrampilan berbicara Mahasiswa Bahasa Inggris angkatan 2013 berdasarkan Pengukuran kemampuan berbicara dari John W. Oller, Jr. di kelas Public Speaking? Ada beberapa teori yang dapat mendukung penelitian ini. Yang pertama dari Harmer (2001), Dia menjelaskan bahwa ada beberapa elemen yang mengacu pada bahasa yang pelajar harus mengetahuinya, yaitu fitur bahasa dan mental/proses sosial. Yang kedua teori dari John W. Oller, Jr.(1979) yang berpendapat ada beberapa komponen pendukung untuk menilai kemampuan berbicara siswa sebagai poin-poin dalam bahasa: Aksen, tata bahasa, kosa kata, kelancaran, dan pemahaman. Peneliti menggunakan Pengukuran kecakapan berbicara dari John W. Oller, Jr. karena cocok untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris UNESA tahun 2013. Ada 2 kelas Public speaking yang dipilih untuk diamati yaitu kelas A dan kelas B. Weighting table dan field note digunakan untuk mendapatkan data dari skor kinerja siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua hari untuk masing-masing kelas. Para siswa ditugaskan untuk membuat pidato dengan topik tertentu. Pada akhirnya, hasil dari kedua kelas menunjukkan sedikit perbedaan. Kelas A menunjukkan sedikit perbedaan. Kelas A menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari kinerja dari kelas B. Namun, hasil keseluruhan menunjukkan bahwa mereka mencapai kemampuan berbicara. Jadi peneliti menyarankan adanya tindakan yang nyata untuk membuat program berbicara bahasa Inggris yang dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa agar dapat berbicara baik secara formal maupun tidak. Oleh karena itu mahasiswa dapat menguasai bahasa Inggris dan akan berguna setelah kelulusan. Kata Kunci: Kemampuan berbicara, Public Speaking, Mahasiswa Bahasa Inggris 2013. Abstract As part of communication tool, language is supposed to be spoken. English is one of important languages that citizens of the world should master. However, people with non English mother tounge would find it difficult. It is similar to Indonesian students who study English. In order to master it they have to learn four basic English skills such as listening, speaking, reading, and writing. As one of basic skills, speaking is just as important as other skills. Speaking skill was also studied by students in UNESA especially on English Department because they must master speaking skill fluently. But in fact, researcher have found a lot of students of the English Department year 2013 who are still unable to speak English correctly and do not have good speaking skills because they lack practice their skill while they get last course of speaking which is Public speaking. They still have problems in choosing words, many grammatical errors occur in the pronunciation, and still not fluent in speaking English. From the reason above the researcher formulate the question; How is the speaking skills of English Department Students year 2013 based on Speaking Proficiency Measurement by John W. Oller, Jr. in public speaking class? There are some theories to support this study, The first is from (Harmer, 2001) stated that there are some elements which refer to the language that learners should have knowledge about, which are langauge features and mental/social processing. The second theory is from John W. Oller, Jr.(1979) argued that there are several supporting components in measuring the student’s speaking proficiency as the specific points of language; Accent, Grammar, Vocabulary, Fluency, and Comprehension. The researcher uses Speaking Proficiency Measurement by John W. Oller, Jr. for this study because it compatible to answer the question related this study. The research design of this study was qualitative descriptive. The subject of the study is students of English Department of UNESA year 2013. 2 classes these are A and B of “Public speaking’ were involved to be participant in this qualitative descriptive. Weighting table and field note were used to gain the data of students performance score. The study was done within two days and each day was for each class. The students were assigned to make an impromptu speech with particular topics. In the end, the result of both classes showed a slight difference. Class A showed higher level of performance than class B. However, the overall result showed that they attained advance skill of speaking. So the researcher suggest the existence of a real follow-up to make the program speak English lessons which can improve students' ability to speak well formally or informally. So that students will be accustomed to speak the English language and will be useful after their graduation Key words : Speaking skill, Public Speaking, English Department Students 2013.

THE EFFECTIVENESS OF USING SEMANTIC MAPPING STRATEGY TO TEACH READING ANALYTICAL EXPOSITION TEXTS TO THE ELEVENTH GRADERS OF CENDEKIA SENIOR HIGH SCHOOL SIDOARJO
RETAIN Vol 3 No 2 (2015): Volume 3, nomor 2, Mei-Agustus 2015
Publisher : RETAIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari penggunaan strategi semantic mapping pada kemampuan membaca teks eksposisi analitis siswa-siswa kelas sebelas SMA Cendekia Sidoarjo. Penelitian ini merupakan eksperimental dimana dua kelompok telah dipilih terlebih dahulu secara acak, yaitu kelompok kontrol dan eksperimental. Pada awal penelitian, mereka diberikan tes membaca yang berfungsi sebagai pre-test pada kedua kelompok untuk mengetahui kemampuan membaca teks eksposisi analitis sebelum peneliti memberikan perlakuan khusus. Selanjutnya, strategi semantic mapping diterapkan pada proses pembelajaran membaca teks eksposisi analitis untuk kelompok eksperimental, sedangkan pada kelompok kontrol diajar dengan tanpa strategi semantic mapping. Setelah memberikan perlakuan khusus, peneliti melaksanakan post-test pada kedua kelompok. Sebuah analisis t-test pada SPSS 20.00 digunakan untuk menganalisa hasil pre-tes dan post-tes dari kelompok kontrol dan eksperimental. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaktifan dari peripheral learning strategy memiliki efek yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif siswa, (P

Home Page

OAI Link

Editorial Team

Contact

Reviewer

Google Scholar

Contact Name
Him'mawan Adi Nugroho

Contact Email
himmwannugroho@unesa.ac.id

Phone
+6281334244887

Journal Mail Official
evarahmawati@unesa.ac.id

Editorial Address
English Department, Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Surabaya Building T4, 2nd floor, Kampus Lidah Wetan, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia

Location
Kota surabaya,

Jawa timur

INDONESIA

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Home Page

OAI Link

Editorial Team

Contact

Reviewer

Google Scholar

Contact Name Him'mawan Adi Nugroho

Contact Email himmwannugroho@unesa.ac.id

Phone +6281334244887

Journal Mail Official evarahmawati@unesa.ac.id

Editorial Address English Department, Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Surabaya Building T4, 2nd floor, Kampus Lidah Wetan, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia

Location Kota surabaya, Jawa timur INDONESIA

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Contact Name
Him'mawan Adi Nugroho

Contact Email
himmwannugroho@unesa.ac.id

Phone
+6281334244887

Journal Mail Official
evarahmawati@unesa.ac.id

Editorial Address
English Department, Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Surabaya Building T4, 2nd floor, Kampus Lidah Wetan, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia

Location
Kota surabaya,

Jawa timur

INDONESIA