cover
Contact Name
Nur Aini
Contact Email
nurainipati87@gmail.com
Phone
+6285226443168
Journal Mail Official
jalsah@jurnalannur.ac.id
Editorial Address
Kantor LPPM IIQ An Nur. Gedung Timur Lt. 1 Kampus IIQ An Nur Yogyakarta. Jalan KH. Nawawi Abdul Aziz, Ngrukem Pendowoharjo Sewon Bantul DI. Yogyakarta Indonesia 55186
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
The Journal of Al-quran and As-sunnah Studies
ISSN : -     EISSN : 28090594     DOI : https://doi.org/10.37252/jqs
The focus is to provide readers with a better understanding of Quranic studies and interpretation, hadith and Prophetic tradition, religious studies, and mysticism and present developments through the publication of articles and book reviews. Jalsah specializes in Quranic and sunnah studies and interpretation, hadith and prophetic tradition, religious studies, and mysticism.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 1 (2023): 2023" : 5 Documents clear
Interpretasi Pergeseran Makna dalam Penafsiran al-Qur'an:: Studi Semantik Ayat-Ayat Tadabbur Khoirur Rifqi Robiansyah
Jalsah : The Journal of Al-quran and As-sunnah Studies Vol. 3 No. 1 (2023): 2023
Publisher : Faculty of Ushuludin Institute of Al-Qur’an Science (IIQ) An Nur Yogyakarta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37252/jqs.v3i1.397

Abstract

Artikel ini mengkaji makna kata tadabbur dalam al-Qur'an untuk menjawab pergeseran makna terhadap kecenderungan kajian-kajian sebelumnya yang mengasosiasikan tadabbur dengan dampak etis praktis dalam kehidupan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semantik al-Qur’an Toshihiko Izutsu dalam menganalisis makna kata adabbur dengan menelusuri makna dasar dan relasionalnya kemudian melihat pergeseran makna Tadabbur dalam tiga lapisan waktu (historis). semantik), yaitu pra-Qur'anik, Qur'anik dan pasca-Qur'anik. Kajian ini menyimpulkan bahwa makna dasar dari kata Tadabbur adalah belakang sesuatu atau akhir sesuatu. Makna relasional Tadabbur melalui analisis sintagmatik berasosiasi dengan beberapa sistem kata, yaitu kata Allah, al-Qur'an, Tadzakkur dan ulul Albab¸ Musyrik & Munafik. Makna relasional dabbur melalui analisis paradigmatik berkaitan dengan kata Tafsir, Ta'wil, Tafakkur, Tafakkur. Perbedaannya, penggunaan kata Tadabbur, Tafsir dan Ta'wil khusus ditujukan untuk al-Qur'an sedangkan Tafakkur dan Tadzakkur memiliki objek yang lebih luas. Hasil analisis semantik historis, pada masa pra-Qur'an kata Tadabbur digunakan untuk menunjukkan aktivitas hati yang berkaitan dengan keinginan dan harapan. Kemudian pada masa al-Quran, Tadabbur memiliki sistem khusus sebagai imbauan memahami al-Qur'an yang ditujukan tidak hanya kepada umat Islam, melainkan juga kepada kaum kafir dan munafik. Orientasi makna Tadabbur dalam dunia al-Qur'an lebih mengarah pada penguatan tauhid. Adapun pada masa pasca-Qur'anic, para mufassir memberikan konsepsi Tadabbur yang difungsikan sebagaimana kata ????, ????? ???, ?????, ???? dan ????? untuk mengekstrak kandungan al-Qur'an, seperti; nasehat, peringatan, dan ancaman terhadap kemaksiatan. Makna orientasi etis terbawa kuat dalam konsepsi Tadabbur pasca-Qur'anic. Hal ini merupakan indikasi yang mempengaruhi kecenderungan penelitian terkini mengenai tadabbur yang dikaitkan dengan efek etis praktis.
Makna Hakiki dan Majazi Hadis Nabi:: Studi Komparatif Pemikiran Ali Mustafa Ya’qub dan Arifuddin Ahmad Irwansya; Taufikquraman
Jalsah : The Journal of Al-quran and As-sunnah Studies Vol. 3 No. 1 (2023): 2023
Publisher : Faculty of Ushuludin Institute of Al-Qur’an Science (IIQ) An Nur Yogyakarta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hadis Nabi merupakan salah satu sumber utama dalam agama Islam. Dalam interpretasi hadis, terdapat dua jenis makna yaitu makna hakiki dan makna majazi. Makna hakiki adalah makna sesungguhnya yang terkandung dalam hadis, sedangkan makna majazi adalah makna yang disampaikan secara kiasan. Dalam jurnal ini, penulis akan membahas tentang makna hakiki dan majazi hadis Nabi serta melakukan studi komparatif pemikiran Ali Mustafa Ya'qub dan Arifuddin Ahmad dalam memahami kedua makna tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan komparatif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari buku, jurnal, dan artikel terkait dengan tema penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ali Mustafa Ya'qub dan Arifuddin Ahmad memiliki pemahaman yang berbeda dalam memahami makna hakiki dan majazi hadis Nabi. Ali Mustafa Ya'qub lebih menekankan pada makna hakiki hadis Nabi, sedangkan Arifuddin Ahmad lebih memperhatikan makna majazi hadis Nabi. Namun, keduanya sepakat bahwa makna hakiki dan majazi hadis Nabi harus dipahami secara holistik dan kontekstual. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemahaman terhadap makna hakiki dan majazi hadis Nabi memiliki perbedaan dan kesamaan dalam pandangan Ali Mustafa Ya'qub dan Arifuddin Ahmad. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hadis dan memperkaya wawasan keislaman terkait dengan interpretasi hadis Nabi.
Dialektika Tradisi dan Tafsir:: Kritik Daud Ismail terhadap Tradisi Bugis dalam Tafsir Al-Munir Azka Fazaka Rif'ah; Achmad Abubakar; Muhsin Mahfudz; Kurniati
Jalsah : The Journal of Al-quran and As-sunnah Studies Vol. 3 No. 1 (2023): 2023
Publisher : Faculty of Ushuludin Institute of Al-Qur’an Science (IIQ) An Nur Yogyakarta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37252/jqs.v3i1.401

Abstract

Subjektivitas penafsir tidak melulu menjadi faktor utama dibalik sikap penafsir terhadap tradisi. Sentralisasi subjektivitas penafsir dalam merespon tradisi mengakibatkan pengabaian peran rujukan tafsir sebagai elemen penting atas sikap yang diberikan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan konstruksi kritik terhadap tradisi yang dilakukan oleh Daud Ismail dalam Tafs?r al-Mun?r yang berangkat dari argumen bahwa tafsir klasik yang dijadikan rujukan memiliki posisi yang sangat penting atas sikap apresiatif dan resistensi yang dihadirkan penafsir terhadap tradisi. Untuk mencapai tujuan tersebut, studi ini menggunakan metode kualitatif dengan teori intertekstualitas. Studi di atas menunjukkan bahwa bentuk tradisi yang dikritik oleh Daud Ismail dalam Tafs?r al-Mun?r merupakan bentuk kesyirikan, yaitu paham animisme dan dinamisme yang mengakar di masyarakat Bugis. Dalam mengkritik tradisi kadangkala Ismail memberikan penekanan pada aspek kecaman dan kadang juga menekankan pada aspek konsekuensi dari tradisi tersebut. Aksentuasi yang berbeda diberikan Ismail disebabkan keterpengaruhannya terhadap AGH Muhammad As’ad yang memahami ayat-ayat akidah secara literalis. Dalam menerapkan metode yang digunakan oleh Muhammad As’ad di atas, Ismail menggunakan tafsir klasik sebagai dasar atas pemaknaan ayat secara harfiah.
Interpretasi Wacana Kepemimpinan Perempuan Dalam Al-Qur’an Menurut Penafsiran Thaifur Ali Wafa Al-Maduri:: Studi atas Kitab Tafsir Firdaws al-Na’im bi Taudih Ma’ani Ayat al-Qur’an al-Karim Zahrotun
Jalsah : The Journal of Al-quran and As-sunnah Studies Vol. 3 No. 1 (2023): 2023
Publisher : Faculty of Ushuludin Institute of Al-Qur’an Science (IIQ) An Nur Yogyakarta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37252/jqs.v3i1.403

Abstract

Tulisan ini mengkaji penafsiran Thaifur Ali Wafa dalam karyanya, Firdaws al-Na’?m yang berkaitan dengan isu-isu local di Madura, yaitu: status gender; kepemimpinan seorang Wanita. Kajian ini terbilang menarik kareana latar belakang beliau adalah seorang kiai, lahir dan menetap di Madura yang masyarakatnya menganggap laki-laki lebih superior dibandingkan perempuan. Tafsir Firdaws al-Na’?m merupakan bagian kitab tafsir dari sekian banyak karya tafsir Indonesia yang cukup familiar di kalangan pesantren Sumenep, Madura. Peneliti sebelumnya membahas pada isu gender di seputar hak-hak perempuan, baik di ranah domestik atau di ranah publik, dan isu telaah kitab tafsir di seputar metodologi penafsiran. Tulisan ini berangkat dari suatu pertanyaan; bagaimana Thaifur Ali Wafa menafsirkan al-Qur’an yang dikaitkan dengan berbagai temuan di lingkungannya? Bagaimana penafsiran tentang kepemimpinan perempuan dalam tafsir Firdaws al-Na’?m dan tautannya terhadap budaya lokal Sumenep Madura? Dengan menggunakan metode diskriptif analitis, tulisan ini berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui pencarian data kepustakaan, lebih khusus kitab tafsir Firdaws al-Na’?m. Serta dengan menggunakan kitab tafsir, buku, dan artikel yang relevan dengan masalah di atas. Ada beberapa poin yang ditemukan dalam tafsir ini. Pertama, tafsir Firdaws al-Na’?m dihidangkan dengan menggunakan sumber bi al-ra’yi, metode analitis, dan corak gramatikal. Kedua, hal-hal yang memengaruhi kecendrungan penafsiran Thaifur Ali Wafa adalah ideologi keagamaan dan pengaruh budaya yang berkembang di pulau Madura. Ketiga, penafsiran ini juga menarik dikaji sisi semantiknya, karena di sana terhidang aneka penafsiran yang kental dengan sisi linguistiknya.
Kontekstualisasi Hadis Larangan Memakai Wewangian Bagi Perempuan:: Perspektif Ma’na-cum-Maghza Sahiron Syamsudin Adib Falahuddin
Jalsah : The Journal of Al-quran and As-sunnah Studies Vol. 3 No. 1 (2023): 2023
Publisher : Faculty of Ushuludin Institute of Al-Qur’an Science (IIQ) An Nur Yogyakarta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37252/jqs.v3i1.407

Abstract

Sifat teks yang statis dan zaman yang dinamis pada titik tertentu akan menemukan ketersinggungan. Tidak terkecuali hadis mengenai larangan memakai wewangian bagi perempuan bertemu dengan realitas kekinian yang menjadikan wewangian sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan. Kajian kontekstualisasi atas teks hadis larangan memakai wewangian bagi perempuan sangat diperlukan agar hadis tersebut dapat dibaca dan dimaknai pada konteks kekinian. Salah satunya dengan model pemaknaan dengan pendekatan ma’na cum maghza Sahiron Syamsudin. Kajian ini merupakan library research. Tujuan dari kajian ini, sesuai pendekatan ma’na cum maghza, adalah mencari makna yang sesuai dengan konteks pemaknaan pada masa hadis larangan memakai wewangian bagi perempuan disabdakan Rasulullah SAW (ma’na) dan mengambil pesan utama (signifikansi/maghza) yang terkandung dalam makna untuk dikontekstualkan pada masa kekinian dengan pemaknaan yang sesuai. Dari kontekstualisasi terhadap hadis larangan memakai wewangian bagi perempuan menghasilkan dua siginifikansi historis dan dua signifikansi dinamis. Signifikansi historisnya berupa pencegahan timbulnya fitnah dan larangan tasyabbuh sementara signifikansi dinamisnya berupa pesan untuk menjaga keberishan dan sikap profesional.

Page 1 of 1 | Total Record : 5