cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Primatologi Indonesia
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 7 No. 2 (2010)" : 5 Documents clear
Karakteristik Habitat dan Preferensi Pohon Sarang Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Taman Nasional Tanjung Puting (Studi Kasus Camp Leakey) Dede Aulia Rahman
Jurnal Primatologi Indonesia Vol. 7 No. 2 (2010)
Publisher : Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.141 KB)

Abstract

Abstrak. Orangutan (Pongo spp) tersebar luas di Asia, namun saat ini hanya ditemukan di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Di Kalimantan Tengah, orangutan dengan jumlah populasi tertinggi dapat ditemukan di Taman Nasional (TN) Tanjung Puting. Orangutan memiliki preferensi dalam pemilihan habitatnya dan memiliki sebaran yang merata atau berkelompok. Akibatnya, pengelolaan populasi orangutan, dan habitatnya harus mempertimbangkan preferensi habitat populasi orangutan. Tujuan penelitian ini untuk menentukan karakteristik preferensi habitat orangutan, dan mengidentifikasi faktor-faktor dominan dalam preferensi pohon sarang pada orangutan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Juni 2008 dengan analisis vegetasi. Hasil penelitian dengan analis regresi menunjukkan faktor-faktor ekologi dominan yang menentukan habitat orangutan. Preferensi pohon sarang adalah jumlah spesies tumbuhan pakan dan struktur pohon sarang. Hal ini menunjukkan peluang keberadaan orangutan pada suatu lokasi akan meningkat dengan meningkatnya jumlah spesies tumbuhan pakan. Analisis indeks preferensial berdasarkan metode Neu (1974) menunjukkan dari 3 lokasi yang diteliti, 2 lokasi (dipterocarp dataran rendah dan hutan rawa campuran) memiliki indeks preferensial yang lebih tinggi dibandingkan lokasi yang lain.Abstract. Orangutans (Pongo spp) were once widespread in Asia but are currently found only on the islands of Borneo (Kalimantan) and Sumatra. In Central Kalimantan, orangutans with the highest population number can be found in Tanjung Puting National Park. Orangutans have preferences in their habitat and therefore tend to spread uniformly or in groups. As a consequence, the management of orangutan populations and habitat must consider their habitat preferences. The objectives of this research were to determine the characteristics of orangutan’s habitat preferences, and identify the dominant factors for nest tree preferences of orangutans. This study was conducted in February-June 2008 by using the vegetation analysis. Results of the study with multiple regression analysis showed that the dominant ecology factors which determined orangutan’s habitat and nest tree preference were the number of food plant species and structure of nest trees. This indicated that the probability of the presence of orangutans in a location would increase with an increase in the number of food plant species. Using Neu’s method of preferential index’s analysis, it was concluded that out of the 3 locations studied, 2 locations (dipterocarp low land and mix swamp forest) had preferential indices greater than the other third location.Key words: Tanjung Puting National Park, orangutan, habitat, nest tree preferences.
Javan Surili : A Survey Population and Distribution in Mt. Slamet Central Java, Indonesia Arif Setiawan; Yohannes Wibisono; Tejo Suryo Nugroho; Ika Yuni Agustin; Mohamad Ali Imron; Satyawan Pudyatmoko; Djuwantoko .
Jurnal Primatologi Indonesia Vol. 7 No. 2 (2010)
Publisher : Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.756 KB)

Abstract

Abstrak. Survei ini adalah penilaian yang pertama terhadap populasi dan distribusi surili jawa (Presbytis fredericae) di Gunung Slamet, Jawa Tengah, Indonesia. Survei telah dilakukan selama 150 hari di hutan pegunungan dan menyusuri jalur-jalur yang ada sepanjang 125,38 km. Survey ini telah mencatat 233 individu dari 54 kelompok monyet surili. Metode garis transek telah diterapkan dalam survey ini dan estimasi kerapatan surili jawa adalah 5,6 – 8,16 individu/km2, yang menempati  198.68 km2 potensial habitat. Estimasi populasi surili jawa di Gunung Slamet kurang lebih 1172 – 1621 individu. Perburuan, penebangan liar, pengumpulan kayu bakar, perburuan tanaman hias adalah ancaman yang menyebabkan degradasi habitat surili jawa di hampir semua lereng gunung. Ini adalah sub-populasi terbesar yang tersisa di jawa tengah, jadi perlindungan terhadap Gunung Slamet adalah sangat penting untuk menyelamatkan populasi monyet dan habitatnya, sebagaimana kita ketahui bahwa  distribusi sub-species Presbytis di jawa tengah tidak terdapat di dalam kawasan konservasi. Peningkatan status perlindungan hutan, penegakan hukum, program kesadaran konservasi, pemberdayaan komunitas harus didukung dan diteruskan di Gunung Slamet.Abstract. This survey is the first assessment of the population and distribution of the Javan surili  (Presbytis fredericae) on Mt.Slamet, Central Java, Indonesia. The survey was carried out for a total of 150 days in the mountainous forest, while walking 125.38 km along existing trails. There were 233 individuals recorded, belonging to 54 groups of monkeys. The line transect method was applied during the survey and it was estimated that there were 5.6 up to 8.16 individuals/km2  density of Javan surili, occuping 198.68 km2, indicating a possible potential habitat. The population of the Javan surili on Mt.Slamet was estimated at approximately 1172 – 1621 individuals. Hunting, illegal logging, fuel wood collection, ornamental forest plants gathering were threats which were the cause of massive degradation of the Javan surili habitat across the facing slope. With its largest sub-population remaining in Central Java,  protecting the Mt. Slamet is urgently needed to save this monkey population and its habitat, as it is known that there is no conservation area in the range distribution of Presbytis subspecies in Central Java.  Increasing the forest protection status, law enforcement, conservation awareness programs, and community based empowerment should be supported and continued in Mt. Slamet.Key words: rekrekan, surili, Mt.Slamet, population,  distribution, endangered
Status Populasi Satwa Primata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, Jawa Barat Fitriah Basalamah; Achi Zulfa; Dewi Suprobowati; Devi Asriana; Susilowati .; Agnes Anggraeni; Rahmalia Nurul
Jurnal Primatologi Indonesia Vol. 7 No. 2 (2010)
Publisher : Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.859 KB)

Abstract

Abstrak. Taman nasional mempunyai peran penting dan strategis dalam melestarikan biodiversitas alam, salah satunya hewan primata. Primata memiliki fungsi  utama sebagai penyebar biji dan menjaga keseimbangan ekosistem. Beberapa indikasi gangguan yang terjadi pada ekosistem area konservasi (Taman Nasioanl Gunung Gede – Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun - Salak) yaitu kepadatan penduduk, kerusakan habitat dan aktivitas ekowisata. Monitoring tahunan yang dilakukan pada kedua area konservasi menggunakan metode line transect dan fruit trail dimulai  pada tahun 2000 hingga 2006 menunjukkan adanya penurunan populasi dari lima jenis primata yang signifikan. Penurunan populasi tersebut diduga akibat dari fluktuasi jumlah pengunjung dan ketersediaan sumber pakan.Abstract. The national park plays an important and strategic role in conserving the biodiversity; for which primates are very important. Primates have a primary function in dispersing seeds of fruit trees and balancing the ecosystem. There are several indications of ecosystem disturbances in two conservation sites, Gede Pangrango National Park and Halimun Salak National Park. These two sites underwent urbanization, habitat destruction and increase of ecotourism activities. Annual monitoring of primates at the two conservation sites using line transects and fruit trail methods (2000-2006) showed that availability of primate food resources was fluctuating and five primate species suffered from a severe population decline.Key words: primate density, conservation, ecotourism, Mountain Gede-Pangrango National Park, Halimun-Salak National Park
Status Populasi Satwa Primata di Taman Nasional Gunung Palung dan Daerah Penyangga, Kalimantan Barat Didik Prasetyo; Jito Sugardjito
Jurnal Primatologi Indonesia Vol. 7 No. 2 (2010)
Publisher : Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.299 KB)

Abstract

Abstrak. Enam belas lokasi yang berbeda telah disurvei di Taman Nasional Gunung Palung dan sekitarnya dengan luas tertutup total hampir 45.000 ha. Indikasi ancaman terhadap habitat primata juga diteliti pada setiap lokasi yang disurvei. Telah ditemukan bahwa di daerah di mana pengawasan hutan secara intensif dilaksanakan, kepadatan primata terutama lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang tidak ada patroli reguler. Kepadatan tertinggi (3,7 individual/km2) orangutan ditemukan di Sungai Bayas, bagian dari Taman Nasional Gunung Palung, sedangkan kepadatan tinggi berikutnya (2,3 individual/km2) ditemukan di Lubuk Kuali, bagian dari masyarakat hutan. Spesies primata lain yang ditemukan selama survei ini adalah monyet ekor panjang, langurs, owa, dan monyet belalai. Spesies ini kebanyakan terjadi di dalam kawasan konservasi. Analisis ancaman menunjukkan bahwa kepadatan primata relatif lebih baik di kawasan konservasi dan hutan masyarakat bukan di hutan lindung. Meskipun status situs sebagai hutan lindung, tidak ada unit manajemen yang ada di daerah tersebut. Oleh karena itu, kegiatan ilegal banyak terjadi yang menyebabkan penurunan populasi primata. Kegiatan ilegal yang paling sering ditemui adalah penebangan diikuti oleh konversi hutan untuk berburu dan tanaman pertanian atau tanaman.Abstract. Sixteen different locations have been surveyed in Gunung Palung National Park and their surroundings with a total covered area of nearly 45.000 ha. In addition, the threats to the primate habitats have also been assessed, particularly the threats to each surveyed site. It has been found that in the areas where forest patrols were intensively implemented, the primate density was particularly higher in comparison to the areas where no regular patrols existed. The highest density (3,7 individual/km2) of orangutans has been found in Sungai Bayas, part of Gunung Palung National Park, whereas the next high density (2,3 individual/km2) was found in Lubuk Kuali, part of the community forest. The other primate species encountered during the survey were longtailed macaques, langurs, gibbons, and proboscis monkeys. These species mostly occur inside the conservation area. An analysis of threats showed that the density of primates was relatively better in the conservation area and community forests rather than in the protection forests. Despite the status of the sites as protection forest, no management unit exist in the area and therefore, many illegal activities occurred, leading to reduction of the primate population. The most frequent illegal activities encountered were logging followed by hunting and forest conversion for agricultural plants or crops.Key words: primates, orangutan, density, Gunung Palung National Park, buffer zone
Konsumsi Pakan Asal Hewan pada Kukang (Nycticebus coucang) di Fasilitas Penangkaran, Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB Walberto Sinaga; Dewi Apri Astuti; Entang Iskandar; Wirdateti .; Joko Pamungkas
Jurnal Primatologi Indonesia Vol. 7 No. 2 (2010)
Publisher : Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.139 KB)

Abstract

Abstrak. Sebagai salah satu upaya konservasi, Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor (PSSP IPB) menangkarkan kukang (Nyticebus coucang) di luar habitat aslinya (eks-situ). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data konsumsi pakan asal hewan pada kukang dewasa selama satu tahun di Penangkaran PSSP IPB. Hewan yang diamati berada dalam enam kandang dengan ukuran yang sama, serta umur yang hampir seragam, masing-masing kandang berisi 2 atau 1 ekor kukang dewasa dengan jumlah keseluruhan sepuluh ekor.  kukang berasal dari Pulau Sumatera, dan sudah beradaptasi di penangkaran selama tiga tahun.  Jenis pakan yang diberikan berasal hewan, berupa jangkrik (Gryllus mitratus), ulat hongkong (Tenebrio molitor), ulat sutra (Bombyx mori), cicak (Cosymbotus platyurus) dan kadal rumput (Takydromus sexlineatus). Penelitian perilaku makan kukang dilakukan dengan menggunakan metode One Zero Sampling. Komposisi gizi pakan percobaan dianalisis dengan metode proksimat. Hasil penelitian menunjukkan persentase rerata kesukaan makan  jenis hewan pada semua kukang, dari yang paling disukai hingga yang kurang disukai (rendah) adalah ulat sutra (Bombyx mori) dengan nilai (100%), jangkrik (91,6%), cicak (60%), kadal rumput (59%), dan pakan asal hewan yang kurang disukai adalah ulat hongkong (2,2%). Total konsumsi bahan kering pakan serangga sebanyak 284,11 g/kandang/hari atau sekitar 84,94% dan energi sebanyak 5626,79 kkal/kg.Abstract. As one of the conservation efforts, the Primate Research Center (PRC) of Bogor Agricultural University  has been developing ex-situ captive breeding of coucangs (Nyticebus coucang) since 2005. This study aims to obtain data on the consumption of feed of animal origin by adults coucang during one year at PRC breeding facility. Animals were housed in six cages of the same size, while age was almost similiar. Each cage consists of 2 or 1 coucang with a total of ten animals. The animals originated from the island of Sumatra, and were adapted to captivity for three years. The type of feeds of animal origin were crickets (Gryllus mitratus), caterpillars (Tenebrio Molitor), silkworms (Bombyx mori), lizards (Cosymbotus platyurus) and grass lizards (Takydromus sexlineatus). Feeding behavior was carried out by using One Zero Sampling method. Nutritional composition of the experimental feeds were analyzed by proximate method. The results showed the average percentage of favorite by the coucang from most preferred to least preferred (low) were silkworms (Bombyx mori) with a value of (100%), crickets (91.6%), lizards (60%), grass lizards (59%), while feeds of animal origin which were less favored were hongkong worms (2,2%). Total consumption of dry feed of all insects given, amounted to 284.11 g/cage/day or approximately 84.94% with a high energy level of 5626.79 kcal/kg.Key words: feed consumption, animal origin, N.coucang, captive breeding, nutrient

Page 1 of 1 | Total Record : 5