cover
Contact Name
Warto
Contact Email
warto@uinsaizu.ac.id
Phone
+6281327567868
Journal Mail Official
komunika@uinsaizu.ac.id
Editorial Address
Fakultas Dakwah UIN Saizu Jl. Jend. A. Yani No. 20A Purwokerto 53126 Jawa Tengah - Indonesia
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi
ISSN : 19781261     EISSN : 25489496     DOI : https://doi.org/10.24090/komunika
Journal Komunika is a journal published by the Dakwah Faculty of IAIN Purwokerto, which has a concentration related to the field of Dakwah, Islamic Communication, communication theory, mass communication, dakwah management, dakwah messages, dakwah media, dakwah methods, dakwah organizations, Islamic broadcasting, Islamic journalism, public relations, dakwah, dakwah in the digital era. Journal Komunika really expects the participation of submission of manuscripts or articles that are expected to be published in every print or electronic edition. Through the journal, Komunika will improve the quality of the content of the manuscript or articles in accordance with the rules of the journal Komunika and the results can be useful for the progress of science and society.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 9 No 2 (2015)" : 9 Documents clear
RELEVANSI STRATEGI DAKWAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA DENGAN STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW Eunis Khoerunnisa
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.01 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i2.847

Abstract

Hizbut Tahrir Indonesia is a unique and phenomenal propaganda institution. For one decade (1998-2008) it has exercised a very intensive preaching, conception of Islam, enforcement of Syari’ah and the Khilafah ruling system. The purpose of this study is to determine the Hizbut Tahrir Indonesia thinking about: (1) the arguments used by Hizbut Tahrir Indonesia in preaching; (2) the purpose of the preaching of Hizbut Tahrir Indonesia; (3) the method used in the propaganda activities of Hizbut Tahrir Indonesia; (4) the program of propaganda in the view of Hizbut Tahrir Indonesia; and (5) the relevance of Hizbut Tahrir Indonesia propagation strategy with the strategy of propaganda of the Prophet Muhammad. The results showed that (1) Hizbut Tahrir Indonesia propagation argument is Surah (Chapter) Ali-Imran verse 104; (2) the purpose of Hizbut Tahrir Indonesia propaganda is to hold Islamic life and to carry the Islamic propagation to the entire world and to revive Islam in the right way; (3) the method adopted by Hizbut Tahrir Indonesia in carrying out the mission is the laws of Personality which is taken from Prophet Sayings; (4) HizbutTahrir Indonesia propagation program is basically the same as Hizbut Tahrir anywhere, for espousing ideas, ideals and the same activity which reflects on propagation strategy of the Prophet; and (5) selection of Hizbut Tahrir Indonesia toward the Prophet Traditions about the propagation method applied by the Prophet Muhammad SAW tend to choose a more nuanced firm. In fact, the propagation method applied by the Prophet varies depending on the existing situation and conditions. Hizbut Tahrir Indonesia adalah sebuah lembaga dakwah yang unik dan fenomenal. Selama kurang lebih satu dasawarsa (1998-2008) sangat intensif melakukan dakwahnya, konsepsinya tentang penegakan Syari’at Islam dan sistem pemerintahan Khilafah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemikiran Hizbut Tahrir Indonesia tentang: (1) landasan yang digunakan  oleh Hizbut Tahrir Indonesia dalam berdakwah; (2) tujuan dakwah Hizbut Tahrir Indonesia; (3) metode yang digunakan dalam kegiatan dakwah Hizbut Tahrir Indonesia; (4) program dakwah menurut pandangan Hizbut Tahrir Indonesia; dan (5) relevansi strategi dakwah Hizbut Tahrir Indonesia dengan strategi dakwah Nabi Muhammad SAW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) landasan dakwah Hizbut Tahrir Indonesia adalah QS. Ali-Imran ayat 104; (2) tujuan dakwah Hizbut Tahrir Indonesia adalah melangsungkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia dan untuk membangkitkan kembali umat Islam dengan cara yang benar; (3) metode yang ditempuh oleh Hizbut Tahrir Indonesia dalam melaksanakan dakwah adalah hukum-hukum syara’ yang diambil dari thariqah Rasulullah SAW; (4) program dakwah Hizbut Tahrir Indonesia pada dasarnya sama dengan Hizbut Tahrir di manapun, karena mengemban pemikiran, cita-cita dan aktivitas yang sama, yaitu bercermin pada metode dakwah Rasulullah SAW; dan (5) Pemilihan Hizbut Tahrir Indonesia terhadap Hadits-hadits tentang metode dakwah yang diterapkan oleh Nabi Muhamad SAW cenderung memilih Hadits-hadits yang bernuansa lebih tegas. Padahal, metode dakwah yang diterapkan oleh Nabi sangat bervariasi bergantung kepada situasi dan kondisi yang ada.
PESAN DAKWAH DALAM LAGU “BILA TIBA” Bagus Sujatmiko; Ropingi el Ishaq
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.75 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i2.848

Abstract

Music is one of the media to deliver a message. Music can contain norms of life, one of which is message of da’wah. Music containing da’wah messages is commonly called Religious Music. In Indonesia, such music started in a the 70s by the legendary band Sam Bimbo with the song Sajadah Panjang, and Nasyida Ria Nasyid group with the song Perdamaian. Many of their songs contain da’wah messages that could attract many listeners. At present, there is also a top Indonesian pop band, named Ungu, that always succeeded in making religious songs. Religious songs from Ungu contain many Da’wah messages with touching lyrics, combined with appropriate music. One of Ungu’s latest songs is “Bila Tiba”. This song has a blend of ballad tones and poetic lyrics, as efforts to deliver da’wah messages contained therein. The song that became the soundtrack of the movie “Sang Kyai” is much in demand as a soft tone and the lyrics are evocative. For that reason, this study intends to analyze da’wah message contained in a fusion of tones and lyrics of the song. To analyze the song Bila Tiba, the researcher used Charles Sanders Peirce’s Theory of Semiotics. His classification of signs can be used to peel the tones and lyrics to understand da’wah messages of the song in a complex and profound way. Classifications of signs used in this research were Qualisign, dicent Sinsign, Rhematical Indexical Legisign, dicent Symbol, and Argument. Result of this research is that this song reminds the listener to remember the events of death. Meanwhile, the emphasis of da’wah message contains in the main rhyme of this song, which explains that when death comes, man cannot run away from it. The message of this song is delivered with the poetic lyrics and soft tones and this makes this song a means of contemplation for the listeners. Furthermore, this song also invites the listeners to correct their deed during life, to prepare for the coming death, and to pray for a good death (khusnul khotimah). Musik merupakan salah satu media penyampai pesan. Dalam musik dapat disematkan norma-norma yang terkandung dalam kehidupan salah satunya Pesan Dakwah. Musik yang mengandung Pesan Dakwah biasa disebut Musik Religi. Musik Religi di Indonesia dimulai pada tahun 70-an oleh band legendaris Bimbo dengan lagu Sajadah Panjang, dan grup Nasyid Nasida Ria dengan lagu Perdamaian. Banyak dari lagu-lagu mereka berisikan pesan dakwah yang banyak diminati pendengar. Dan saat ini, terdapat juga band papan atas Indonesia yang selalu berhasil dalam membuat lagu religi dari aliran pop, yaitu Band Ungu. Lagu-lagu religi dari Band Ungu banyak berisikan pesan dakwah dengan lirik yang menyentuh, diiringi dengan musik yang sesuai. Dan salah lagu religinya yang terbaru yang berjudul “Bila Tiba”. Lagu ini memiliki perpaduan antara nada Ballad dan lirik yang puitis, sebagai upaya maksimal untuk menyampaikan pesan dakwah yang terkandung di dalamnya. Lagu yang menjadi soundtrack film “Sang Kyai” ini banyak diminati karena nadanya lembut dan liriknya yang menggugah. Untuk itu penelitian ini bermaksud untuk menganalisis Pesan Dakwah yang terkandung dalam perpaduan nada dan lirik lagu tersebut. Untuk menganalisis lagu “Bila Tiba”, peneliti menggunakan Teori Semiotika Charles Sanders Peirce. Klasifikasi tanda dari Charles Sanders Peirce dapat digunakan untuk mengupas simbol nada dan lirik lagu, untuk kemudian dapat diketahui pesan dakwah lagu secara kompleks dan mendalam. Klasifikasi tanda yang digunakan antara lain Qualisign, Dicent Sinsign, Rhematical Indexical Legisign, Dicent Symbol, dan Argument. Dari hasil analisis terungkap bahwa pesan dakwah dalam lagu ini menyampaikan kepada pendengarnya untuk mengingat peristiwa kematian. Sementara penekanan dari isi pesan lagu terdapat pada bait utama, yang menerangkan ketika ajal datang, manusia tidak bisa lari darinya. Pesan lagu disampaikan dengan lirik yang puitis dan nada yang lembut, menjadikan lagu ini sebagai sarana perenungan bagi pendengarnya. Lagu ini juga mengajak pendengarnya untuk memperbaiki amal perbuatannya selama hidup, untuk mempersiapkan diri ketika kematian datang menghampirinya. dan senantiasa berdo’a agar mati dalam keadaan khusnul khatimah.
AGAMA DAN ALIENASI MANUSIA (REFLEKSI ATAS KRITIK KARL MARX TERHADAPAGAMA) Mohamad Misbah
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.768 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i2.849

Abstract

Karl Marx’s objection to religion, as other scholars’, should not be faced defensively and apologetically. A wise attitude is needed because a criticism can be used as a self-criticism towards our formal model of religiosity. By understanding Karl Marx’s social context, his criticism toward religion can be interpreted as his dissonance on a model of religion at his time, which is dominantly used as a means of power. The existence of religion didn’t improve the quality of humanity, but it was manipulated give an ethical legitimation to explore and exploit poor and marginal society. Religion alienated human beings from themselves and their social reality, which resulted in systemic social sins. Karl Marx’s criticism can be considered as a step to reconstruct a humanistic theology, which is able to freed and emancipate human being from any shackle. Gugatan Karl Marx terhadap agama, seperti halnya kritik tokoh-tokoh pemikir lain, tidak perlu dihadapi secara defensif apologetik. Sikap yang bijaksana perlu dikedepankan, karena kritik bisa dijadikan otokritik atas kekurangan model keberagamaan kita yang bersifat formal. Dengan memahami konteks sosial Karl Marx, kritiknya terhadap agama dapat dipahami sebagai kegelisahannya atas model keberagamaan yang dominan saat itu yang justru menjadi alat kekuasaan. Eksistensi agama bukannya meningkatkan kualitas kemanusiaan, tapi justru dimanipulasi untuk memberikan legitimasi etis untuk mengeksploitasi dan menindas masyarakat miskin dan marginal. Agama mengalienasikan manusia dari diri dan realitas sosial, sehingga dosa sosial dapat terjadi secara sistemik. Kritik Marx di atas bisa dijadikan pijakan untuk merekonstruksi teologi yang humanis yang mampu membebaskan dan mengemansipasi manusia dari segala belenggu.
MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL - Asyhabudin
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.784 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i2.850

Abstract

The family is a mirror to society. We can see what has occured and will occur in society by looking at families who live in the community. Advancement of a society is often caused by the advancement of families in the community. Vice versa, the backwardness of a society is a sign of the backwardness of families in the community. Family is the perfect university for the actors of various roles in public life. An ideal family is a sakinah family where mawaddah and rahmah are properly maintained and always preserved so that serenity and peace in the family is getting stronger. To keep the family being sakinah, in the perspective of social work, it needs three factors, namely congruent communication, the balance of relationships within the family system and the constant mutual efforts in giving goodnessto each other in the family. Three experts in the disciplines of social work contribute ideas and concepts on this regards. The article attempts to describe the thinking of the experts to elaborate their thoughts briefly. Keluarga merupakan cermin masyarakat. kita bisa melihat apa yang sudah terjadi dan akan muncul di masyarakat dengan melihat keluargakeluarga yang hidup dalam komunitas. Kemajuan masyarakat seringkali disebabkan oleh kemajuan keluarga. Sebaliknya, kemunduran masyarakat merupakan tanda kemunduran keluarga. Keluarga adalah tempat yang sempurna bagi aktor sosial untuk berkiprah di ruang publik. Keluarga yang ideal adalah keluarga sakinah, di mana mawaddah dan rahmah selalu dijaga dengan baik sehingga kedamaian dalam keluarga semakin kuat. Untuk menjaga keluarga agar tetap sakinah, dalam perspektif kerja sosial, dibutuhkan tiga faktor, yakni: komunikasi yang harmonis, keseimbangan hubungan dalam sistem keluarga dan saling berupaya untuk memberikan kebaikan bagi masing-masing anggota keluarga. Tiga tokoh dalam kerja sosial memberikan ide-ide dan konsep tentang persoalan ini yang didiskusikan dalam artikel ini secara mendalam.
MENGURAI KEBINGUNGAN (REFLEKSI TERHADAP KESEMRAWUTAN KONSEP DAKWAH ISLAM DI INDONESIA) Kholil Lur Rochman
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.89 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i2.851

Abstract

There are two main problems destroying and paralyzing the existence of da’wah in the present time. The first is the weakness of epistemological study that makes dak’wah is meant as just a routine, temporal, and instant activity, which is strengthened with the doctrine that performing da’wah activity is God’s order. The second is the dominant interpretation that da’wah is an oral communication that flowered with jokes and satires. For that reason, there are some steps to be appropriately done to give a new direction in reconstructing da’wah (Islamic preaching) in Indonesia. The steps are: 1) to change exclusive discourse of religiosity to an inclusive one; 2) the admission of plurality in religion; 3) actualizing empowerment da’wah; and 4) inter-religion dialogues, as an orientation of future da’wah. Ada dua masalah dasar yang menggerogoti dan melumpuhkan eksistensi dakwah dewasa ini yaitu lemahnya kajian epistemologi sehingga dakwah hanya dimaknai sebagai rutinitas, temporal dan instan yang dikuatkan dengan argumen bahwa berdakwah adalah perintah Tuhan dan dominasi pemahaman bahwa dakwah adalah oral comunication yang mementingkan banyolanbanyolan garing dan satir. Untuk itu, ada beberapa langkah yang harus digarap secara tepat untuk memberikan arah baru dalam melakukan proses rekonstruksi dakwah Islam di Indonesia. Langkah tersebut adalah pertama, mengubah wacana eksklusif tentang cara keberagamaan menuju wacana inklusif, kedua, pengakuan adanya pluralitas dalam beragama, ketiga, membumikan dakwah pemberdayaan, dan yang keempat, adalah upaya dialog antar agama, sebagai orientasi dakwah masa depan.
METODOLOGI PENAFSIRAN AL-QUR’AN MENURUT FAZLUR RAHMAN Elya Munfarida
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.08 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i2.852

Abstract

Based on anxiety towards stagnation of Islamic thought, Fazlur Rahman attempted to reconstruct the paradigm and methodology of text interpretation that can restore the spirit of progressive Islam that is always actual at anywhere and anytime. To that end, he developed a Qur’anic hermeneutics oriented to understand the text of the Qur’an contextually. Hermeneutics is epistemologically based on his view that the text of the Qur’an is a historical product of Arab society. This thesis does not mean that he asserts the transcendental dimension of the Qur’an, but he would like to affirm that the messages or transcendental values are profaned within the scope of the historicity of the Arab community as its first recipient. Therefore, it is necessary to make a distinction between the universal moral values and historical legal products contained in the text. With this thesis, he offers a model of double movements in the interpretation of the Qur’an. The first movement is that of the present situation to the time of al-Qur’an, while the second movement should start from the principles of the generalized text to contemporary socio-historical reality. Berbasis kegelisahan terhadap kejumudan pemikiran Islam, Fazlur Rahman berupaya merekonstruksi paradigma dan metodologi interpretasi teks yang dipandangnya dapat mengembalikan spirit progresifitas Islam yang selalu aktual di manapun dan kapanpun. Untuk tujuan tersebut, ia mengembangkan hermeneutika al-Qur’an yang berorientasi pada pemahaman teks al-Qur’an secara kontekstual. Hermeneutika ini secara epistemologis berbasis pada pandangannya bahwa teks al-Qur’an merupakan produk historis masyarakat Arab. Tesis ini tidak berarti bahwa ia menegasikan dimensi transendentalal-Qur’an, namun ia ingin menegaskan bahwa pesan-pesan atau nilainilai transendental diprofankan dalam lingkup historisitas masyarakat Arab sebagai penerima pertamanya. Oleh karena itu, perlu adanya pembedaan antara nilai-nilai moral yang bersifat universal dan produk legal historis yang terdapat dalam teks tersebut. Dengan tesis ini, ia menawarkan model  double movement (gerakan ganda) dalam menafsirkan al-Qur’an. Gerakan pertama yakni dari situasi sekarang ke masa al-Qur’an. Sementara gerakan yang kedua berangkat dari prinsip-prinsip yang digeneralisasikan dari teks ke realitas sosio-historis kontemporer.
KESADARAN DAN TRANSFORMASI DIRI DALAM KAJIAN DAKWAH ISLAM DAN KOMUNIKASI Uus Uswatusolihah
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.007 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i2.853

Abstract

Human behavior is a product of the interpretation on the surrounding world through social interaction. It is how a person defines others, situations, objects, and ever his own that defines him/herself. Accordingly, it is the individual him/herself that is active to manage and define his/her behavior and nvironment. Meanwhile, the essence of individual is consciousness. Personal development depends on communication with other people who forms or influences the person, and the vice versa, a person can form and influence other people. Communication also has a significant role in social development. Therefore, what is happening to Indonesian society is a reflection of behaviors and accumulation of individual consciousness level of the citizens. To change the condition of Indonesia, we have to start changing the individuals. Islamic da’wah should be committed through building individual consciousness and constructing positive self-concept among the audience (mad’u). this is because only people with positive self-concept can improve themselves for their ability to reveal the aspects of personality they don’t like and try to change. Perilaku manusia merupakan produk dari interpretasi mereka atas dunia di sekeliling mereka lewat interaksi sosial. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Jadi individulah yang dipandang aktif untuk mengatur dan menentukan perilaku serta lingkungannya sendiri. Sementara inti dari individu adalah kesadaran (consciousness). perkembangan diri bergantung pada komunikasi dengan orang lain, yang membentuk atau mempengaruhi diri sebagaimana orang–orang tersebut dipengaruhi kehadiran diri tersebut. Komunikasi juga berperan penting dalam perkembangan masyarakat. Dengan demikian, apa yang terjadi dengan masyarakat bangsa Indonesia pada hakekatnya merupakan cermin perilaku dan akumulasi tingkat kesadaran individu-individu warga negaranya. jika ingin mengubah kondisi bangsa Indonesia, maka kita harus memulainya dengan mengubah individuindividu warga negaranya. Dakwah Islam harus dilakukan dengan membangun esadaran individual dan membentuk konsep diri mad’u yang positif. Karena hanya orang yang memiliki konsep diri positiflah yang akan mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
STRATEGI DAKWAH DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAM RAHM}M} ATAN LIL ’AL>L> AMIN>N> DI LINGKUNGAN MASYARAKAT (STUDI TERHADAP DOSEN-DOSEN STAIN PURWOKERTO) - Arsam
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.848 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i2.854

Abstract

Islam arrives on the Earth with a great mission, i.e. rahmatan lil ‘alamin, which means giving a bless to the universe. However, the existence of radical movements such as Wahabi, al-Qaeda, NII (Indonesia Islamic State), etc. can destroy the good impression about Islam. To anticipate those radical movements, Islam rahmatan lil ‘alamin should be promoted by Islamic preachers (dai), included IAIN Purwokerto lecturers, in social life. There are some strategies applied by IAIN Purwokerto lecturers to plant the values of rahmatan lil ‘alamin, which can be classified into 3 fields, educational, social, and economic fields. Da’wah in educational field includes strategies such as lecturing, exemplifying, integrating, and interactive dialogue. In social field, da’wah incluces personal and infiltrating strateges, whereas da’wah in economic field includes strategies of social welfare, baitul mal, and saving for qurban. Islam hadir dimuka bumi ini dengan mengusung misi besar yakni rahmatan lil ‘alamin yaitu menjadi rahmat bagi seluruh alam. Namun eksisnya kelompok-kelompok radikal seperti kelompok Wahabi, terorisme a1-Qaeda, jaringan NII (Negara Islam Indonesia) dan sebagainya akan mengancam dan merusak citra baik Islam yang sudah dibangun selama ini. Untuk mengantisipasi gerakan-gerakan kelompok-kelompok tersebut, maka Islam rahmatan lil ‘alamin hendaknya disosialisasikan oleh seorang dai dalam hal ini adalah dosen-dosen STAIN Purwokerto dalam kehidupan di masyarakat. ada beberapa strategi dakwah yang diterapkan oleh dosen-dosen STAIN Purwokerto dalam menanamkan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) bidang. Pertama, dakwah dalam bidang pendidikan. Kedua, dakwah dalam bidang sosial. Ketiga, dakwah dalam bidang ekonomi. Dakwah dalam bidang pendidikan terdapat dalam strategi  ceramah, keteladanan, integrasi, dan dialog interaktif. Kemudian dalam bidang sosial terdapat dalam strategi personal, strategi infiltrasi, selanjutnya dakwah dalam bidang ekonomi terdapat dalam strategi kesejahteraan sosial, strategi battul mal, strategi tabungan kurban.
KONTESTASI KUASAATAS UNDANG-UNDANG PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA (UNDANG-UNDANG NOMOR: 36 TAHUN 2009) Sulkhan Chakim
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 9 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.689 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v9i2.855

Abstract

The bacground of this study is the issue of Act Number 39, 2009 concerning Health, which is considered destrimental to tobaccoo industry, especially farmers, and also raises some debates. Theoretical framework of this study consists of agency and stucturization theories. This study was analyzed with discourse analysis using three strategies: (1) institutional strategy, i.e. to see institutionally the pro and contra about health regulation on addictive substances and tobacco; (2) social strategy, i.e. to see arguments of group of society as a respond to the regulation and to defferentiate empowering and disempowering orientation; (3) ironic strategy: to place the discourse of tobacco in relation to public health by explaining the increase of self-monitoring and discipline, which seems to foster the new growth quickly (proleferation), but ironically tends to lower the ceredibility. This study found that: (1) Parties that reject the regulation argue that government does not consider the contribution of the income from tobacco custom, the job vacancy offered by tobacco industry, tobacco farmers, and local government commodity. (2) Parties that support the regulation argue that cigarettes contain addictive substance, are dangerous to active and passive smokers, can cause cancer, heart attack, and increase mortality rate. (3) Nahdlatul Ulama is one of Islamic social organizations that reject the regulation as well as reject the disagree with the statement ’haram’ for smoking with the consideration that there is no text to judge that law. Latar belakang penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diundangkan oleh Negara, dianggap merugikan industri pertembakauan, dan khususnya para petani, dan mengundang berbagai perdebatan. Framework teoretis yang membangun sistem berpikir dalam kajian ini adalah agency dan strukturisasi. Teknis analisisnya adalah analisis wacana menggunakan tiga strategi, yaitu (1) Strategi institusional; sejauhmana melihat wacana pro kontra regulasi Kesehatan tentang zat adictive  dan tembakau secara institusional. (2) strategi sosial, dengan melihat argumentasi kelompok masyarakat atas respon regulasi tersebut dengan membedakan orientasi pemberdayaan (empowering) dan bukan pemberdayaan (disempowering). (3) strategi ironic, dengan menempatkan wacana tembakau dari perspektif spesifik terkait dengan kesehatan masyarakat yang menjelaskan peningkatan self-monitoring and discipline, yang seolah-olah mendorong pertumbuhan baru secara cepat (proleferation), dan ironis yang cenderung menurunkan kredibilitas. Hasil penelitian ini adalah: 1) Pihak yang menolak pemberlakuan regulasi, berargumentasi bahwa pemerintah tidak memperhatikan kontribusi melalui cukai kepada pendapatan negara, penyerapan tenaga kerja yang sangat signifikan untuk masyarakat industri, dan para petani tembakau dan menjadi komoditas andalan pemerintah daerah. Di samping itu, kontrol industri multinasional asing, WHO, FCTC, dan Kementerian Kesehatan, serta NGO masuk kawasan negara berkembang, baik melalui kegiatan akademis, keagamaan, industri global untuk menguasai dan menggantikan produk rokok yang bebas ’zat adiktif’, dan berakhir meminggirkan produksi kretek lokal. 2) Pihak yang mendukung pemberlakuan regulasi rokok, berdasar pada kandungan rokok yang mengandung zat adiktif; membahayakan bagi perokok aktif dan pasif, dan mengakibatkan kanker, jantung, dan bahkan meningkatkan angka kematian. Hal ini didukung oleh lembaga WHO, FCTC, Kementerian kesehatan, berbagai ormas Islam (Muhammadiyah dan ormas Islam lain) melalui MUI, dan Kelompok LSM yang konsern di bidang kesehatan dan lingkungan hidup. 3) Nahdlatul Ulama adalah salah satu ormas Islam yang menolak atas pemberlakuan regulasi tersebut dan juga menolak penetapan rokok/merokok adalah haram atas pertimbangan secara teks, bahwa tidak ada dalil yang dapat digunakan untuk penetapan “haram mutlak”.

Page 1 of 1 | Total Record : 9