cover
Contact Name
Elfa Ali Idrus
Contact Email
elfa@unpad.ac.id
Phone
+6281322180103
Journal Mail Official
sekre.jurnaloftalmologi@gmail.com
Editorial Address
Tim Kerja Penelitian, Gedung C Lantai 3, Jl. Cicendo No. 4, Babakan Ciamis, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40117
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Oftalmologi: Jurnal Kesehatan Mata Indonesia
ISSN : 27236935     EISSN : 25414283     DOI : https://doi.org/10.11594/ojkmi
Oftalmologi: Jurnal Kesehatan Mata Indonesia (P-ISSN: 2723-6935, E-ISSN: 2541-4283) is a scientific journal published by Cicendo Eye Hospital and accepts articles written in both English and Indonesian expected to become a media conveying scientific inventions and innovations in medical or health allied fields toward practitioners and academicians. Normally published every four months (April, August, December) using a peer review system for article selection. Papers dealing with results of case reports, systematic reviews, and clinical research related to visual science for ophthalmologists, eye nurses, and medical support in other fields of Ophthalmology.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Oftalmologi Vol 5 No 2 2023" : 6 Documents clear
MANAGEMENT OF IRREGULAR ASTIGMATISM AFTER CORNEAL ULCER WITH RGP CONTACT LENS IN PATIENTS WITH HIGH MYOPIA
Oftalmologi : Jurnal Kesehatan Mata Indonesia Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Oftalmologi Vol 5 No 2 2023
Publisher : Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/ojkmi.v5i1.49

Abstract

MANAGEMENT OF IRREGULAR ASTIGMATISM AFTER CORNEAL ULCER WITH RGP CONTACT LENS IN PATIENTS WITH HIGH MYOPIA
KEBERHASILAN OPERASI TRABEKULEKTOMI PADA GLAUKOMA SUDUT TERBUKA PRIMER PERIODE 2019-2021
Oftalmologi : Jurnal Kesehatan Mata Indonesia Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Oftalmologi Vol 5 No 2 2023
Publisher : Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/ojkmi.v5i1.50

Abstract

Introduction: Glaucoma represents a group of diseases defined by a characteristic optic neuropathy that is consistent with remodeling of the connective tissue elements of the optic nerve head and with loss of neural tissue associated with the eventual development of distinctive patterns of visual dysfunction. The most common surgery for glaucoma treatment is trabeculectomy, which in principle is done by creating a new channel that drains the aqueous humor, and return the intraocular pressure to normal levels. Objective: This study aimed to know the success rate of trabeculectomy in primary open-angle glaucoma. Methods: This study used a retrospective descriptive research method and was conducted in the Medical Records Center of the Cicendo National Eye Hospital, Bandung City with a data collection period of 21 July 2022 ? 6 September 2022. The data collection process was carried out by looking at secondary data from medical records of patients with primary open-angle glaucoma for the period January 2019 ? December 2021. Results: Mean IOP decreased from 32.6?12.9 before surgery, to 19.8?10 one week after surgery, and 18.8?7.3 one month after surgery. The overall success rate reaches 82.1%. Conclusions: The success rate for open-angle glaucoma treated with trabeculectomy at Cicendo National Eye hospital is considered good with a total success rate of 82.1% with or without antiglaucoma medication to control IOP after surgery.
PSEUDOMONAS AERUGINOSA-INDUCED ACUTE EXOGENOUS ENDOPHTHALMITIS POST-CATARACT SURGERY
Oftalmologi : Jurnal Kesehatan Mata Indonesia Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Oftalmologi Vol 5 No 2 2023
Publisher : Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/ojkmi.v5i1.51

Abstract

Introduction: The Endophthalmitis Vitrectomy Study revealed that only a small percentage of endophthalmitis cases, specifically 4.1%, were caused by Gram-negative organisms, and the most frequent of these was Pseudomonas aeruginosa. Moreover, poor visual outcomes were consistently linked to this bacterium. Objective: To provide knowledge regarding Pseudomonas aeruginosa as a cause of exogenous endophthalmitis and its management. Case Illustration: A 65-year-old male was admitted to the Emergency Department due to pain and blurred vision in his left eye. These symptoms had been present for four days and occurred three days following cataract surgery. The patient's visual acuity in the affected eye was extremely poor, with no light perception, conjunctival redness, corneal edema, and posterior synechia of the iris. A Bmode ocular ultrasound detected an abnormal echo in the left eyeball and moderate vitreous opacity, which suggested that the patient had endophthalmitis. The patient underwent emergency surgery immediately, including Pars plana vitrectomy (PPV), Silicon oil, IOL extraction, and intravitreal antibiotics injection. The vitreous was also tested with a smear test and culture, which revealed the presence of Pseudomonas aeruginosa. On the first day after the surgery, the patient's vision improved to light perception but with incorrect projection. A Fundus exam showed an attached retina with silicon oil and no macular edema. After one month, the patient's visual acuity improved to 2/60. Conclusions: Identifying the causative organisms in infectious endophthalmitis is critical in determining treatment and visual results. Pars Plana Vitrectomy (PPV) followed by intravitreal injection of antibiotics as the "gold standard" treatment for acute postoperative endophthalmitis.
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PASIEN GLAUKOMA DI PMN RS MATA CICENDO TERHADAP PENYAKIT GLAUKOMA
Oftalmologi : Jurnal Kesehatan Mata Indonesia Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Oftalmologi Vol 5 No 2 2023
Publisher : Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/ojkmi.v5i1.52

Abstract

Pendahuluan: Glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan terbanyak secara global. Sebagian besar kasus glaukoma bersifat asimptomatik, sehingga pasien tidak sadar dengan penyakitnya sampai munculnya gangguan penglihatan hingga kebutaan. Melalui pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) pasien yang baik dapat mendukung pengendalian keparahan penyakit glaukoma. Akan tetapi, di Indonesia penelitian yang menunjukkan tingkat PSP pasien glaukoma terhadap penyakit glaukoma masih tergolong sedikit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat PSP pasien glaukoma di PMN RS Mata Cicendo terhadap penyakit glaukoma. Metode: Studi ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif cross-sectional melalui pengisian kuesioner pada 59 pasien glaukoma di PMN RS Mata Cicendo pada bulan Februari 2023. Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang dinilai, yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku. Hasil: Pasien glaukoma menunjukkan pengetahuan baik (35,6%), cukup (59,5%), dan kurang (5,1%) dengan hanya 42,4% pasien yang bersikap positif dan 49,2% pasien berperilaku baik. Secara keseluruhan tingkat PSP pasien adalah 47%. PSP yang baik banyak ditemukan pada pasien dengan durasi pengobatan ?6 bulan. Simpulan: Tingkat PSP pasien glaukoma terhadap penyakit glaukoma yang sudah cukup baik tetap harus ditingkatkan dengan strategi edukasi agar tingkat sikap dan perilaku pasien jauh lebih baik.
KARAKTERISTIK PENDERITA KELAINAN REFRAKSI DAN PRESBIOPIA YANG TERJARING PROGRAM PEMERIKSAAN MATA BERBASIS KOMUNITAS
Oftalmologi : Jurnal Kesehatan Mata Indonesia Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Oftalmologi Vol 5 No 2 2023
Publisher : Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/ojkmi.v5i1.53

Abstract

Pendahuluan: Kelainan refraksi dan presbiopia masih menjadi salah satu penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan yang berdampak pada penurunan kualitas hidup. Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik penderita kelainan refraksi dan presbiopia yang terjaring program pemeriksaan mata berbasis komunitas. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif melalui pendekatan cross sectional. Data penelitian berupa data sekunder hasil program pemeriksaan mata berbasis komunitas oleh Rumah Sakit Mata Cicendo tahun 2022. Subjek penelitian adalah penderita kelainan refraksi dan presbiopia yang mengikuti program pemeriksaan mata berbasis komunitas dari Januari-Desember tahun 2022. Penentuan sampel menggunakan metode total sampling. Hasil: Sebanyak 810 (35,62%) dari 2.274 orang mengalami kelainan refraksi dan presbiopia. Mayoritas penderita kelainan refraksi dan presbiopia adalah perempuan (67,53%). Kelainan refraksi dan presbiopia paling banyak terjadi pada rentang usia 44-51 tahun (23,46%). Mayoritas subjek mengalami presbiopia (49,38%). Sebanyak 65,19% subjek mengalami gangguan penglihatan dekat akibat presbiopia dan presbiopia disertai kelainan refraksi lain. Presbiopia paling banyak terjadi pada perempuan (32,35%). Mayoritas penderita presbiopia berada pada rentang usia 44-51 tahun (15,8%). Kesimpulan: Proporsi penderita kelainan refraksi dan presbiopia dalam penelitian ini adalah 35,62%. Mayoritas subjek adalah perempuan dengan diagnosis yang paling banyak ditemukan adalah presbiopia. Mayoritas subjek mengalami gangguan penglihatan dekat akibat presbiopia dan presbiopia disertai kelainan refraksi lain
GAMBARAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN RETINOPATI DIABETIK DI PMN RS MATA CICENDO 2021?2022
Oftalmologi : Jurnal Kesehatan Mata Indonesia Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Oftalmologi Vol 5 No 2 2023
Publisher : Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/ojkmi.v5i1.54

Abstract

Pendahuluan: Retinopati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular penyakit diabetes melitus dengan angka pertumbuhan tinggi. Kepatuhan dalam melakukan pemeriksaan rutin dan menjalankan tindakan khusus retinopati diabetik dapat mencegah progresivitas penyakit ini. Namun, penelitian mengenai gambaran kepatuhan berobat pasien retinopati diabetik belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan berobat pasien retinopati diabetik di PMN RS Mata Cicendo. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan metode cross sectional, menggunakan data sekunder dari EMR, dan dilakukan pada periode 1 Januari 2021?31 Desember 2022 di PMN RS Mata Cicendo. Kepatuhan dinilai berdasarkan kepatuhan menjalankan masa awal pengobatan dan diukur melalui data tanggal registrasi, tindakan, dan perencanaan. Hasil penilaian kepatuhan kemudian dikelompokkan berdasarkan derajat retinopati diabetik, tipe diabetes melitus, jenis tindakan, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan domisili. Hasil: Penelitian ini melibatkan 887 rekam medis dan 533 (60,1%) di antaranya dikategorikan patuh. Data menunjukkan persentase kepatuhan >60% pada pasien derajat berat seperti Proliverative Diabetic Retinopathy (61,6%); berjenis kelamin perempuan (60,2%); berusia muda salah satunya kelompok 25?34 tahun (77,4%); berdomisili di Bandung Raya (64,4%) atau luar Jawa Barat (63,5%); berpendidikan terakhir tinggi salah satunya sarjana muda (68,9%); bekerja sebagai pegawai swasta (67,1%), pengajar (72,7%), wiraswasta (61,3%), atau pensiunan (66,7%); memiliki tipe diabetes melitus terspesifikasi non-insulin dependent (64,2%) atau insulin dependent (80,9%); serta mendapat rekomendasi tindakan laser (64,1%). Kesimpulan: Secara umum kepatuhan berobat pasien retinopati diabetik di PMN RS Mata Cicendo sudah mencapai >60%. Kepatuhan untuk kontrol pada pasien dengan jangka waktu menengah (1?3 bulan) dan panjang (>6 bulan) masih harus ditingkatkan.

Page 1 of 1 | Total Record : 6