cover
Contact Name
Siti Nurul Rofiqo Irwan
Contact Email
rofiqoirwan@ugm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
vegetalika.faperta@ugm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Vegetalika
ISSN : 23024054     EISSN : 26227452     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Vegetalika ISSN (Cetak): 2302-4054 dan ISSN (Online): 2622-7452 adalah open access jurnal yang mempublikasikan artikel-artikel ilmiah berupa gagasan dan hasil penelitian. Topik publikasi berkaitan dengan disiplin ilmu Agronomi mencakup Manajemen dan Produksi Tanaman, Hortikultura, Ekologi Tanaman, Fisiologi Tanaman, Genetika dan Pemuliaan, Teknologi Benih, Bioteknologi Tanaman, dan Biostatistika.
Arjuna Subject : -
Articles 367 Documents
Analysis of Growth and Rice Yields (Oryza sativa L.) Conventional, Organic Transitional, and Organic Farming System Evan Mungara, Didik Indradewa, dan Rohlan Rogomulyo
Vegetalika Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.901 KB) | DOI: 10.22146/veg.3993

Abstract

ABSTRACTA healthy lifestyle has resulted in organic farming system. This study aimed to determine the effect of changes of conventional farming to organic farming system.This research conducted in farmers fields on Tirtosari Village, Sawangan, Magelang regency, Central Java, from December 2011 until April 2012 used menthik wangi susu rice variety. Research compiled in a Completely Randomized Design (CRD) consists of 5 treatments. they were conventional, 3 levels transitional to organic, and organic system. every treatment was repeated 4 times for a total of 20 experimental units. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and continued by DMRT test with 95% of significance level.The results showed that changes of conventional farming systems to transitional organic farming at first growing season reduced growth and grain yield. On the next planting season of organic transition had growth and grain yields as high as conventional system and the fully organic cropping system had higher than the conventional system. This result occured due to  the organically grown crops had fewer pests than conventional systems. Grain yield of conventional system was only 3,05 t / ha while the organic system was up to 4,86  t / ha. Keywords: conventional, organic transitional, organic, menthik wangi susu, growth, yield
Keragaman Warna Gabah dan Warna Beras Varietas Lokal Padi Beras Hitam (Oryza sativa L.) yang Dibudidayakan oleh Petani Kabupaten Sleman, Bantul, dan Magelang Imas Rita Sa’adah, Supriyanta, dan Subejo
Vegetalika Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.703 KB) | DOI: 10.22146/veg.3994

Abstract

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman warna gabah dan warna beras varietas lokal padi beras hitam yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Sleman, Bantul, dan Magelang. Lokasi penelitian di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2012. Bahan yang digunakan adalah 14 sampel gabah yang dibudidayakan petani Kabupaten Sleman, Bantul dan Magelang. Alat yang digunakan terdiri dari kamera dan Chroma Meter. Analisis dilakukan dengan menguantifikasikan warna gabah dan beras dengan chroma meter kemudian dimasukkan ke dalam kategori pada Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi, lalu dihitung koefisien keragamannya (KK). Hasil penelitian menunjukkan Terdapat dua macam warna gabah yaitu coklat dan kemerahan sampai ungu muda, dengan koefisien keragaman (KK) 11,06% dan terdapat tiga macam warna beras yaitu merah, ungu bervariasi, dan ungu, dengan koefisien keragaman (KK) sebesar 23,79%.Kata kunci : warna padi beras hitam, varietas lokal, Sleman, Bantul, Magelang
Evaluasi Daya Hasil Galur Harapan Tomat (Solanum lycopersicum L.) pada Musim Hujan dan Kemarau Isna Maulida, Erlina Ambarwati, Nasrullah, dan Rudi Hari Murti
Vegetalika Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.045 KB) | DOI: 10.22146/veg.3995

Abstract

INTISARIDaya hasil tiga galur harapan tomat hasil persilangan ‘Gadjah Mada 1’ x ‘Gondol Hijau’ dan dua galur harapan hasil persilangan ‘Gadjah mada 3’ x ‘ Gondol Putih’ dievaluasi bersama dengan tetua masing-masing dan dua varietas pembanding yaitu ‘Permata’ dan ‘Lokal Kaliurang’ di Ngipiksari, Hargobinangun, Pakem, Sleman pada musim hujan (Januari-Mei 2011) dan musim kemarau (Juli-November 2011). Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga blok sebagai ulangan. Masing-masing unit percobaan diambil 8 tanaman sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim kemarau adalah waktu tanam yang paling baik untuk tomat. Penampilan Semua karakter lebih baik pada musim kemarau kecuali untuk beberapa karakter pada varietas pembanding. Salah satunya bobot buah per butir ‘Lokal Kaliurang’ sama pada kedua musim. Galur- galur hasil persilangan memiliki bobot buah per tanaman dan per hektar yang setara dengan tetua dan pembanding. Galur A175/1/11/1/1/1/5 dan A65/6/1/4/2/4/2 memiliki fruit set dan jumlah buah per tanaman tinggi. A175/1/11/1/1/1/5 juga memiliki buah per tandan yang tinggi. Galur B78/1/9/3/1/3/1 memiliki buah per tandan yang tinggi. Ketiga galur tersebut dapat dijadikan galur harapan terpilih.Kata kunci : tomat, daya hasil, dua musim, galur harapan.
Pertumbuhan dan Hasil Kubis (Brassica oleraceae L.) dalam Sistem Tumpangsari dengan Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Mila Laras Setyowati, Endang Sulistyaningsih, Eka Tarwaca Susila Putra
Vegetalika Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.295 KB) | DOI: 10.22146/veg.3996

Abstract

 INTISARIPetani kubis di dataran tinggi sering mengalami gagal panen karena adanya faktor lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan hasil kubis, salah satunya adalah penyakit. Pada saat ini, penyakit utama pada kubis yang menyebabkan petani gagal panen adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae. Oleh karena itu, perlu dikaji sistem tanam tumpangsari kubis dengan tanaman lainnya agar petani tetap dapat memanen krop kubis.Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan serta hasil kubis yang ditumbuhkan dalam sistem tanam tumpangsari dengan bawang daun. Penelitian dilaksanakan di dataran tinggi yang berlokasi di Dusun Daru, Desa Pagergunung, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah pada bulan Agustus sampai November 2011. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal, dengan 3 blok sebagai ulangan. Perlakuan yang diuji adalah tumpangsari kubis dan bawang daun, monokulutur kubis dan monokultur bawang daun. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa variabel lingkungan, pertumbuhan dan hasil tanaman kubis serta bawang daun. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan uji-t.Hasil penelitian memberikan informasi bahwa tumpangsari kubis dengan bawang daun lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan monokulturnya karena tumpangsari tersebut menghasilkan land equivalent ratio (LER) sebesar 2,68. Pada satu hamparan lahan yang sama dapat dipanen dua komoditas yaitu kubis dan bawang daun.Kata kunci : bawang daun, kubis, monokultur, tumpangsari
Pengaruh Macam Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Wijen Hitam dan Wijen Putih (Sesamum indicum L.) Nurmasari Fitrisiana, Taryono, dan Tohari
Vegetalika Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.544 KB) | DOI: 10.22146/veg.3997

Abstract

INTISARISalah satu lahan marjinal yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia adalah lahan pantai. Banyak permasalahan yang terdapat pada tanah pasiran, baik secara fisika, kimia maupun biologi. Penambahan pupuk kandang diyakini dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, oleh karena itu, suatu kajian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang  sapi, kambing, dan ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman wijen putih dan hitam serta kandungan minyak biji yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan percobaan pot di lapangan Kebun Percobaan Tridarma Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada yang berlokasi di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta pada bulan Maret sampai Juli 2012. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL faktorial). Faktor pertama terdiri dari 5 macam pupuk yaitu tanpa pemupukan, pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing dan pupuk anorganik. Faktor kedua terdiri dari 2 macam kultivar wijen yaitu Wijen putih dan Wijen hitam. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam α = 5 %, dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) α = 5 % serta uji lanjut berkelompok α = 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan tinggi tanaman wijen kultivar wijen hitam, jumlah cabang, jumlah polong, berat kering umur 4 mst dan 14 mst, volume akar, kadar minyak, dan indeks panen jika dibandingkan penambahan pupuk anorganik. Kemudian berat biji per tanaman wijen putih dengan perlakuan pupuk kandang ayam 41,37 % lebih tinggi  dibandingkan perlakuan pupuk kandang kambing tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang sapi. Kadar minyak biji wijen putih pada penambahan pupuk kandang kambing 2,7 % lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan.Kata kunci : wijen, pupuk, kandungan minyak
Potensi Hasil dan Tanggapan Sembilan Klon Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) PGL Terhadap Variasi Curah Hujan di Kebun Bagian Pagilaran Ria Arum Yuliana, Didik Indradewa, dan Erlina Ambarwati
Vegetalika Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.204 KB) | DOI: 10.22146/veg.3998

Abstract

INTISARITeh merupakan tanaman yang peka terhadap variasi curah hujan. Masing-masing klon teh berkemungkinan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap curah hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi hasil sembilan klon teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) PGL dan tanggapan masing-masing klon terhadap variasi curah hujan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Juni 2012 di blok Sanderan II unit produksi Pagilaran. Sembilan klon PGL yang diuji yaitu PGL 4, PGL 6, PGL 7, PGL 9, PGL 10, PGL 11, PGL 12, PGL 15, PGL 16, dan klon unggul TRI 2025 sebagai pembanding. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 30 perdu sebagai  ulangan pada masing-masing klon. Data hasil pengamatan berupa komponen hasil dan hasil tanaman teh selama 10 kali pemetikan dianalisis dengan sidik ragam dan uji lanjut DMRT pada a = 5%. Tanggapan terhadap variasi curah hujan berupa tingkat ketahanan diketahui dengan hubungan regresi antara curah hujan bulanan terhadap hasil pucuk segar bulanan dalam kurun waktu dua tahun yang merupakan data sekunder.Dari hasil penelitian diperoleh tiga klon PGL yang memiliki hasil pucuk tinggi, yaitu PGL 6, PGL 10, dan PGL 16, dengan potensi hasil masing-masing 3,435 ton/Ha/tahun, 3,795 ton/Ha/tahun, dan 4,115 ton/Ha/tahun. Klon PGL 6 dan PGL 10 memiliki potensi hasil  setara dengan TRI 2025, sementara PGL 16 lebih tinggi dibanding klon TRI 2025. Klon PGL 16 memiliki kualitas dan pertumbuhan pucuk paling baik, dengan nisbah pucuk peko dan burung lebih dari 1. Klon PGL 6, PGL 10, dan PGL 16 memiliki ketahanan tinggi terhadap variasi curah hujan karena hasil pucuk tetap stabil dengan penurunan yang kecil baik saat curah hujan rendah maupun tinggi.Kata kunci: Curah hujan, klon PGL, potensi hasil, kualitas pucuk
Pengaruh Sumber Pupuk Nitrogen Terhadap Kuantitas dan Kualitas Benih Lima Kultivar Wijen (Sesamum indicum L.) Triasih Septianingtyas K., Taryono, dan Prapto Yudono
Vegetalika Vol 2, No 4 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.618 KB) | DOI: 10.22146/veg.3999

Abstract

INTISARISalah satu masalah dalam pelaksanaan pertanian organik adalah terbatasnya ketersediaan benih organik. Faktor tanah merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya wijen, dan supaya pertumbuhan wijen sempurna dengan hasil yang tinggi, diperlukan cukup nitrogen untuk memperbaiki pertumbuhan akar, batang dan daun. Nitrogen biasanya terdapat pada pupuk organik dan anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian macam sumber pupuk nitrogen (organik dan anorganik) terhadap kuantitas dan kualitas benih wijen serta mengetahui kultivar wijen yang mampu tumbuh dan berdayahasil baik pada kondisi sistem budidaya organik. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial acak lengkap dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah lima kultivar wijen yaitu kultivar Sumberejo 1, Sumberejo 3, Lokal hitam, Lokal putih dan Purworejo. Faktor kedua adalah sumber pupuk nitrogen yaitu kontrol (tanpa penambahan pupuk organik ataupun anorganik), dengan pupuk anorganik sebesar 150 kg/ha N dan penambahan pupuk organik sebesar 8,6 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada tanah yang kandungan bahan organiknya tinggi, pemberian pupuk nitrogen (organik dan anorganik) tidak berpengaruh terhadap kuantitas benih wijen, tetapi dalam hal kualitas benih, menurunkan kadar minyak benih dan daya kecambah wijen. Kultivar wijen yang digunakan (Sumberejo 1, Sumberejo 3, Lokal Hitam, Lokal Putih, Purworejo) dapat tumbuh dengan baik tetapi belum dapat berdaya hasil seperti yang diharapkan.Kata kunci: benih wijen, nitrogen, organik, kualitas, kuantitas
The Effects of Slope and Frequency of Stem Cutting in the Water to the Vase Life of Cut Orchid Vanda douglas Ayuta Ratu Balqis, Didik Indradewa, dan Sri Trisnowati
Vegetalika Vol 2, No 4 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.23 KB) | DOI: 10.22146/veg.4000

Abstract

ABSTRACT Orchid is one of the highly prospective ornamental plants. Orchid cultivation is one of the most popular ornamental cultivation. That is because the demand for orchids are relatively stable compared to other plants that tend to follow the trend or fluctuating. One form of massive utilization of orchids is the use as a cut flower. One type of orchid that mostly sold as a cut flower is Vanda douglas. Orchid’s –including Vanda douglas- advantage than other cut flowers are the vase life that tend to be longer. Nonetheless, the effort to maintain even extend the vase life of the flower is still needed. This experiment was conducted to determine the effect of cutting the flower stem with a combination of cutting slope and conditions of the stem and cutting frequency of the stem on vase life of cut orchid Vanda douglas.The experiment was conducted at the Laboratory of Horticulture, Faculty of Agriculture, Gadjah Mada University from July to September 2012. The first phase of the study used a completely randomized design with 2 factors. The first factor was cutting slope consisted of 0, 30 and 45. The second factor was cutting conditions consisted of water cut and air cut. The second phase also used completely randomized design with cutting stem frequency consisted of every day, every 2 days, every 4 days and every 6 days. Presentations of flowers bloom, wilt, fall, respiration, transpiration and visual quality rating of the cut flower were observed every day. Flower’s shrinkage, stomata and relative water content were observed at the beginning and end of the experiment.The results showed there was no interaction between the slope and condition of stem cutting on all parameters of the observations. Cutting stem with a slope of 45 caused longer vase life than the other slopes. Cutting the flower stem in the water also caused a longer vase life than cutting through the air. Flower stem that was cut at intervals of 4 days caused the longest vase life than any other time frequency. Nevertheless, the extent of vase life of cut flowers only extend a day, therefore the benefits for a florist should be reexamined. Key words : Cut orchid, cutting slope, cutting conditions, cutting frequency, vase life
Daya Simpan Benih Kedelai Hitam (Glycine max (L) Merrill) Hasil Tumpangsari dengan Sorgum Manis (Shorgum bicolor (L) Moench) Dhika Rizky Immawati, Setyastuti Purwanti, dan Djoko Prajitno
Vegetalika Vol 2, No 4 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.987 KB) | DOI: 10.22146/veg.4001

Abstract

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi baris antara tanaman kedelai hitam dengan sorgum manis yang ditanam secara tumpangsari terhadap kualitas benih setelah disimpan. Sehingga akan diperoleh benih dengan daya simpan yang tinggi pada kombinasi baris yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada bulan November 2012 sampai April 2013. Penelitian dilakukan dengan pendekatan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor dengan 4 perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah benih yang berasal dari pertanaman tumpangsari kedelai hitam dengan sorgum manis dengan kombinasi baris yaitu 3:1, 4:1, 6:1, dan monokultur kedelai hitam. Benih disimpan dengan berat 250 g untuk masing-masing perlakuan menggunakan plastik polietilen dan disimpan pada ruangan dengan suhu kamar (27-28 0C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas benih kedelai hitam hasil pertanaman tumpangsari memberikan pengaruh yang sama dibandingkan dengan benih kedelai hitam dari pertanaman monokultur. Kualitas benih asal pertanaman tumpangsari dan monokultur dapat terjaga baik hingga penyimpanan bulan keempat.Kata kunci: kedelai hitam, tumpangsari, monokultur, kualitas benih, penyimpanan. 
Seleksi Perdu Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) Hasil Persilangan Dialel untuk Sifat Berat Pucuk Enik Nurlaili Afifah, Suyadi Mitrowihardjo, dan Nasrullah
Vegetalika Vol 2, No 4 (2013)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.922 KB) | DOI: 10.22146/veg.4003

Abstract

INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi berat pucuk pada perdu-perdu tanaman teh hasil persilangan dialel dan memilih individu-individu yang potensial sebagai induk perbanyakan tanaman. Pengamatan dilakukan terhadap variable berat pucuk, jumlah pucuk peko, dan berat pucuk peko dari seluruh individu pertanamanteh hasil persilangan dialel asal biji sebanyak 166 perdu. Pengamatan untuk sifat berat pucuk juga dilakukan pada pertanaman teh hasil perbanyakan vegetatif sebanyak 200 perdu untuk menentukan nilai heritabilitas dan ripitabilitas. Semua pertanaman yang diamatai telah memasuki TP (Tahun pangkas) 4. Pengamatan terhadap sifat berat pucuk dilakukan setiap 10 hari sekali dengan pemetikan medium sebanyak 10 kali petikan. Individu yang terpilih merupakan individu yang mempunyai rerata berat pucuk dari sepuluh petikan lebih besar atau sama dengan (≥) rerata seluruh individu ditambah dua kali standar deviasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 jenis cross yang diseleksi dengan kriteria rerata + 2 SD diperoleh satu jenis cross yang terbaik berdasarkan sifat berat pucuknya yaitu PSA (hasil persilangan PS 1 x SA 40) dengan jumlah perdu yang terseleksi sebanyak 3 perdu. Hasil pengamatan terhadap pucuk peko menunjukkan bahwa jenis persilangan PSA memiliki berat pucuk peko, jumlah pucuk peko, dan presentase berat pucuk peko yang tertinggi. Sedangkan hasil seleksi individual dengan kriteria rerata + 2 SD diperoleh 10 individu yang terseleksi dari 166 individu yang diseleksi. Nilai heritabilitas dan ripitabilitas yang diperoleh termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 57,4 % dan 58,9 %.Kata kunci: teh, berat pucuk, dialel, seleksi.

Page 1 of 37 | Total Record : 367