cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
syahrir_gassa@yahoo.com
Phone
+6275172201
Journal Mail Official
sofyan@kemenperin.go.id
Editorial Address
http://litbang.kemenperin.go.id/jli/about/editorialTeam
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Jurnal Litbang Industri
Core Subject : Science,
Jurnal Litbang Industri (JLI) is a scientific journal published regularly twice a year in June and December. JLI contains primary articles or reviews are sourced directly from results of industrial research such as processing of agricultural products, food processing, fishing industry, mining industry, industrial standardization, and pollution control. All submissions are reviewed by qualified reviewers in their field.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2013)" : 7 Documents clear
Pengaruh Penambahan Garam Natrium Dalam Proses Pengendapan Limbah Pengolahan Gambir Terhadap Rendemen Tanin Hendri Muchtar
Jurnal Litbang Industri Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.336 KB) | DOI: 10.24960/jli.v3i1.621.59-65

Abstract

Wastewater from gambier industry which contains tannin has not been utilized optimally yet. The wastewater does not hold up in storage because is often overgrown with fungus, so that in the solid / powdery tannins will be more profitable. To get the tannins precipitate, it had been done research about the effect of settling material to the formation of gambier dye from waste gambier industry. This study aimed to obtain optimum yield of tannins through the precipitation process. Settling material which were used technically NaCl salt and table salt, while for pH regulator used sodium bicarbonate and saturated solution of lime. Phase of precipitation was done by adding NaHCO3  or lime water saturated in such a manner until pH 8. The addition of NaCl salt or table salt with concentration 50 g/L, 100 g/L, 150 g/L, 200 g/L, 250 g/L, 300 g/L, 350g/L, 400 g/L in 200 ml of gambier industry liquid waste. The research result was obtained that the optimum precipitate by the addition of NaCl with concentrations 300 g/L and the use of sodium bicarbonate as a pH regulator gave 30.05% yield. The addition of NaCl with concentrations above 300 g/L gave results which were not much different. Tannin dyes from wastewater of gambier treatment were in the form of brown colour flour.ABSTRAKAir limbah industri pengolahan gambir yang mengandung senyawa tanin saat ini belum dimanfaatkan secara optimum. Limbah cair ini dapat digunakan sebagai sumber warna alami atau tanin, namun tidak tahan dalam penyimpanan karena sering ditumbuhi jamur, sehingga dalam bentuk padatan/tepung tanin akan lebih menguntungkan. Untuk mendapatkan endapan tanin dilakukan penelitian pengaruh penambahan bahan pengendap terhadap pembentukan tanin dari limbah proses pengolahan gambir. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rendemen tanin yang optimal melalui proses pengendapan. Bahan pengendap yang digunakan adalah   garam NaCl  teknis,  garam dapur, sedangkan untuk pengatur pH digunakan  natrium bikarbonat dan larutan jenuh air kapur. Tahap pengendapan pH larutan diatur dengan menambahkan  NaHCO3 atau air kapur jenuh sedemikian rupa sampai pH 8.   Penambahan  garam NaCl atau garam dapur pada bahan tersebut di atas dengan konsentrasi antara 50 g/L, 100 g/L,  150 g/L, 200 g/L, 250 g/L, 300 g/L, 350g/L, 400 g/L pada 200 ml limbah cair pengolahan gambir. Dari hasil penelitian diperoleh endapan yang optimal adalah  dengan penambahan NaCl   teknis dengan konsentrasi 300 g/L dengan menggunakan pengatur pH natrium bikarbonat dengan rendemen sebesar 30,05 %. Penambahan NaCl dengan konsentrasi diatas 300 g/L memberikan hasil yang tidak jauh berbeda.  Zat warna tanin dari limbah cair pengolahan gambir berupa  tepung soga berwarna cokelat.
Pengaruh Komposisi Arang Sekam Padi dan Arang Kulit Biji Jarak Pagar Terhadap Mutu Briket Arang Nilma Yuliza; Novizar Nazir; Masrul Djalal
Jurnal Litbang Industri Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.846 KB) | DOI: 10.24960/jli.v3i1.617.21-30

Abstract

Briquette is a fuel derived from biomass. Biomass used in this study were rice husks and Jatropha seed husks. Adhesives are materials which are used to provide adhesion to the briquettes.  Adhesives used was 5% of the weight of charcoal.  Briquettes are made from jatropha seed husks is higher in density and compressing strength,  but lower in the water content, carbon and calorific value. While briquettes made from rice husk has a high calorific value and flammable, but lower in density and compressing strength. The purpose of this study to determine the effect of different composition levels of rice husk and jatropha seeds husks to  briquettes quality according to  Indonesian National Standard SNI 01-6235-2000 for  briquettes. The design used was Completely Randomized Design (RCD), with 4 treatments and 3 replications. In this study, the composition of jatropha seeds husks and  rice husk were as follow: 30%: 70%;  25%: 75%; 20%: 80%;  and 15%: 85%.  Each product was then analyzed chemically and physically. Data were analyzed using the F test followed by a test of Duncan's New Multiple Range Test (DNMRT) on the significant level of 5%. The results of this study indicated that the composition of the material for briquettes were  significantly  effect on moisture content, ash content, heating value,  volatile matter, fixed carbon, density and compressive strength as well as the combustion rate.  The average value of ash content, heating value quality, volatile matter and the density of the wood yet meet the SNI 01-6235-2000 for briquette.  While the average value of moisture content, fixed carbon, compressing strength meet SNI 01-6235-2000 standard for briquettes. The results showed that the best briquette was the composition treatment of 30%: 70% (30% of jatropha seed husks: 70% of rice husks) with a calorific value of 3906.27 cal/g.ABSTRAKBriket arang merupakan bahan bakar yang berasal dari biomassa. Biomassa yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekam padi dan kulit biji jarak pagar dengan pemakaian perekat 5% dari berat arang. Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket yang dapat digunakan untuk keperluan energi sehari-hari. Briket yang terbuat dari kulit biji jarak pagar lebih tinggi di dalam kerapatan dan keteguhan tekan, tetapi lebih rendah di dalam kadar air, karbon terikat dan nilai kalor. Sedangkan briket yang terbuat dari sekam padi memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dan mudah terbakar, tetapi lebih rendah di dalam kerapatan dan keteguhan tekan.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan tingkat perbandingan komposisi arang sekam padi dengan arang kulit biji jarak pagar terhadap mutu briket arang yang dihasilkan dan mendapatkan komposisi terbaik dalam pembuatan briket arang berdasarkan SNI 01/6235/2000 briket arang kayu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan,  dengan perlakuan tingkat perbandingan komposisi arang kulit biji jarak pagar dengan arang sekam padi sebanyak 30%:70%, 25%:75%, 20%:80%, dan 15%:85%. Masing-masing produk tersebut kemudian dilakukan analisa kimia dan fisik. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji F kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi bahan pembuat briket arang memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, kadar abu, kualitas nilai kalor, volatile matter, fixed carbon, kerapatan dan kekuatan tekan serta laju pembakaran. Rata-rata nilai kadar abu, kualitas nilai kalor, volatile matter dan kerapatan belum memenuhi SNI 01-6235-2000 briket arang kayu. Sedangkan rata-rata nilai kadar air, fixed carbon, kekuatan tekan memenuhi SNI 01-6235-2000 briket arang kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket arang yang terbaik adalah pada perlakuan 30%:70% dengan nilai kalor 3906,27 kal/gram.
Rekayasa Glukosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Fermentasi Dengan Saccharomyces cerevisiae Menjadi Bioetanol Nasruddin Nasruddin
Jurnal Litbang Industri Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1060.792 KB) | DOI: 10.24960/jli.v3i1.622.1-10

Abstract

This research aims to study the performance of Saccharomyces cerevisiae in glucose engineering into bioethanol. Glucose comes from palm oil empty fruit bunches that had been pretreated by delignification and fermentation. Glucose solution result from hydrolysis for each treatment of 500 ml was fermented with Saccharomyces cerevisiae (2, 4, 6 and 8) g, fermentation time (4, 6, 8 and 10) days. Result of fermentation was distilled at 75°C ± 5°C for 60 minutes. Bioethanol produced were tested including: specific gravity by using picnometer and acidity was tested by volumetric methods. The analysis showed that the best bioethanol produced in this experiment, followed by laboratory tests obtained from the interaction between treatments for time of hydrolysis by Aspergillus niger for 6 days, with 4 grams of Saccharomyces cerevisiae fermentation for 6 days. Based on the test results of bioethanol obtained density 0.9873 g/cm3, percentage of bioethanol 9.2889% (v/v) and acid number value 1.820 mg/L.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajarai kinerja Saccharomyces cerevisiae  merekayasa glukosa menjadi bioetanol. Glukosa berasal dari tandan kosong kelapa sawit yang telah dilakukan pretreatment dengan cara delignifikasi dan fermentasi. Larutan glukosa hasil hidrolisis untuk masing-masing perlakuan sebanyak 500 mL difermentasi dengan S. cerevisiae (2; 4; 6 dan 8) g, waktu fermentasi (4; 6; 8 dan 10) hari. Hasil fermentasi didestilasi pada suhu 75oC ± 5oC selama 60 menit. Bioetanol yang dihasilkan diuji yang meliputi : berat jenis dengan mengunakan piknometer dan keasaman diuji dengan metode volumetri. Hasil analisis menunjukkan bioetanol yang terbaik berdasarkan hasil percobaan yang dilanjutkan dengan uji laboratorium didapatkan dari interaksi antar perlakuan untuk waktu hidrolisis dengan Aspergilus niger selama 6 hari, fermentasi dengan 4 gram Saccharomyces cerevisiae selama 6 hari. Berdasarkan hasil uji bioetanol untuk berat jenis 0,9873 g/cm3, persentase bioetanol 9,2889% (v/v) dan nilai bilangan asam 1,820 mg/l.
Pengaruh Natrium Metabisulfit dan Proses Mekanik Terhadap Kualitas Talas Blok Wilsa Hermianti; Firdausni Firdausni
Jurnal Litbang Industri Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.028 KB) | DOI: 10.24960/jli.v3i1.618.31-38

Abstract

Kimpul Taro (Xanthosoma sagittifolium) contains high starch as non-rice carbohydrate source. Taro have itching  and  mucu caused by Calcium oxalate content. Its shelf life only 1- 2 weeks therefore, without treatment processing it would be difficult in transportation. There is absence  literature on taro block production. The research was done to decrease itching taste and mucus, simply in transportation and distribution,  so to lenghten of shelf life with processing treatments are soaking in 1% sodium chloride, soaking in 0,1% sodium metabisulphite, and its combination, and comparising processing of block taro between manual and mechanical press. The analysis was done on several parameters that influence to quality and shelf life of taro block such as water content, level of ash, starch, calcium oxalate, protein and sulphite residue, and organoleptic test by panelist. The result of research showed that soaking in solution of 0.1% sodium metabisulphite for 20 hours gave optimum result with content of calcium oxalate was 0.13%, residue of suphite was 1.39 mg/kg, level of ash 1.12%, 73,37% starch, protein 3.4%, and organoleptic test of colour and smell value of block taro were preferred by panelists and storage time for 8 months still in good condition. The making of  taro block with press mechanic systems had calcium oxalate content 0.065%, yield 21.38%, residue of sulphite 1.39 mg/kg, was able to decrease drying times for 7 hours with drying oven at 40 degC.ABSTRAKTalas kimpul (Xanthosoma sagittifolium) mengandung karbohidrat berupa pati yang cukup tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai bahan pangan karbohidrat non beras. Talas menimbulkan rasa gatal dan berlendir yang disebabkan oleh kandungan kalsium oksalat. Umur simpan talas hanya 1-2 minggu. Oleh karena itu tanpa proses pengolahan akan menyulitkan dalam penyimpanan dan transportasi. Talas blok belum diproduksi, dan belum ada literatur yang menyatakan teknologi proses dan pengolahannya. Penelitian ini dilakukan  untuk mengurangi rasa gatal dan lendir, memudahkan dalam transportasi dan distribusi, serta untuk memperpanjang umur simpan dengan perlakuan perendaman dalam larutan garam 1%, larutan natrium metabisulfit 0,1%  dan kombinasi perendaman larutan garam 1% dengan  natrium metabisulfit 0,1%, kemudian membandingkan proses pembuatan talas blok secara manual dan mekanik. Analisis dilakukan terhadap kadar air, kadar abu, kadar pati, kalsium oksalat, protein dan sulfit tersisa serta uji organoleptik oleh panelis.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman dalam larutan natrium metabisulfit selama 20 jam memberikan hasil yang optimum dengan   kadar kalsium oksalat 0,13%, sulfit tersisa 1,39 mg/kg, kadar abu 1,12%, kadar pati 73,37%, protein 3,4%, dan hasil uji organoleptik nilai warna dan aroma talas blok disukai panelis serta masa simpan 8 bulan masih dalam keadaan baik. Pembuatan talas blok dengan sistim mekanik menghasilkan kandungan kalsium oksalat 0,065%, rendemen 21,38%, sulfit tersisa 1,39 mg/kg, mampu menghemat waktu pengeringan selama 7 jam dengan oven suhu 40oC.
Karakteristik Es Krim Bengkuang Dengan Menggunakan Beberapa Jenis Susu Failisnur Failisnur
Jurnal Litbang Industri Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (888.533 KB) | DOI: 10.24960/jli.v3i1.623.11-20

Abstract

Ice cream is a frozen dairy solid product with the addition of other materials that are made through the process of freezing and agitation. The principle of its making to form a cavity of air in the mixture of ice cream ingredients to produce a volume that made the development of the ice cream into a lighter, less dense and has a soft texture. The purposed of the research to see influence the use of a variety of milk to the physical properties, chemical properties and organoleptic to the bengkoang ice cream produced. Research carried out by treatment type of milk used that were fullcream milk, sweetened condensed milk, soy milk powder, green bean powder, and soy milk liquid. The ice cream produced was tested the physics of overrun and melting speed, chemical analysis of protein content, fat and organoleptic of taste and texture. Research results showed that the best treatment was the use of soy milk powder where the value of overrun 37.2%, melting speed 10.1 minutes, protein content 6.9%, fat 13.08%, and organoleptic of  taste and texture was preferred.ABSTRAKEs krim merupakan produk olahan susu beku berbentuk padat dengan penambahan  bahan lain yang dibuat melalui proses pembekuan dan agitasi.  Prinsip pembuatan es krim adalah membentuk suatu rongga udara pada campuran bahan-bahan es krim sehingga dihasilkan pengembangan volume yang membuat es krim menjadi lebih ringan, tidak terlalu padat dan mempunyai tekstur yang lembut. Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh dari penggunaan beberapa jenis susu terhadap sifat fisik, kimia dan organoleptik es krim bengkuang yang dihasilkan.  Penelitian dilakukan dengan perlakuan  penggunaan susu fullcream, susu kental manis, susu kedelai bubuk, kacang hijau bubuk, dan susu kedelai cair.  Es krim yang dihasilkan dilakukan uji fisika overrun dan kecepatan meleleh, analisis kimia kadar protein, lemak dan uji organoleptik rasa dan tekstur. Hasil penelitan menunjukkan bahwa penggunaan susu kedelai bubuk menghasilkan nilai overrun dan kecepatan meleleh yang baik yaitu 37,2% dan 10,1 menit, kandungan protein dan lemak yang cukup tinggi yaitu 6,9% dan 13,08%, serta organoleptik rasa dan tekstur yang disukai.
Biodegradabilitas Polikarboksilat Dari Asam Alginat dan Tapioka Isananto Winursito
Jurnal Litbang Industri Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.924 KB) | DOI: 10.24960/jli.v3i1.619.39-47

Abstract

Abundantly occurring carbohydrates in nature can be used to obtain functional and biodegradable polycarboxylate for its application in various industrial fields. Partially-dicarboxylated of carbohydrate in alginic acid and tapioca with dicarboxylation degree from 13 to 78 mol% were prepared. The biodegradability of dicarboxylated alginic acid and tapioca, evaluated by biochemical oxygen demand (BOD), depended on dicarboxylation degree. Dicarboxylated alginic acid and tapioca containing high remaining glucopyranose groups showed excellent biodegradation, though dicarboxylated alginic acid with the dicarboxylation degree of 56 mol% was no longer biodegradable. However, dicarboxylated tapioca was still biodegrade up to the dicarboxylation degree of 74 mol%.ABSTRAK Karbohidrat yang terdapat secara melimpah di alam dapat digunakan untuk membuat polikarboksilat fungsional dan biodegradabel yang dapat dipakai di berbagai bidang industri. Dikarboksilasi-sebagian telah dilakukan terhadap karbohidrat dalam asam alginat dan tapioka, menghasilkan polimer terdikarboksilasi dengan derajat dikarboksilasi 13-78 mol%. Biodegradabilitas asam alginat dan tapioka terdikarboksilasi, dihitung berdasarkan kebutuhan oksigen untuk aktivitas biokimia (BOD), tergantung pada derajat dikarboksilasi. Asam alginat dan tapioka terdikarboksilasi dengan sisa gugus glukopiranosa yang tinggi dapat terdegradasi dengan baik. Asam alginat terdikarboksilasi pada derajat dikarboksilasi 56 mol% sudah tidak mengalami biodegradasi lagi, namun tapioka terdikarboksilasi masih dapat mengalami biodegradasi sampai derajat dikarboksilasi 74 mol%.
Pengaruh Penambahan Gula dan Karagenan Terhadap Mutu Jelly Mentimun Kamsina Kamsina; Inda Three Anova
Jurnal Litbang Industri Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.829 KB) | DOI: 10.24960/jli.v3i1.620.49-57

Abstract

Jelly is a semi-solid form of snacks made from fruit juice which is cooked with sugar. Vegetables and fruits Jelly are a drink that is made from natural ingredients such as cucumber jelly maker given additional flour as a thickener, cane sugar as a sweetener, salt and citric acid. Cucumber jelly contains elements of nutritional and functional, efficacious for preventing high blood pressure, digestive cleanse, rejuvenate the skin and others. The purpose of this study to provide an alternative of cucumber processing became cucumber jelly and to increase the added value and shelf life of cucumbers processed products. Research design used a completely randomized design (CRD) in factorial used to see the effect of adding sugar 40%, and 30% as well as the addition of carrageenan treatment variations 1% and 0.75%. The results showed that the addition of sugar 30% and 1% carrageenan gave jelly yield of cucumber preferred organoleptic taste, aroma, color and texture was favored on the organoleptic, whereas treatment of sugar concentration 40% and 1% carrageenan gave the highest results for sugar 22.99%, 44.99% moisture content, ash content 0.99%. All treatments showed no contamination of Cu, Sn, As and Pb, for microbial contamination such as Fungus / Yeast and Total Plate Count undetectable (<10 colonies / g) as well as Coliform bacteria <2 APM / g as well as shelflife for 3 months at storage temperature conditions 5 - 10 degC.ABSTRAKJelly adalah sejenis makanan ringan berbentuk semi padat yang terbuat dari sari buah-buahan yang dimasak dengan gula. Jelly sayuran adalah minuman  yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti mentimun yang diberi tambahan tepung pembuat jelly sebagai pengental, gula tebu  sebagai pemanis, garam dan asam sitrat. Jelly mentimun mengandung unsur nutrisi dan bersifat fungsional, berkhasiat untuk mencegah darah tinggi, membersihkan pencernaan, meremajakan kulit dan lain-lain. Penelitiani ini bertujuan untuk memberikan alternatif pengolahan mentimun menjadi jelly mentimun dan dapat meningkatkan nilai tambah serta  daya simpan dari produk olahan mentimun Rancangan penelitian menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL)  secara faktorial digunakan untuk melihat pengaruh penambahan gula 40%, dan 30% serta variasi perlakuan penambahan karagenan 1% dan 0,75%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan gula 30% dan karagenan 1% memberikan hasil jelly mentimun yang lebih disukai dari uji organoleptik rasa, aroma, warna dan cukup disukai dari organoleptik tekstur, sedangkan perlakuan kosentrasi gula 40% dan karagenan 1% memberikan hasil yang tertinggi untuk kadar gula 22,99%, kadar air 44,99%, kadar abu 0,99%. Semua perlakuan menunjukkan tidak adanya cemaran logam Cu, Sn, As dan Pb, untuk cemaran mikroba seperti Kapang/Khamir dan Angka Lempeng Total tidak terdeteksi (<10 koloni/g) serta bakteri Koliform <2 APM/g serta memiliki ketahanan simpan selama 3 bulan penyimpanan pada kondisi suhu 5 - 100C.

Page 1 of 1 | Total Record : 7