cover
Contact Name
Achsan
Contact Email
kjif@unjani.ac.id
Phone
+6222-6629821
Journal Mail Official
kjif@unjani.ac.id
Editorial Address
FAKULTAS FARMASI UNIVERSETAS JENDERAL ACHMAD YANI Jl. Terusan Jenderal Sudirman PO BOX 148, Cimahi, Jawa Barat, 40531, Indonesia
Location
Kota cimahi,
Jawa barat
INDONESIA
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi
ISSN : 23546565     EISSN : 25023438     DOI : https://doi.org/10.26874/kjif.v6i1.135
Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi (KJIF) merupakan media publikasi ilmiah dalam bidang kefarmasian yang diterbitkan oleh Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, bekerjasama dengan Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI Jawa Barat). Ruang lingkup artikel yang diterbitkan adalah: Farmasetika, Kimia Farmasi, Kimia Analisa, Farmasi Fisika, Farmakognosi dan Etnobotani, Natural Produk, Farmakologi dan Toksikologi, Praktik Kefarmasian dan Farmasi Rumah Sakit, Farmakogenomik, Farmakoekonomi, Studi Kasus dan Uji Klinis.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 3 No 2 (2015)" : 6 Documents clear
FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI CAIR EKSTRAK DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq.) Rika Yulianti; Damas Anjar Nugraha; Lusi Nurdianti
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v3i2.98

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan sabun mandi cair dengan zat aktif ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq) dengan berbagai variasi konsentrasi basis Virgin Coconut Oil (VCO). Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula sabun mandi cair ekstrak daun kumis kucing yang sesuai kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-4085-1996. Pengujian terhadap sediaan sabun mandi cair disesuaikan dengan syarat ketentuan SNI dengan beberapa tambahan, pengujian-pengujian tersebut meliputi organoleptik, pH, alkali bebas, bobot jenis, cemaran mikroba, viskositas, stabilitas busa, aktivitas antibakteri sediaan serta uji hedonik. Hasil menunjukan bahwa Formula III memenuhi syarat SNI ksementara untuk Formula I dan Formula II memenuhi syarat SNI kecuali pada pengujian bobot jenis. Pada pengujian aktivitas antibakteri, Formula I menghasilkan zona hambat sebesar 7 mm ± 0,25, Formula II menghasilkan zona hambat sebesar 7,2 mm ± 0,34, dan Formula III menghasilkan zona hambat sebesar7,9 mm ± 0,25, sementara untuk sediaan pembanding yaitu Nuvo® menghasilkan zona hambat sebesar 8,9 mm ± 0,20. Hasil akhir menunjukkan bahwa sediaan sabun mandi cair ekstrak daun kumis kucing yang paling baik secara kimia, fisika, mikrobiologi dan sesuai dengan SNI adalah Formula III. Kata kunci : Sabun mandi cair, kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq), VCO, zona hambat. ABSTRACT It has been researched on the formulation of liquid soap with active substances from leaf extract of kidney tea (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq) with various concentrations of Virgin Coconut Oil (VCO) base. The aim of this study was to create a liquid soap formula from extract leaves kidney tea that fulfill the criteria of Indonesian National Standard (SNI) 06-4085-1996. Tests on liquid soap dosage adapted to the requirements of SNI with some additional conditions, the tests were including: organoleptic, pH level, free alkali levels, specific gravity, microbial contamination, viscosity, foam stability, antibacterial activity as well as the preparation of hedonic test. Results showed that Formula III fulfill the SNI criterias, while Formula I and Formula II also fulfill the SNI criteria, except the specific gravity testing. In the antibacterial activity testing, Formula I showed the inhibition zone of 7 mm ± 0.25, Formula II of 7.2 mm ± 0.34, and Formula III of 7,9 mm ± 0.25, while for the comparative preparations Nuvo® showed of 8.9 mm ± 0.20. The final result showed that the most stable liquid soap extract kidney tea leaf either in chemistry, physics, microbiology properties and fulfilled the SNI criterias was Formula III. Keywords : liquid bath soap, kidney tea (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq), VCO, inhibition zone
UJI PENGHAMBATAN AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE TERHADAP EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) Pertamawati Pertamawati; Mutia Hardhiyuna
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v3i2.99

Abstract

ABSTRAK Enzim xantin oksidase adalah enzim yang berperan sebagai katalisator dalam proses oksidasi hipoxantin menjadi xantin dan kemudian menjadi asam urat. Asam urat adalah produk dari metabolisme purin yang mengendap di persendian dan membentuk kristal sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan kaku, menyebabkan pembesaran dan penonjolan sendi. Obat sintetik yang biasa digunakan untuk mengatasi asam urat adalah allopurinol. Allopurinol bekerja menghambat pembentukan asam urat dari prekursornya (xantin dan hipoxantin). Akan tetapi allopurinol memiliki beberapa efek samping, kadang–kadang terjadi toksisitas pada gastrointestinal dan meningkatkan serangan akut gout pada awal terapi. Oleh karena itu, banyak masyarakat memanfaatkan tanaman obat sebagai anti asam urat karena memiliki efek samping yang relatif kecil, mudah didapatkan, dan harganya relatif murah dibandingkan dengan obat sintesis. Kulit kayu secang (Caesalpinia sappan L.), ternyata memiliki kemampuan sebagai anti asam urat. Hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa ekstrak kulit kayu secang mampu menghambat aktivitas enzim xantin oksidase sampai 56,47%, sementara allopurinol mampu menghambat aktivitas enzim xantin oksidase sampai 87,47%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kulit kayu secang memiliki aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional anti asam urat. Kata kunci : xantin oksidase, kulit kayu secang, asam urat ABSTRACT Xanthine oxidase is an enzyme that act as catalyst in the process of oxidizing hypoxanthine to become xanthine and then into uric acid. Uric acid is the product of metabolism of purine that settles in the joints and form crystal that sparks great pain and stiffness, also an enlargement and protrusion of swollen joints. As synthetic drug commonly used to overcome uric acid is allopurinol. Allopurinol work by inhibiting the formation of uric acid precursor (xanthine and hypoxanthine), however allopurinol have few side effects, sometimes occurs in gastrointestinal toxicity and increase gout attack acute at the beginning of therapy. Hence, many people use medicinal plants as anti uric acid because it has less side effects, easy to get and are relatively inexpensive as opposed to synhesis medicine. Bark of secang (Caesalpinia sappan L.).have the capability to inhibit of the activity of the xanthine oxidase until 56,473%, while allopurinol capable of inhibiting the activity of the xanthine oxidase until 87,474%. The result of this research proves that bark of secang having activity to inhibit of xanthine oxidase, so that it can be used as traditional medicines for anti uric acid. Keywords : xanthine oxidase, bark of secang, inhibitory activity.  
EFEKTIFITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN SIRSAK SEBAGAI KOMPLEMEN NATRIUM DIKLOFENAK PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR Sari Meisyayati; Marisyah Dewiwaty
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v3i2.100

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang efektivitas antiinflamasi ekstrak daun sirsak sebagai komplemen natrium diklofenak pada tikus putih jantan. Pada penelitian ini digunakan 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol positif (Tween 80 2%), natrium diklofenak dosis 4,5 mg/kgbb, ekstrak daun sirsak dosis 100 mg/kgbb, kombinasi natrium diklofenak dosis 2,25 mg/kgbb dengan ekstrak daun sirsak dosis 50 mg/kgbb, kombinasi natrium diklofenak dosis 1,125 mg/kgbb dengan ekstrak daun sirsak dosis 25 mg/kgbb. Seluruh kelompok hewan diberikan sediaan uji masing – masing kemudian setelah 1 jam diinduksi radang dengan karagen 1% melalui intraplantar. Selanjutnya dilakukan pengukuran volume telapak kaki sebelum dan sesudah diinduksi radang setiap 30 menit selama 6 jam untuk menghitung persentase radang telapak kaki tersebut. Nilai AUC total dari persentase radang yang diperoleh menjadi parameter untuk menggambarkan aktifitas antiinflamasi pada kelompok perlakuan. Hasil analisis statistik dengan uji T independen menunjukkan bahwa radang yang terbentuk pada kelompok kombinasi natrium diklofenak dan daun sirsak dengan dosis ¼ dosis tunggalnya masing-masing tidak berbeda nyata dengan  kelompok yang diberikan dosis tunggal natrium diklofenak sehingga dapat disimpulkan bahwa efek antiinflamasi ekstrak daun sirsak sebagai komplemen pada dosis kombinasi yang lebih kecil tersebut sebanding dengan natrium diklofenak dosis tunggalnya sehingga dapat dikatakan terjadi efek adisi pada kelompok kombinasi tersebut dan ekstrak daun sirsak mampu menurunkan dosis penggunaan natrium diklofenak sebagai antiinflamasi. Kata kunci : Antiinflamasi, komplemen, daun sirsak, natrium diklofenak ABSTRACT The study of antiinflamatory efectivity soursop leaf’s extract as diclofenac sodium complement on white male rat has been done. Five groups have been used on this study. Those were positif control (Tween 80 2%), diclofenac sodium 4,5 mg/kgbw, soursoup leaf’s extract 100 mg/kgbw, combination of diclofenac sodium 2.25 mg/kgbw and soursoup leaf’s extract 50 mg/kgbw, combination of diclofenac sodium 1.125 mg/kgbw and soursoup leaf’s extract 25 mg/kgbw. Each animal from all groups was given test compound and after one hour inflammation was induced by caraagenan via intra plantar. Paw volume was measured every 30 minutes during 6 hours to calculate inflammatory percentage. .The AUC of inflammatory percentage used as antiinflamation activity parameter. The result showed that there was no diffrerence activity between group of combination at quarter dose of each component and group of single dose of diclofenac sodium. Apparently, there is an additive effect of the combination. It also indicates that soursoup leaf’s extract as complement can reduce the dose of diclofenac sodium for anti-inflammatory effect. Keywords : antiinflamatory, complement, soursoup leaf, diclofenac sodium
AKTIVITAS ANTIFUNGI SHAMPO DAN KRIM EKSTRAK ETANOLIK BATANG BROTOWALI TERHADAP Pityrosporum ovale DAN Trichophyton mentagrohytes Nuryanti Nuryanti; Warsinah Warsinah; Gitanti Rohman; Windhiana Sapti Argi
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v3i2.101

Abstract

ABSTRAK Brotowali dengan kandungan alkaloid, flavonoid, dan terpenoid diketahui memiliki aktivitas antifungi. Tujuan  penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar hambat minimum ekstrak etanolik  batang Brotowali dan aktivitas antifungi  shampo dan krim ekstrak etanolik   batang Brotowali terhadap P.ovale dan T.mentagrohytes. Batang Brotowali dimaserasi dengan etanol 70%, kemudian ekstrak etanolik batang brotowali diuji aktivitas antifungi untuk menentukan konsentrasi ekstrak yang akan digunakan dalam formulasi shampoo dan krim. Formula terbaik  shampo diuji aktivitas terhadap P. ovale  dengan metode cakram dan formula terbaik krim diuji aktivitas terhadap T. mentagrohytes menggunakan metode sumuran. Hasil penelitian menunjukkan KHM ekstrak etanolik  batang Brotowali terhadap P. ovale adalah 900 ppm dan terhadap T.mentagrohytes 3,9 ppm. Formula shampo terbaik  memiliki zona hambat antifungi kategori kuat 13,43+3,18 mm  dengan persen daya hambat 69, 12% . Formula krim terbaik memiliki zona hambat antifungi kategori sedang 8,42+0,38 mm dengan persen daya hambat 62,74%. Kata kunci : Brotowali, shampo, krim, P. ovale , T. mentagrohytes ABSTRACT Brotowali are known to have flavonoid, alcaloid, and terpenoid which have antifungal activity. This study aimed to determine the minimum inhibitory concentration ethanolic extract  Brotowali  stem and know the antifungal activity of shampoo and cream of ethanolic extract Brotowali stem to P.ovale and T.mentagrohytes. Brotowali stem macerated with 70% ethanol and test antifungal activity of ethanolic extract Brotowali stem to determine concentration used in shampoos and creams formula. The best shampoo formula tested antifungal activity against P.ovale and cream against T. mentagrohytes with compared method. The results showed  MIC of ethanolic extract  Brotowali stem against P.ovale was 900 ppm and against T. mentagrohytes was 3.9 ppm. The best shampoo formula has strong inhibitory zone antifungal category 13.43 + 3.18 mm and percent inhibition of 69, 12%. The best cream formula has currently inhibitory zone  antifungal category was 8.42 + 0.38 mm and percent inhibition of 62.74%. Keywords : Brotowali, shampoo, cream, P. ovale , T. mentagrohytes
PRESISI UJI ANTIHIPERURISEMIA IN VITRO BERDASARKAN PENGUKURAN SERAPAN PADA DUA PANJANG GELOMBANG Liliek Nurhidayati; Dian Ratih Laksmitawati; Riska Eka Putri
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v3i2.102

Abstract

ABSTRAK Metode yang digunakan dalam skrining obat antihiperurisemia in vitro berdasarkan pada kemampuan suatu bahan menghambat enzim xantin oksidase dalam mengubah substrat xantin menjadi asam urat. Para peneliti mengukur aktivitas antihiperurisemia berdasarkan asam urat yang terbentuk atau xantin yang tersisa. Untuk mengetahui presisi kedua pengukuran tersebut, telah dilakukan pengujian aktivitas antihiperurisemia alopurinol berdasarkan pengukuran serapan pada panjang gelombang 291 nm dan 268 nm. Pada kondisi optimum diperoleh simpangan baku relatif persen penghambatan berdasarkan jumlah asam urat yang terbentuk 0,24-1,30%, sedangkan berdasarkan sisa xantin adalah 0,25-2,39%. Kata kunci : pengambatan, xantin oksidase, in vitro, alopurinol, presisi  ABSTRACT The method used in in vitro antihiperurisemia drug screening based on the ability of a substance  to inhibit the xanthine oxidase enzyme in converting the substrate xanthine to uric acid. The researchers measured the hyperuricemia treatment activity based on the formation of uric acid or the remaining xanthine. To determine the precision of the measurements, antihiperurisemia activity of allopurinol was conducted by measuring absorption at a wavelength of 291 nm and 268 nm. At the optimum conditions, the  relative standard deviation of percent inhibition based on the amount of uric acid was 0.24 to 1.30%, while based on the rest of the xanthine was 0.257 to 2.39%. Keywords : inhibition, xanthine oxidase, in vitro, allopurinol, precision
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK AIR HERBA PECUT KUDA (Stachytarpheta jamaicensis (L) VAHL) PADA MENCIT SWISS WEBSTER Afifah Bambang Sutjiatmo; Elin Yulinah Sukandar; Candra Candra; Suci Nar Vikasari
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3 No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v3i2.103

Abstract

ABSTRAK Herba pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) secara tradisional dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti infeksi dan batu saluran kencing, diuretik, rheumatik, sakit tenggorokan (faringitis), pembersih darah, datang haid tidak teratur, keputihan, hepatitis A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan penggunaan herba pecut kuda pada hewan uji. Ekstrak air herba pecut kuda dibuat dengan metode perebusan dalam air suling selama 30 menit. Pengujian toksisitas akut dilakukan mengacu pada pedoman BPOM. Pengujian toksisitas akut dilakukan pada mencit Swiss Webster jantan dan betina dengan pemberian tunggal ekstrak air herba pecut kuda pada dosis 100, 500, 2.000, 5.000 dan 10.000 mg/kg bb. Pengamatan dilakukan selama 14 hari. Hasil menunjukkan bahwa selama 14 hari setelah pemberian tunggal ekstrak air herba pecut kuda, tidak ada kematian pada seluruh hewan uji. Dapat disimpulkan bahwa LD50 ekstrak air herba pecut kuda lebih besar dari 5.000 mg/kg bb. Kata kunci: pecut kuda, Stachytarpheta jamaicensis, toksisitas akut, ekstrak air, LD50 ABSTRACT Traditionally, Pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.)Vahl) is used to treat various diseases such diuretic and rheumatic. The research objective was to determine safety of water extract S. jamaicensis herbas in mice. Water extract of S. jamaicensis were made using boiled water for 30 minutes. Acute toxicity test was done according to BPOM. Acute toxicity test was performed on Swiss Webster mice with a single administration of the water extract at doses of 100, 500, 2.000, 5.000 and 10.000 mg/kg bw. Observations of animal were done for a total of 14 days. The results showed that during 14 days of observation after single oral administration of water extract of S. jamaicensis up to 10000 mg/kg bw showed no toxicity of all experimental animals. It can be conclude that LD50 of water extract of S. jamaicensis is greater than 5.000 mg/kg bw. Keywords: pecut kuda, Stachytarpheta jamaicensis, acute toxicity, water extract, LD50

Page 1 of 1 | Total Record : 6