cover
Contact Name
Dedi Wahyudi
Contact Email
akademikametro@gmail.com
Phone
+6282324480562
Journal Mail Official
akademikametro@gmail.com
Editorial Address
Institut Agama Islam Negeri Metro Lampung
Location
Kota metro,
Lampung
INDONESIA
Akademika : Jurnal Pemikiran Islam
ISSN : 1693069X     EISSN : 23562420     DOI : https://doi.org/10.32332/akademika
Akademika provides a means for sustained discussion of relevant issues that fall within the focus and scopes of the journal which can be examined empirically. Akademika welcome papers from academicians on theories, philosophy, conceptual paradigms, academic research, as well as religion practices
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 23 No 2 (2018): Islam, Kenegaraan, dan Kebangsaan" : 7 Documents clear
PEPPUNG SEBAGAI MEKANISME DEMOKRASI LOKAL PADA MASYARAKAT MEGOU PA’ TULANG BAWANG Abu Tholib Khalik
Akademika : Jurnal Pemikiran Islam Vol 23 No 2 (2018): Islam, Kenegaraan, dan Kebangsaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.131 KB)

Abstract

Abstract The author conducts research on the content of customary law or traditions that have been in force for centuries ago which are still firmly used as guidelines for living together for members of the indigenous Migou Pa 'Tulangbawang Lampung community. what is the background of the tradition so that for so long it can survive as if it was not deterred by the current wave of rapid social change. Then how is the technical consultation in the direction of consensus on the traditional tradition of the Megou Pa 'Tulangbawang indigenous community. The author uses descriptive qualitative research type. As for primary data sources from the results of interviews with free guided interview methods and secondary data sources, namely books that support research. The results of the author's research are in the traditional Peppung style of the Megou Pa Indigenous people, indeed it applies the one man one vote system, but even the voice of one person from a number of Peppung participants or a trial to hear a case must be able to accept something to make a decision. close to customary law. If it concerns common business interests, the majority of votes are often the benchmark in making decisions, but it is not impossible that the voice of one person by the majority of the voting or counseling participants is considered more appropriate, logical or in accordance with tradition or law. custom then it can be used as the basis of the decision. In Peppung or counseling even though the problem is so complicated but there has never been a vote to make a decision or deliberation, because the basis of consideration is customary law, tradition or something considered rational rational. Keywords: Peppung, Lampung Tradition, and Megou Pa custom Abstrak Penulis melakukan penelitian terhadap kandungan hukum adat ataupun tradisi yang telah berlaku sejak berabad–abad yang lalu ini yang tetap masih kokoh dijadikan pedoman hidup bersama bagi para anggota masyarakat adat Migou Pa’ Tulangbawang Lampung. apa yang melatar belakangi tradisi itu sehingga sampai sekian lama dapat bertahan seolah–olah tak tergoyahkan oleh gelombang perubahan sosial yang demikian pesatnya saat ini. Kemudian bagaimana tehnis musyawarah dalam menuju mufakat pada tradisi permusyawaratan masyarakat adat Megou Pa’ Tulangbawang. Penulis menggunakan Jenis Penelitian Kualitatif deskriptif.Adapun sumber data primer dari hasil wawancara dengan metode wawancara bebas terpimpin dan sumber data sekunder yaitu buku-buku yang menunjang penelitian. Hasil Penelitian Penulis adalah Dalam Peppung Adat ala masyarakat Adat Megou Pa’, memang memberlakukan sistim one man one vote, namun suara satu orang sekalipun dari sejumlah peserta peppung ataupun sidang untuk mengadili suatu perkara tetap harus dapat menerima sesuatu untuk di jadikan keputusan adalah pendapat yang paling dekat dengan hukum adat.Jika hal itu menyangkut kepentingan usaha bersama suara terbanyak memang sering menjadi patokan dalam mengambil keputusan, hanya saja tiddak mustahil terjadi bahwa suara satu orang yang oleh mayoritas peserta peppung atau berembuk itu dipandang lebih tepat, logis ataupun sesuai dengan tradisi atau hukum adat maka itu dapat dijadikan dasar keputusan. Dalam peppung atau berembuk sekalipun masalahnya demikian pelik namun tidak pernah terjadi voting untuk mengambil keputusan peppung atau berembuk itu, karena yang menjadi dasar pertimbangan adalah hukum adat, tradisi ataupun sesuatu yang dianggap logis rasional. Kata Kunci : Peppung, adat lampung, dan Adat Megou Pa’
PENDEKATAN SUFISTIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM BERWAWASAN PERDAMAIAN A Gani
Akademika : Jurnal Pemikiran Islam Vol 23 No 2 (2018): Islam, Kenegaraan, dan Kebangsaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.602 KB)

Abstract

Abstract Conflict becomes part of contemporary phenomena that embraces all dimensions of human life, starting from the level of individuals, society, to relations between countries. Conflict in all of its variety, both economic, political conflicts, even conflicts between civilizations, cannot be separated from the "on-name" religion. Islam which teaches love and peace is distorted into Islam that teaches conflict. Islamic education in a broad context is responsible for the formation of logical thinking of humans who like to spread terror and conflict. This paper examines how the Sufism approach in Islamic education plays its part as the Islamic tradition that teaches Islam in the form of love and spreads Peaceful Islam and has A peace of mind with research Library research that uses qualitative descriptive analysis techniques with the results of research that is mystical approach in Islamic education fundamental alternatives in order to reduce conflict and bring peace. Keywords: Education, Islam, Peace, and Sufism. Abstrak Konfik menjadi bagian dari fenomena kontemporer yang melanda seluruh dimensi kehidupan manusia, mulai dari tingkat individu, masyarakat, sampai hubungan antar negara. Konflik dalam ragam rupanya, baik konflik ekonomi, politik, bahkan konflik antar peradaban, tidak bisa dilepaskan dari “atas-nama” agama. Islam yang mengajarkan cinta kasih dan perdamaian didistorsi menjadi Islam yang mengajarkan konflik. Pendidikan Islam dalam konteks yang luas bertanggungjawab atas terbentuknya nalar berpikir manusia yang suka menebar teror dan konflik. Tulisan ini mengkaji tentang bagaimana pendekatan sufisme dalam pendidikan islam menjadi bagian dari tradisi Islam yang mengajarkan Islam dalam rupa cinta kasih dan menebarkan Islam Damai dan berwawasan perdamaian dengan jenis penelitian Library research yang menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan hasil penelitian yaitu pendekatan sufistik dalam pendidikan Islam adalah alternatif fundamental dalam rangka mengurangi konflik dan mewujudkan perdamaian bangsa. Salah satu teladan prakteknya dapat dilihat dari ulama-ulama Nusantara. Kata Kunci: Pendidikan, Islam, Perdamaian, and Sufisme.
REPRESENTASI KHILAFAH DALAM PEMERINTAHAN REPUBLIK SPIRITUAL Nurkhalis Nurkhalis
Akademika : Jurnal Pemikiran Islam Vol 23 No 2 (2018): Islam, Kenegaraan, dan Kebangsaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.854 KB)

Abstract

Abstract Khilafah cut off after the Ottoman Caliphate so that is no longer found of the Islamic government in the modern era. Then al-Afghani and M. Abduh reappeared the khilafah to the expression of wahdat al-Islamiyah which idea’s Rashid Ridha turned to a new term into Pan Islamism. This study is a literature study (library research) where the source data obtained from books of khilafah and Islamic government thinkers. Data were analyzed using critical interpretation analysis methods from Khomeini and al-Juwaini's thoughts including data reduction, data exposure, and conclusion. Based on the accumulation of theory among others Al-Mawdudi made it possible to divert Islamic rule to democracy. Hasan al-Banna socialized the return system of the khilafah. Ibn Khaldun hinted that the breaking of the Caliphate signifies that every state has a final period of government so that the caliphate system will not be permanent until the state fell in the territorial nations. Iqbal criticizes Islam not nationalism and even imperialism but the commonwealth nations without racial and demarcation. Al-Shatibi maintains the spirit of the maqashid shari'ah in the Islamic government. Imam Khomeini switched to the wilayat al-faqih. Ibn Taymiyya states that the complexity of establishing the Islamic Government is as complex as determining Islamic scholars. Al-Juwaini offers a solution to the concept of ghiyatsi namely the government that emphasizes the shari'ah that continues to be discussed in searching for the best format. The modern era is certainly running the Islamic Government only through the government of the spiritual republic by not lifting ahlu zimmah (non Muslim), ahlu kitab, munafiq (hipocrit), zindiq (orientalist), dayyus, musyrik (idolatry), dahriyyun (atheis), ashab'ah (naturalist) become government leaders. Preferred leaders who have be ahl muruwwah (authority) ie people who have previous life records in a measurable and open goodness in the public space for executive, legislative and judicial candidates performed fit and proper test by people who have the same religious knowledge with the fuqaha. Keywords: Khilafah, Islam, Government, and Spiritual Republic Abstrak Khilafah terputus pasca Khalifah Utsmaniyah sehingga hampir tidak ditemukan lagi bentuk Pemerintahan Islam di era modern. Kemudian al-Afghani dan M. Abduh merekonstruksi khilafah kepada Wahdat al-Islamiyah yang kemudian Rashid Ridha mengalihkan ke istilah baru menjadi Pan Islamisme. Kajian ini dilakukan melalui studi kepustakaan di mana sumber datanya diperoleh dari buku dan kitab dari pemikir khilafah dan pemerintahan Islam. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis interpretasi kritis dari pemikiran Khomeini dan al-Juwaini meliputi reduksi data, pemaparan data dan penarikan kesimpulan. Akumulasi teori pemerintahan Islam dari beberapa intelektual Islam diantaranya Al-Maududi memungkinkan pergeseran pemerintahan Islam ke demokrasi. Hasan al-Banna mengajak mensosialisasikan pengembalian sistem khilafah. Ibnu Khaldun mengisyaratkan terputusnya khilafah menandakan setiap negara memiliki masa akhir pemerintahan menyebabkan sistem khilafah tidak akan permanen hingga terbentuk negara dalam territorial bangsa-bangsa. Iqbal mengkritisi Islam bukan nasionalisme bahkan imperialisme melainkan bangsa-bangsa persemakmuran tanpa rasial dan demarkasi. Al-Shatibi mempertahankan adanya ruh maqashid syari‘ah dalam pemerintahan Islam. Imam Khomeini beralih berpedoman kepada wilayah al-faqih. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa dharurat mendirikan Pemerintahan Islam sebagaimana dharurat menentukan ahli Islam. Al-Juwaini menawarkan solusi kepada konsep ghiyatsi yakni pemerintahan yang mementingkan syari‘at yang terus didiskusikan dalam mencari format yang terbaik. Era modern kepastian menjalankan Pemerintahan Islam hanya melalui pemerintahan republik spiritual dengan tidak menjadikan ahlu zimmah (non muslim), ahlu kitab, munafiq, musyrik, dahriyyun (atheis), ashab’ah (naturalis) menjadi pemimpin pemerintahan. Pemimpin diutamakan yang mempunyai ahl muruwwah (kewibawaan) yakni orang yang memiliki catatan hidup sebelumnya dalam kebaikan yang terukur dan terbuka di ruang publik bagi kandidat eksekutif, legislatif dan yudikatif dilakukan fit and proper test oleh orang yang memiliki religius yang sama ilmunya dengan fuqaha. Kata Kunci: Khilafah, Islam, Pemerintahan, dan Republik Spiritual
MANAJEMEN SEKOLAH ISLAM TERPADU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA YANG PANCASILAIS DI SDIT MUHAMMADIYAH GUNUNG TERANG DAN SDIT PERMATA BUNDA III SUKABUMI BANDAR LAMPUNG Riyuzen Praja Tuala
Akademika : Jurnal Pemikiran Islam Vol 23 No 2 (2018): Islam, Kenegaraan, dan Kebangsaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.169 KB)

Abstract

Abstract This study aims to determine the development of quality management-based teaching staff at SDIT Muhammadiyah Gunung Terang and SDIT Permata Bunda III Sukabumi Bandar Lampung. The focus of the problem in this study was on the management aspects of teacher quality coaching. This study used a qualitative approach with a case study design. Data is collected through: 1. Interviews with Principals, Foundation Managers and Teachers. 2. Data is also collected by examining and collecting relevant documents. 3. Make direct observations in both schools. To test the validity of the data used credibility, transferability, dependability, and confirmation. The collected data were analyzed by data analysis techniques including: data reduction (data reduction), presentation of data (display), verification / conclusion (conclusionsdrowing / verifiying). The results of the study showed that the two schools had implemented a modern teacher development pattern through the implementation of three-step management, namely planning, implementation and evaluation. The orientation of teacher development is directed at two main things, namely the achievement of high academic competencies (pedagogic, social, personal and professional), spiritual competencies that are "uswatun hasanah" and istiqomah based on Islamic teachings: Al-Qur'an and Al-Hadist and students' character become the successor of the nation's Pancasilais. Keywords: Management, Integrated Islamic school, and Pancasilais. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembinaan mutu tenaga pendidik berbasis manajemen di SDIT Muhammadiyah Gunung Terang dan SDIT Permata Bunda III Sukabumi Bandar Lampung. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah pada aspek manajemen pembinaan mutu guru.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Data dikumpulkan melalui : 1. Wawancara dengan Kepala Sekolah, Pengurus Yayasan dan Guru. 2. Data juga dikumpulkan dengan memeriksa dan mengumpulkan dokumen yang relevan. 3. Melakukan observasi langsung di kedua sekolah. Untuk menguji keabsahan data digunakanujicredibility, transferability, dependability, danconfirmability. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis data meliputi : reduksi data (data reduction), penyajian data (display), verifikasidata atau penarikan kesimpulan (conclusionsdrowing atau verifiying). Hasil penelitian menunjukkan kedua sekolah sama-sama telah menerapkan pola pembinaan guru yang moderen melalui implementasi tiga langkah manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Orientasi pembinaan guru diarahkan pada dua hal utama yaitu pencapaian kompetensi akademik yang tinggi (paedagogik, sosial, kepribadian dan profesional), kompetensi spiritual yang “uswatun hasanah” dan istiqamah berlandaskan ajaran Islam: Al-Qur’an dan Al-Hadist dan karakter anak didik menjadi penerus bangsa yang pancasilais. Kata Kunci: Manajemen, Sekolah Islam Terpadu, dan Pancasilais.
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN CINTA TANAH AIR NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI Rahmat Gunawan; Suyitno Suyitno; Slamet Supriyadi
Akademika : Jurnal Pemikiran Islam Vol 23 No 2 (2018): Islam, Kenegaraan, dan Kebangsaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.07 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan nilai-nilai pendidikan karakter religius dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi. Novel Rantau 1 Muara ini merupakan novel yang secara jelas mengisahkan tentang sebuah nilai perjuangan, kegigihan, ketaatan terhadap Tuhan serta pandangan hidup yang bertujuan untuk mencapai suatu kesuksesan dengan sebuah mantera man saara ala darbi washala, yaitu siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ke tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifkualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi pada tahun 2013 dengan jumlah 395 halaman. Data dalam penelitian ini mencakup tentang satuan cerita dalam dialog, paragraf, dan tabel yang menunjukan nilai pendidikan karakter religius. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak catat, dan studi pustaka. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis novel tersebut yaitu dengan menginterpretasikan berdasarkan teori yang ada, kemudian di deskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil analisis data, diketahui terdapat 17 frekuensi yang terbagi di dalamnya meliputi, wujud religius hubungan manusia dengan Tuhan diantaranya, beribadah, mengucap salam, berdoa, bersyukur dan mohon ampun. Wujud religius manusia dengan manusia diantaranya meminta perlindungan, berbakti kepada orang tua, keakraban, dan mendoakan orang lain. Selanjutnya wujud religius manusia dengan alam yaitu memuji keindahan alam.Sedangkan nilai pendidikan karakter cinta tanah air terdapat 3 frekuensi meliputi wujud nilai cinta tanah air hubungannya dengan diri sendiri yaitu rasa nasionalis dan rasa toleransi antara umat beragama.
PEMIKIRAN KEBANGSAAN K.H. ACHMAD SIDDIQ DAN IMPLIKASINYA DALAM MEMANTAPKAN IDIOLOGI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DI INDONESIA Syamsun Ni’am; Anin Nurhayati
Akademika : Jurnal Pemikiran Islam Vol 23 No 2 (2018): Islam, Kenegaraan, dan Kebangsaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.687 KB)

Abstract

Abstract This article addresses an interesting phenomenon of this recent decade in the national journey of Indonesia, where there are some people or certain groups who want to distort or even question Pancasila as the common platform and Indonesian ideology. It is very urgent to examine the thoughts of the charismatic figure of Indonesia, K.H. Achmad Siddiq who has an idea about the relationship among religion, the State, more specifically about the position of Pancasila, and Islam or vice versa, particularly when Indonesia is faced with the movements of the Pancasila de-ideologization which recently comes up to the surface. The most interesting idea of ​​K.H. Acmad Siddiq is "Pancasila as the national ideology of Indonesian is final, no need to be questioned again, and is not against Islam, even it can go along and fill each other". Kyai Siddiq's view then brings fundamental implications in stabilizing Pancasila as a foundation of the social life, nation and state. This thought is then regarded as the genuine thought of a pesantren scholar. Keywords: Nationality, Islam, Pancasila, and K.H. Achmad Siddiq. Abstrak Artikel ini ditulis karena adanya fenomena menarik pada dekade mutakhir ini dalam perjalan kebangsaan di Indonesia, di mana ada sebagian orang atau kelompok tertentu yang ingin mendistorsi bahkan mempersoalkan Pancasila sebagai common platform dan idiologi bangsa Indonesia. Sangat urgent mengkaji pemikiran sosok ulama kharismatik Indonesia, K.H. Achmad Siddiq yang memiliki gagasan menyangkut hubungan agama dan Negara —lebih khusus tentang kedudukan Pancasila dan Islam atau sebaliknya, di saat Indonesia dihadapkan pada gerakan/upaya de-ideologisasi Pancasila yang akhir-akhir ini muncul ke permukaan. Gagasan paling menarik dari K.H. Acmad Siddiq adalah “Pancasila sebagai idiologi bangsa Indonesia sudah final, tidak perlu diotak-atik lagi, dan tidak bertentangan dengan Islam, bahkan dapat berjalan bersama dan saling mengisi”. Pandangan Kyai Siddiq ini kemudian membawa implikasi mendasar dalam memantapkan Pancasila sebagai landasan dalam perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pemikiran inilah yang kemudian dianggap sebagai pemikiran genuin dari seorang ulama pesantren K.H. Acmad Siddiq. Kata Kunci: Kebangsaan, Islam, Pancasila, dan K.H. Achmad Siddiq
PERSEPSI ULAMA BANGKA BELITUNG TENTANG TEORI KHILAFAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP UKLHWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH BASYARIYAH DALAM KEUTUHAN NKRI DI BANGKA BELITUNG Suparta Suparta
Akademika : Jurnal Pemikiran Islam Vol 23 No 2 (2018): Islam, Kenegaraan, dan Kebangsaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.312 KB)

Abstract

Abstract This study examines the perceptions of the Ulama ini Bangka Belitung about the concept of khilafah and its implications for Ukhwah Islmaiyah, Ukhuwah Basyariyah, and Ukhuwah Wathaniyah in the integrity of the Unity Republic of Indonesia in Bangka Belitung itself. As for the research method used in this study was field research. The results of the study show that the Bangka Belitung Ulema have the same majority perception of the establishment of the Islamic Khilafah, the Khilafah in Indonesia is still not enforceable because every ulama understands the Khilafah. This happened because the Ulama had no agreement and understanding about the Khilafah. The implications of the establishment of the Islamic Khilafah on Ukhwah Islmaiyah can lead to schismatic divisions among Muslims, the Implications of the Khilafah to Ukhuwah Basyariyah. where Indonesia has diverse tribes, races and religions. If the Khilafah is enforced upright it will become a horizontal conflict, namely the conflict between Muslims themselves and inter-religious conflict which makes the image of Muslims considered intolerant in the eyes of Indonesia and International. In addition, vertical conflict is the existence of conflict between Muslims who uphold the Khilafah with the Indonesian government and national figures and ulama who are Muslim who have not been Pro against the Caliphate. If this conflict occurs then what happens next is a split in the government and does not rule out the possibility of bloodshed. Finally, the implications for Ukhuwah Wathaniyah. In the slogan "Hubbul Wathan Minal Iman" (love of water or state is a part of Faith. This motto is one of the reasons the santri and Muslims strive for Indonesian independence from colonialism. Keywords: Caliphate, Ulama, and Bangka Belitung. Abstrak Penelitian ini mengkaji persepsi Ulama Bangka Belitung tentang konsep khilafah serta implikasinya terhadap Ukhwah Islmaiyah,Ukhuwah Basyariyah, dan Ukhuwah Wathaniyah dalam keutuhan NKRI di Bangka Belitung sendiri. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) yang berbentuk deskriptif kualitiatif. Adapun hasil penelitian adalah Ulama Bangka Belitung memiliki persepsi yang mayoritas sama terhadap penegakkan Khilafah Islamiyah yaitu khilafah di Indonesia masih belum bisa ditegakkan karena setiap ulama berbeda paham tentang khilafah. Hal ini terjadi disebabkan para ulama belum ada kesepakatan dan kesepahaman tentang khilafah. Implikasi penegakkan khilafah islamiyah terhadap ukhwah islmaiyah dapat menimbulkan perpecahan persaudaran di anatra kaum muslimin, Implikasi khilafah terhadap Ukhuwah Basyariyah. dimana Indonesia memiliki suku, ras dan agama yang beraneka ragam. Jika Khilafah dipaksakan tegak maka akan menjadi Konflik horizontal yaitu konflik antar umat islam sendiri dan konflik antar umat beragama yang menjadikan image umat Islam di anggap intoleran dimata Indonesia dan International. Selain itu, Konflik vertikal yakni adanya konflik antara umat Islam yang menegakkan khilafah dengan pemerintah Indonesia dan para tokoh nasional dan ulama yang beragama Islam yang belum Pro terhadap khilafah. Bila Konflik ini terjadi maka yang terjadi adalah perpecahan dalam pemerintahan dan tidak menutup kemungkinan terjadi pertumpahan darah. Terakhir implikasi terhadap ukhuwah wathaniyah. Dalam slogan “Hubbul Wathan Minal Iman” (cinta tanai air atau negara adalah sebagaian dari Iman. Semboyan ini menjadi salah satu alasan para santri dan umat Islam gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari Penjajahan. Kata Kunci: Khilafah, Ulama, dan Bangka belitung.

Page 1 of 1 | Total Record : 7