cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Nutrition College
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23376236     EISSN : 2622884X     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Journal of Nutrition College (P-ISSN : 2337-6236; E-ISSN : 2622-884X) diterbitkan oleh Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro sebagai media publikasi artikel-artikel ilmiah dalam biang Ilmu Gizi dengan skala terbit 4 kali dalam setahun, yaitu pada Januari, April, Juli, dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 2 (2023): April" : 10 Documents clear
ANALISIS FAKTOR DETERMINAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI DI MADRASAH ALIYAH Angga Hardiansyah; Aratsia Wahdinia Alamsah; Ines Rohmattul Hinyah; Moh Arifin
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.36755

Abstract

ABSTRACT Background: Physical fitness is something that needs to be considered by teenagers because it can relate to aspects of their health. Factors of physical fitness can be influenced by several things, such as hemoglobin levels, nutritional status, percent fat, and physical activity.Objectives: The purpose of this study to determine the relationship between hemoglobin levels, nutritional status, percent fat and physical activity with the physical fitness of female adolescents at MAN 2 Kota SemarangMethods: This research was conducted using a cross-sectional design with a total sample of 87 female students. The sample was collected with proportionate stratified sampling. Data on hemoglobin levels were taken from capillary blood which were then measured using the kapiler blood with Point of Care Testing (easytouch GCHB brand), while nutritional status was measured using the BMI/U indicator, percent fat using the BIA tool and physical activity was measured using the IPAQ questionnaire. Bivariate analysis in this study used the Gamma test and multivariate used the ordinal logistic regression test.Results The results of this study showed that the samples had normal hemoglobin levels (67.8%), good nutritional status (79.3%), normal fat percentage (67.8%) and strenuous physical activity (49.4%). The results of the bivariate analysis showed that there was a relationship between hemoglobin level (p<0.001), nutritional status (p= 0.005), percent fat (p<0.001) and physical activity (p<0.001) and physical fitness of female adolescents. Conclusion: There is a relationship between hemoglobin levels, nutritional status, percent body fat and physical activity with the physical fitness of young women and what most influences the physical fitness of young women is nutritional status.Keywords: Hemoglobin level; Nutritional status; Percent fat; Physical activity; Physical fitness.ABSTRAKLatar belakang: Kebugaran jasmani merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh remaja karena dapat berhubungan dengan aspek kesehatannya. Faktor kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kadar hemoglobin, status gizi, persen lemak dan aktivitas fisik.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin, status gizi, persen lemak dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani remaja putri di MAN 2 Kota Semarang.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang siswi. Sampil diambil dengan menggunakan teknik proportionate stratified sampling. Data kadar hemoglobin diambil dari darah kapiler yang kemudian diukur dengan menggunakan darah kapiler metode digital (Point of Care Testing) merk easytouch GCHB, sedangkan status gizi diukur dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U), persen lemak dengan menggunakan alat bioimpedance analysis (BIA) dan aktivitas fisik diukur dengan menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Gamma dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ordinal.Hasil: Hasil pada penelitian ini di dapat bahwa sampel memiliki kadar hemoglobin yang normal (67,8%), status gizi yang baik (79,3%), persen lemak yang normal (67,8%) dan aktivitas fisik yang berat (49,4%). Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kadar hemoglobin (p<0,001), status gizi (p= 0,005), persen lemak (p<0,001) dan aktivitaas fisik (p<0,001) dengan kebugaran jasmani remaja putri.Simpulan: Terdapat hubungan antara kadar hemoglobin, status gizi, persen lemak tubuh dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani remaja putri. Variabel status gizi yaitu variabel yang paling berpengaruh terhadap kebugaran jasmani.Kata Kunci: Aktivitas fisik; Kadar hemoglobin; Kebugaran jasmani; Persen lemak; Status gizi.
POTENSI TERAPEUTIK KOPI HIJAU TERHADAP OBESITAS Amalia Firdausya Putri Purnomo; Ufairoh Maliha Shofwah; Olivia Anggraeny
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.36269

Abstract

ABSTRACTBackground: Obesity is a nutritional problem caused by excess food intake. This increases the risk of degenerative diseases. Consumption of green coffee affects the incidence of obesity, which can improve body composition, lipid profile, and inflammatory response. Green coffee is defined as coffee beans that haven’t been roasted. Green coffee contains caffeine, trigonellin, and chlorogenic acid. These compounds are widely used for health both in the form of brewed coffee or supplements.Objective: Analyzing the benefits of green coffee to deal with obesity problems.Method: Literature review using research articles in the last 10 years from 4 databases (ScienceDirect, PubMed, ProQuest, and ResearchGate) using keywords: green coffee, obesity, inflammation, lipid profile, weight, BMI. Study selection was based on the 2009 PRISMA Statement and 24 studies were included in this review.Results: In 22 studies, green coffee can improve body composition (weight, BMI, WC, and body fat percentage), lipid profile (LDL, triglycerides and HDL) and inflammatory conditions in human and mice. Nonetheless, there were 2 studies that didn’t show a significant effect of green coffee on reducing body weight and improving lipid profiles in mice and humans. This is likely due to differences in the source or dose of chlorogenic acid given. In addition, green coffee can be used as an anti-inflammatory because it contains pyrocatechool.Conclusion: Green coffee has therapeutic potential because it contains chlorogenic acid, caffeine, and trigonellin which show remedial effects on body composition, lipid profile and inflammatory conditions.Keywords: Anti-inflammatory; Body composition; Green coffee; Lipid profile; Obesity.ABSTRAKLatar Belakang: Obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi akibat asupan makanan berlebih. Hal tersebut meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Konsumsi kopi hijau berpengaruh terhadap kejadian obesitas, dimana dapat memperbaiki komposisi tubuh, profil lipid, serta respon inflamasi. Kopi hijau didefinisikan sebagai biji kopi yang belum dilakukan proses pemanggangan. Kopi hijau mengandung kafein, trigonelin, dan polifenol dimana senyawa polifenol yang utama terkandung pada kopi hijau adalah asam klorogenat. Senyawa tersebut banyak dimanfaatkan untuk kesehatan baik dalam bentuk bubuk kopi yang diseduh ataupun suplemen.Tujuan: Menganalisis manfaat kopi hijau untuk menangani masalah obesitas.Metode: Literature review menggunakan artikel penelitian dalam 10 tahun terakhir dari 4 database (ScienceDirect, PubMed, ProQuest, dan ResearchGate) menggunakan keywords: green coffee, obesity, inflammation, lipid profile, weight, BMI. Seleksi studi mengacu pada PRISMA Statement 2009 dan ditetapkan 24 studi yang disertakan dalam review ini.Hasil: Pada 22 penelitian, kopi hijau dapat memperbaiki komposisi tubuh (berat badan, IMT, lingkar pinggang, dan persentase lemak tubuh), profil lipid (LDL, trigliserida dan HDL) serta kondisi inflamasi pada subjek manusia dan mencit. Meskipun demikian, terdapat 2 penelitian yang tidak menunjukkan efek signifikan kopi hijau dalam penurunan berat badan dan perbaikan profil lipid pada mencit dan manusia. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya perbedaan sumber atau dosis asam klorogenat yang diberikan. Selain itu, kopi hijau dapat digunakan sebagai anti-inflamasi karena mengandung zat pyrocatechol.Simpulan: Kopi hijau memiliki potensi terapeutik karena mengandung asam klorogenat, kafein, dan trigonelin yang menunjukkan efek perbaikan pada komposisi tubuh, profil lipid dan kondisi inflamasi.Kata kunci: Anti-inflamasi; Komposisi tubuh; Kopi hijau; Obesitas; Profil lipid.
HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN KEPRIBADIAN NEUROTICISM DENGAN PERILAKU EMOTIONAL EATING PADA MAHASISWA GIZI STIKES MITRA KELUARGA Miosan Tasadeva Azalea; Noerfitri Noerfitri
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.37610

Abstract

ABSTRACTBackground: Students are one of the age groups that experience a lot of stress. Most of the stress experienced by students is caused by intrapersonal, interpersonal, academic activities, and environmental problems. Stress can affect eating behavior, someone who is experiencing stress tends not to eat or otherwise will overeat which has an impact on changes in nutritional status. Eating behavior is not only caused by hunger, but there are also other factors that influence it. Several factors that can influence eating behavior are mood, taste, and personality.Objectives: Analyze the relationship between stress levels and neuroticism personality with emotional eating behavior in STIKes Mitra Keluarga nutrition students.Methods: This research is quantitative research with a cross sectional design. The number of samples is 117 students of the S1 Nutrition STIKes Mitra Keluarga study program who were selected using the Simple Random Sampling technique. Data were collected using the Perceived Stress Scale (PSS), Big Five Inventory (BFI), and Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ). Data were analyzed using Chi-Square test.Results: Most of the respondents experienced a high level of stress (70.1%), had a moderate category of neuroticism personality (63.2%), and experienced a high category of emotional eating (52.1%). The significant relationship between variables is proven by the results of bivariate analysis which shows the p-value of each research variable, namely stress level (0.012) and neuroticism personality (0.016).Conclusion: There is a significant relationship between stress levels and neuroticism personality with emotional eating behavior in STIKes Mitra Keluarga nutrition students.Keywords: Emotional eating; Neuroticism personality; stress level. ABSTRAK Latar belakang: Mahasiswa merupakan salah satu kelompok umur yang banyak mengalami stres. Sebagian besar stres yang dialami oleh mahasiswa disebabkan dari masalah intrapersonal, interpersonal, kegiatan akademik, dan lingkungan. Stres dapat mempengaruhi perilaku makan, seseorang yang sedang mengalami stres cenderung tidak selera makan atau sebaliknya akan makan berlebihan yang berdampak pada adanya perubahan status gizi. Perilaku makan tidak hanya disebabkan oleh rasa lapar, tetapi juga terdapat faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku makan adalah suasana hati, selera, dan kepribadian. Tujuan: Menganalisis hubungan antara tingkat stress dan kepribadian neuroticism dengan perilaku emotional eating pada mahasiswa gizi STIKes Mitra Keluarga.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 117 mahasiswa program studi S1 Gizi STIKes Mitra Keluarga yang dipilih dengan teknik Simple Random Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale (PSS), Big Five Inventory (BFI), dan Dutch Eating Behaviour Questionnaire (DEBQ). Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square.Hasil: Sebagian besar responden mengalami stress tingkat berat (70,1%), memiliki kepribadian neuroticism kategori sedang (63,2%), dan mengalami emotional eating kategori tinggi (52,1%). Hubungan yang signifikan antara variabel dibuktikan dengan hasil analisis bivariat yang menunjukkan nilai p-value pada masing-masing variabel penelitian yaitu tingkat stress (0,012) dan kepribadian neuroticism (0,016).Simpulan: Adanya hubungan yang signfikan antara tingkat stress dan kepribadian neuroticism dengan perilaku emotional eating pada mahasiswa gizi STIKes Mitra Keluarga.Kata Kunci: Emotional eating; Kepribadian neuroticism; Tingkat stres
PENGARUH PEMBERIAN FOOD BAR TINGGI SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Theresia Sri Guslin Marbun; Susyani Susyani; Podojoyo Podojoyo
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.35408

Abstract

ABSTRACTBackground: Diabetes mellitus is a significant degenerative disease worldwide with an increasing number. Adequate fiber consumption can help control blood glucose levels. Corn and green beans are high-fiber foods with a low glycemic index.Objective: This study aims to determine the effect of high-fiber food bars on blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus.Method: This type of research is a quasi-experimental pre and post test design with control group. A sample of 60 people was divided into two groups, namely treatment and control using the accidental sampling method. The control group was given food bars 2x25 grams a day for 7 days while the control group was not given food bars. Blood glucose levels were measured before and after the intervention, then analyzed by paired test. The research was conducted at Gelumbang Hospital, Muara Enim Regency in January - May 2022.Results: Data analysis using paired sample t-test obtained the average difference in the decrease in blood glucose levels of the treatment group 51.53 mg/dl (p-value<0.001) and the comparison group 17.17 mg/dl (p-value<0.001). Statistical test results using the independent sample t-test obtained the difference in decreasing blood glucose levels in the treatment group and the control group of 34.367 mg/dl (p-value<0.001).Conclusion: Provision of high-fiber food bars as a substitute for snacks as much as 2x25 grams a day has an effect on reducing blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus.Keywords: Blood glucose level; Diabetes mellitus; Food barABSTRAKLatar belakang: Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang signifikan di seluruh dunia dengan jumlahnya yang terus meningkat. Konsumsi serat yang cukup dapat membantu mengontrol kadar glukosa darah. Jagung dan kacang hijau merupakan salah satu pangan tinggi serat dengan indeks glikemik yang rendah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian food bar tinggi serat terhadap kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2.Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen pre and post test design with control group. Sampel berjumlah 60 orang yang dibagi dua kelompok yaitu perlakuan dan kontrol menggunakan metode accidental sampling. Kelompok kontrol diberikan food bar 2x25 gram sehari selama 7 hari sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan food bar. Kadar glukosa darah diukur sebelum dan setelah intervensi, kemudian dianalisis dengan uji paired test.  Penelitian dilakukan di RSUD Gelumbang Kabupaten Muara Enim pada bulan januari – mei tahun 2022.Hasil: Analisis data menggunakan paired sample t-test diperoleh selisih rata-rata penurunan kadar glukosa darah kelompok perlakuan 51,53 mg/dl (p-value<0,001) dan kelompok pembanding 17,17 mg/dl (p-value<0,001). Hasil uji statstik menggunakan independent sample t-test diperoleh selisih penurunan kadar glukosa darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebesar 34,367 mg/dl (p-value<0,001).Simpulan: Pemberian food bar tinggi serat sebagai pengganti makanan selingan sebanyak 2x25 gram dalam sehari berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2.Kata Kunci: Diabetes mellitus; Food bar; Kadar glukosa darah
KURANGNYA DUKUNGAN SUAMI, RIWAYAT ANEMIA DAN KEK SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEGAGALAN ASI EKSKLUSIF Firdananda Fikri Jauharany; Ardelita Ika Fadhlillah; Agus Sartono
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.37961

Abstract

ABSTRACT Background: The government and various health organizations have recommended and campaigned for the importance of exclusive breastfeeding. However, exclusive breastfeeding is still relatively low to this day. Various factors influencing exclusive breastfeeding include the husband's support, maternal health, and nutritional status.Objectives: This study aims to analyze the history of anemia, history of CED (Chronic Energy Deficiency), and husband's support as risk factors for failure of exclusive breastfeeding.Methods: An analytic study of 60 breastfeeding mothers was conducted to analyze the factors of husband support, history of anemia and CED during pregnancy as risk factors for failure of exclusive breastfeeding. The husband's support and exclusive breastfeeding status were measured through interviews using a questionnaire. A history of anemia and CED can be identified by looking at the records of hemoglobin levels and MUAC (mid-upper arm circumference) in the Maternal and Child Health Book. Data analysis used the Chi-Square and Odd-Ratio tests.Results: The chi-square test showed a significant relationship between the husband's support and the success of exclusive breastfeeding (p<0.001). There was no relationship between the history of CED (p=0.315) and anemia (0.219) with exclusive breastfeeding status. Breastfeeding mothers whose husbands do not support to practice of exclusive breastfeeding are 8.636 times more likely to experience failure in exclusive breastfeeding.Conclusion: Lack of husband support is a risk factor for failure of exclusive breastfeeding.Keywords: Anemia; Chronic energy deficiency; Exclusive breastfeeding; Husband support; ABSTRAK Latar belakang: Pemerintah dan berbagai organisasi kesehatan telah merekomendasikan dan mengkampanyekan pentingnya pemberian ASI eksklusif. Namun, pemberian ASI eksklusif masih tergolong rendah sampai hari ini. Berbagai faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain dukungan suami, kesehatan ibu dan status gizi.Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengkaji riwayat anemia, riwayat KEK (Kekurangan Energi Kronis), dan dukungan suami sebagai faktor risiko kegagalan ASI eksklusif.Metode: Sebuah studi analitik dengan desain kasus kontrol pada 60 ibu menyusui dilakukan untuk mengkaji faktor dukungan suami, riwayat anemia dan KEK selama kehamilan sebagai faktor risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami dan status ASI eksklusif diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Riwayat anemia dan KEK dapat diketahui dengan melihat catatan kadar hemoglobin dan LiLA (Lingkar Lengan Atas) pada Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan Odd-Ratio.Hasil: Uji chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif (p<0,001). Tidak ada hubungan antara riwayat KEK (p=0,315) dan anemia (0,219) dengan status pemberian ASI eksklusif. Ibu menyusui yang tidak didukung suami untuk mempraktikkan ASI eksklusif berisiko 8,636 kali lebih besar mengalami kegagalan dalam memberikan ASI eksklusif.Simpulan: Kurangnya dukungan suami merupakan salah satu faktor risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif.Kata Kunci : Anemia; ASI eksklusif; Dukungan suami; Kekurangan energi kronis
KONSUMSI JAJANAN KAITANNYA DENGAN ASUPAN GULA, GARAM, LEMAK PADA REMAJA JEPARA SELAMA PANDEMI COVID-19. Dzakiyya Sabriani Maziyah; Teddy Wahyu Nugroho; A. Fahmy Arif Tsani; Fillah Fithra Dieny
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.35679

Abstract

ABSTRACTBackground: The current COVID-19 pandemic has led Indonesia’s government to impose quarantine rules on their citizens. The consequence was a change in lifestyle and eating habits that strongly supported the populace in order to consume more food.Objectives: The study was to establish the relationship between foods consumed with sugar, salt, and fat intake during covid-19 pandemic in adolescents.Methods: An analytical observational study with cross sectional design. The research was conducted by online with 84 adolescents by simple random sampling in Jepara district. Data on snack consumption habits was obtained through a questionnaire from the Google form application. Data of snack consumption habits was obtained through a questionnaire from the Google form application. Data of snack and sugar, salt, and fat intake obtained through food frequency questionnaire (FFQ). Data were analyzed by chi square.Results: All respondence had poor snack consumption habits 91.7%, with excess sugar intake 89,3%, excess salt intake 66.7%, and excess fat intake 71%. Analyzed results obtained there were relation snack consumption habits and sugar intake (p<0.001), with salt intake (p=0.002), with fatty intake (p<0.001). Conclusion: There were correlation between snack consumption habits and intake of sugar, salt and fat during the covid-19 pandemic in adolescents.  Keywords: Adolescents; Covid-19; Snack consumption; Sugar intake. ABSTRAKLatar belakang: Pandemi Covid-19 menyebabkan pemerintah Indonesia menetapkan aturan karantina pada warganya. Konsekuensinya adalah perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang sangat mendukung masyarakat untuk lebih banyak mengonsumsi makanan jajanan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan jajanan dengan asupan gula, garam, dan lemak pada saat pandemi covid-19 pada remaja.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan secara online dengan metode pengambilan sampel Simple Random Sampling diperoleh 84 remaja usia 10-19 tahun di kecamatan Jepara. Data kebiasaan konsumsi jajan diperoleh melalui kuesioner dari aplikasi google form. Data konsumsi jajan dan asupan gula, garam, lemak diperoleh melalui semi quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ). Analisis menggunakan uji Chi-Square.Hasil: Sebanyak 91,7% responden memiliki kebiasaan jajan yang tidak baik dengan asupan gula berlebih 89,3%, asupan garam berlebih 66,7%, dan asupan lemak berlebih 71%. Hasil uji menunjukkan terdapat hubungan antara konsumsi jajanan dengan asupan gula (p<0,001), dengan asupan garam (p=0,002), dengan asupan lemak (p<0,001).Simpulan: Terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi jajanan dengan asupan gula, garam, dan lemak selama pandemi covid-19 pada remaja. Kata kunci: Asupan gula; Covid-19; Konsumsi jajan; Remaja
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, PERSEN LEMAK TUBUH, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH REMAJA Naintina Lisnawati; Florentina Kusmiyati; Bagus Herwibawa; Budi Adi Kristanto; Anggit Rizkika
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.36662

Abstract

ABSTRACT Background: Adolescent blood sugar levels in Indonesia can be influenced by nutritional status and body composition. Adolescents with obesity and low levels of physical activity, were at risk of having high blood sugar levels. Objectives: The purpose of this study was to analyze the correlation between body mass index, percent body fat, physical activity and adolescent blood sugar levels Methods: This research was an analytic observational study with a cross sectional design. The subjects in this study were 27 students at one of the univercity in Central Java with an age range of 18-23 years who were taken by purposive sampling. Blood sugar variables were measured using instantaneous blood sugar measurements with an easy touch glucometer. Body fat percentage was measured using a Bio Impedance Analyzer (BIA). Body weight was measured using a digital scale, height was measured using a microtoise. Physical activity levels were measured using the physical activity level (PAL) recall form. Meanwhile, the data on the characteristics of the subjects were collected through a questionnaire. Data analysis used in this study was Kendall's tau-b, Mann Whitney-U and Independent Sample T-test.Results: The blood sugar levels in this study were all in the normal category. The mean blood sugar level for teenagers is 110.56 ± 21.66. Most of the body mass index (55.6%) of adolescents are included in the normal category. The majority of adolescents have a body fat percentage category of overweight as much as 37% and obesity as much as 37%. Based on the results of the analysis, it was found that there was no relationship between percent body fat, BMI, and physical activity with sugar levels.Meanwhile, there was a correlation between age and blood sugar levels (p= 0.012 r=0.380). In addition, there was a difference in the average percentage of body fat for male and female where female have more fat than male.Conclusion: Body mass index, percent body fat, and physical activity are not related to blood sugar levels. Age is another variable in this study that is related to blood sugar levels Keywords: Adolescents; Body fat percent; Blood sugar; BMI; Physical activityABSTRAK Latar belakang: Kadar gula darah remaja di Indonesia dapat dipengaruhi oleh status gizi dan komposisi tubuh. Remaja dengan status gizi obesitas berisiko memiliki kadar gula darah yang tinggi. Tingkat aktivitas fisik remaja yang rendah juga berisiko meningkatkan kadar gula darah.Tujuan: Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, dan aktivitas fisik dengan kadar gula darah remaja.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah berjumlah 27 orang dengan rentang usia 18-23 tahun yang diambil secara purposive sampling. Variabel gula darah diukur menggunakan pengukuran gula darah sesaat dengan easy touch glucometer. Persen lemak tubuh diukur dengan Bio Impedance Analyzer (BIA). Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan digital, tinggi badan diukur menggunakan microtoise. Tingkat aktivitas fisik diukur menggunakan form recall physical activity level (PAL).  Sedangkan data karakteristik subjek dikumpulkan melalui kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kendall’s tau-b, Mann Whitney U, dan Independen Sample T-test.Hasil: Kadar gula darah semaja dalam penelitian ini seluruhnya dalam kategori normal. Rerata kadar gula darah sesaat remaja adalah 110,56 ± 21,66. Sebagian besar (55,6%) indeks massa tubuh remaja termasuk dalam kategori normal. Sebagian besar remaja memiliki kategori persen lemak tubuh overweight sebanyak 37% dan obesitas sebanyak 37%. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara persen lemak tubuh, IMT, dan aktivitas fisik dengan kadar gula darah. Namun, ada hubungan antara usia dengan kadar gula darah (p= 0,012  r=0,380).Simpulan:  Indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, dan aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kadar gula darah, terdapat variabel lain dalam penelitian ini yang berhubungan dengan kadar gula darah yaitu usia.Kata Kunci : Aktivitas fisik; Gula darah; IMT; Persen lemak tubuh; Remaja 
EFEKTIVITAS BERBAGAI JENIS METODE PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS KADER POSYANDU DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING PADA BALITA Azka Khansa Hanifah; Yayuk Hartriyanti
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.36823

Abstract

ABSTRACT Background: Stunting is a chronic nutritional problem that happens to toddlers in the world nowadays. One of the efforts to prevent stunting is performed by integrated health service (Posyandu) cadres with good capacity to provide optimal services at Posyandu. One way to increase the capacity of cadres is by providing education through various training methods and media.Objectives: In this literature review, various types of cadre capacity building methods will be analyzed to find out which method is the most effective and the best to affect cadre capacity.Methods: The analysis of the literature review was carried out by searching for specific keywords through the Google Scholar electronic database from 2019 – 2021 with various inclusion and exclusion criteria. The effectiveness of various training methods was analyzed based on the p-value and the percentage difference between before and after the training intervention. Results: Various types of capacity can be identified as outcomes, including knowledge, attitudes, skills, performance, and self-efficacy of cadres. The combination of lectures with focus group discussions (FGD) and lectures with audiovisual media is the most effective method for increasing knowledge. Meanwhile, lectures with booklets combined with brainstorming and practice are an effective method for improving attitudes and skills of the cadres. Conclusion: Posyandu cadre training strategies in order to increase capacity can be carried out by utilizing various combinations of methods that act as a stimulus for more than one sense, this can increase the ability of Posyandu cadres to receive and understand information related to stunting. Therefore the role of preventing stunting by Posyandu cadres can be maximized.Keywords: Cadres capacity; Stunting; Training methods ABSTRAKPendahuluan: Stunting adalah masalah gizi kronis yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Upaya pencegahan stunting salah satunya diperankan oleh kader Pos pelayanan terpadu (Posyandu) yang perlu memiliki kapasitas baik agar dapat memberikan pelayanan optimal di Posyandu. Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas kader adalah dengan memberikan pelatihan atau pendidikan melalui berbagai metode dan media pelatihan.Tujuan: Literature review ini bertujuan untuk mengetahui metode peningkatan kapasitas kader yang paling efektif dalam memengaruhi kapasitas kader, meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap, self-efficacy, dan performa.Metode: Analisis kajian literature review dilakukan melalui pencarian kata kunci spesifik melalui database elektronik Google Scholar dari tahun 2019 – 2021 dengan berbagai kriteria inklusi dan eksklusi. Efektivitas berbagai metode pelatihan dianalisis berdasarkan p-value dan persentase besar perubahan antara sebelum dan setelah interversi pelatihan.Hasil: Dapat diidentifikasi berbagai jenis kapasitas yang menjadi outcome penelitian, meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan, performa, dan self-efficacy dari kader. Kombinasi ceramah dengan focus group discussion (FGD) dan ceramah dengan pemutaran video merupakan metode yang paling efektif dalam meningkatkan pengetahuan. Ceramah dengan pemberian booklet yang disertai brainstorming dan praktik merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan sikap dan keterampilan.Simpulan: Strategi pelatihan kader Posyandu dalam rangka meningkatkan kapasitas dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai kombinasi metode sekaligus yang berperan sebagai pemberi stimulus lebih dari satu panca indera, hal ini dapat meningkatkan kemampuan kader dalam menerima dan memahami informasi terkait stunting.Kata kunci: Metode pelatihan; Kapasitas kader; Stunting
NUTRIENT DENSITY COOKIES RUTF (READY TO USE THERAPEUTIC FOOD) DARI PANGAN LOKAL UNTUK INTERVENSI BALITA WASTING Ria Ambarwati; Vera Asti Rahmawati; Fitriani Fitriani
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.37832

Abstract

ABSTRACT Background: Ready to Use Therapeutic Food (RUTF) is recommended in giving interventions to toddlers with uncomplicated wasting. Kepok banana (Musa paradisiaca L) and peanuts (Arachis hypogaea L) are local food ingredients that are easily available and processed into RUTF as an alternative to RUTF-WHO.Purpose: Developing RUTF from local food with nutrient density that meets RUTF-WHO standards, and has organoleptic characteristics that are acceptable to toddlers.Methods: Experimental research with completely randomized design with 2 repetitions. The research was divided into three stages, namely developing RUTF cookies with the main ingredient kepok banana flour with variations of peanut substitution 100 grams, 125 grams and 150 grams, nutritional value analysis, acceptance testing using 25 somewhat trained panelists and 20 toddlers aged 2-5 year. Analysis of nutritional value data was tested by ANOVA, the acceptance test of somewhat trained panelists was tested by Friedman and the acceptance test on toddlers was analyzed descriptively.Results: The higher the substitution of peanuts increased the levels of energy, protein, fat, and carbohydrates in RUTF cookies (per 100 grams), however, it could not reach the RUTF-WHO standard. The higher the substitution of peanuts, the higher the distinctive aroma and taste of peanuts, the texture is not too crunchy, and the color is darker. There was no difference in the acceptability of cookie panelists under five RUTF F1 and F2.Conclusion: RUTF Cookies F1 and F2 can be recommended as variations of RUTF. Further research is needed by modifying the amount and composition of ingredients to increase the energy, fat and carbohydrate levels of RUTF cookies. Keywords: Cookies; Kepok banana; Peanuts; RUTF.ABSTRAKLatar Belakang: Ready to Use Therapeutic Food (RUTF) direkomendasikan dalam pemberian intervensi pada balita wasting tanpa komplikasi. Pisang kepok (Musa paradisiaca L) dan kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan bahan pangan lokal yang mudah didapatkan dan diolah menjadi RUTF sebagai alternatif pengganti RUTF-WHO.Tujuan: Mengembangkan RUTF dari pangan lokal dengan densitas zat gizi yang memenuhi standar RUTF-WHO, serta memiliki karakteristik organoleptik yang dapat diterima oleh balitaMetode: Penelitian eksperimen dengan desain Rancangan Acak Lengkap 2 kali ulangan. Penelitian terbagi menjadi tiga tahap, yaitu pengembangan cookies RUTF dengan bahan utama tepung pisang kepok dengan variasi substitusi kacang tanah 100 gram, 125 gram dan 150 gram, analisis nilai gizi, pengujian daya terima menggunakan 25 panelis agak terlatih dan 20 balita usia 2 – 5 tahun. Analisis data nilai gizi diuji dengan ANOVA, Uji daya terima panelis agak terlatih diuji dengan Friedman dan uji daya terima pada balita dianalisis secara deskriptif.Hasil: Semakin tinggi substitusi kacang tanah meningkatkan kadar energi, protein, lemak, dan karbohidrat cookies RUTF (per 100 gram), akan tetapi belum dapat mencapai standar RUTF-WHO. Semakin tinggi substitisi kacang tanah memberikan aroma dan rasa khas kacang tanah yang lebih tinggi, tekstur yang tidak terlalu renyah, dan warna yang lebih gelap. Tidak terdapat perbedaan daya terima panelis balita cookies RUTF F1 dan F2.Simpulan : Cookies RUTF F1 dan F2 dapat direkomendasikan sebagai variasi RUTF. Perlu penelitian lanjutan dengan melakukan modifikasi jumlah maupun komposisi bahan untuk meningkatkan kadar energi, lemak dan karbohidrat cookies RUTFKata Kunci: Cookies; Kacang tanah; Pisang kepok; RUTF.
HUBUNGAN SCREEN TIME, AKTIVITAS FISIK, DAN BEBAN KERJA PADA IBU BEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF-DIRECT BREASTFEEDING SAAT PANDEMI COVID-19 Kristina Magdalena; Megah Stefani
Journal of Nutrition College Vol 12, No 2 (2023): April
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i2.37666

Abstract

ABSTRACTABSTRACT Background: Work from home (WFH) has various positive and negative impacts. Working mothers have enough time for their families. One of which is exclusive breastfeeding for their babies. However, the transition of work patterns to WFH can increase device usage or screen time among working mothers. So, it affects lifestyle behaviors related to physical activity. In addition, the workload during WFH tends to be higher and it affects mothers in carrying out their roles as mothers and employees. Obejective: This study aims to determine the association between screen time, physical activity, and workload among working mothers with exclusive breastfeeding through direct breastfeeding and mixed breastfeeding during the Covid-19 pandemic.Methods: This research was conducted on 27 breastfeeding mothers with≥ 6 months and ≤ 2 years old children. This research design is a cross-sectional study and sampling techniques using purposive sampling. Data analysis using spearman rank correlation. Results: Results reveal that there is no association between screen time (television, laptop or computer, and smartphone) with the breastfeeding method with p>0,05 (p-value = 0.239; p-value = 0.403; p-value= 0.714) and there is no association between physical activity with screen time (TV, laptop or computer, and smartphone) with p>0,05 (p-value = 0.692; p-value = 0.277; p-value = 0.239). But, there is an association between workload and breastfeeding through direct breastfeeding and mixed breastfeeding with p<0.05 (p=0.036). Conclusion:  Screen time and breastfeeding methods have no association. There is also no association between screen time and physical activity. However, there is an association between workload and breastfeeding methods in direct breastfeeding and mixed breastfeeding. Keywords : Breastfeeding methods; Exclusive breastfeeding; Physical Activity; Screen time; WorkloadABSTRAKLatar belakang: Work from Home (WFH) memiliki berbagai dampak positif dan negatif. Ibu yang bekerja secara WFH cenderung memiliki waktu yang cukup untuk keluarga salah satunya yaitu pemberian ASI eksklusif bagi bayinya. Namun, transisi pola kerja ke WFH dapat meningkatkan penggunaan perangkat berlayar atau screen time pada ibu bekerja sehingga memengaruhi perilaku gaya hidup yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Selain itu, beban kerja saat WFH cenderung lebih tinggi sehingga memengaruhi ibu dalam menjalankan peran menjadi ibu dan pekerja.Tujuan: mengetahui hubungan screen time, aktivitas fisik, dan beban kerja pada ibu bekerja terhadap pemberian ASI eksklusif secara direct breastfeeding dan mixed breastfeeding saat pandemi covid-19.Metode: Metode penelitian ini dilakukan kepada 27 ibu menyusui yang bekerja WFH dan memiliki bayi berusia ≥ 6 bulan dan ≤ 2 tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan penentuan subjek secara purposive. Analisis data menggunakan uji spearman rank correlation.Hasil:  tidak terdapat hubungan antara screen time (TV, laptop atau komputer, dan handphone) dengan metode menyusui dengan nilai p>0,05 (p-value = 0,239; p-value = 0,403; p-value=0,714) dan tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan screen time TV, laptop atau komputer, dan handphone dengan nilai p>0,05 (p-value = 0,692; p-value = 0,277; p-value = 0,239). Terdapat hubungan antara beban kerja dengan metode menyusui secara direct breastfeeding dan mixed breastfeeding dengan p-value = 0,036.Simpulan: Screen time dan metode menyusui tidak memiliki hubungan. Tidak terdapat juga hubungan antara screen time dengan aktivitas fisik. Namun, terdapat hubungan antara beban kerja dengan metode menyusui secara direct breastfeeding dan mixed breastfeeding.Kata kunci : ASI eksklusif; Aktivitas fisik; Beban kerja; Metode pemberian ASI; Screen time

Page 1 of 1 | Total Record : 10