cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Media Gizi Mikro Indonesia
ISSN : 20865198     EISSN : 23548746     DOI : -
Core Subject : Health,
Media Gizi Mikro Indonesia (Indonesian Journal of Micronutrient) is a scientific journal published periodically by the Center for Research and Development of Iodine Deficiency Disorders (BPP GAKI), regularly twice a year. A paper published in the form of text / article the results of research and development, the results of scientific analysis of secondary data, a summary of the current topics in the field of Micronutrients. Editor receives manuscripts / articles, both from researchers at BPP GAKI and outside. The journal has been accredited Indonesian Institute of Sciences (LIPI).
Arjuna Subject : -
Articles 93 Documents
HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN (B6, B12, ASAM FOLAT), OLAHRAGA DAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016 Laras Sitoayu; Putri Rahayu
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.153 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.1442

Abstract

Latar Belakang. Tidur merupakan salah satu kebutuhan fisiologis bagi manusia dan merupakan suatu keadaan alami yang terjadi karena perubahan status kesadaran, ditandai dengan penurunan pada kesadaran serta respon. Dewasa awal (mahasiswa) merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan masalah tidur karena memiliki aktivitas yang tinggi. Tidur yang tidak berkualitas dapat menurunkan kemampuan konsentrasi belajar, peningkatan berat badan, dan penyakit degeneratif. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan vitamin (B6, B12, Asam Folat), olahraga dengan kualitas tidur pada mahasiswa Universitas Esa Unggul. Metode. Rancangan penelitian menggunakan desain cross-sectional. Responden yang dipilih secara proporsi sampling berjumlah 75 orang. Analisis data menggunakan chi square dan regresi logistik ganda. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan vitamin (B6, B12, asam folat) responden pada penelitian kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG), dan tingkat olahraga pada responden tergolong kurang. Hasil uji statistik menyatakan bahwa ada hubungan asupan vitamin B6 dengan kualitas tidur (p<0,01), ada hubungan asupan vitamin B12 dengan kualitas tidur (p=0,05), tidak ada hubungan asupan vitamin asam folat dengan kualitas tidur, dan untuk variabel olahraga dengan kualitas tidur memiliki hubungan paling signifikan dibandingkan dengan variabel lainnya (p<0,01). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang dominan adalah olahraga dengan OR=0,127. Kesimpulan. Asupan zat gizi mikro (B6, B12, B9) pada mahasiswa Prodi Gizi tergolong kurang dari AKG dikarenakan minimnya daya beli makanan yang bergizi sehingga berpengaruh terhadap kualitas tidur yang buruk, hal ini juga berkaitan dari akibat kurangnya olahraga. Mahasiswa perlu memperhatikan asupan zat gizi mikro, olahraga, dan kualitas tidur agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan yang berkepanjangan.
THE RELATION BETWEEN GUT MICROBIOTA AND OBESITY AMONG CHILDREN IN WEST LOMBOK, WEST NUSA TENGGARA, INDONESIA Siti Helmyati; Setyo Utami Wisnusanti; Maria Wigati; Endri Yuliati
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.76 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.1738

Abstract

Background. Obesity in children makes the higher risk of micronutrients deficiency, increase profile lipid, and promote cell inflammation. Some studies report that gut microbiota may have roles in body metabolism include obesity. Our study aimed to compare the number of Lactobacillus, Bifidobacteria, Escherichia coli, and Enterobacter between obese, normal, and wasted children. Methods. The study was performed in 115 healthy children in West Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia. The total number of bacteria was counted using a culture technique with selective media and total plate count method. Dietary intake assessed to all subjects using a semi-quantitative food frequency questionnaire. Data were analyzed using one-way ANOVA between three groups. Results. The result showed a significant difference in the number of Escherichia coli between obese, normal, and wasted children (p= 0.02), meanwhile there were no significant differences of dietary intake and the number of Lactobacillus, Enterobacter, and Bifidobacteria between the three groups. A potential mechanism by which dysbiosis may cause obesity is its ability to produce short-chain fatty acid (SCFA) by fermentation in the colon. It may increase gut permeability, ghrelin secretion, or bind to toll-like-receptor which leads to enhancement of free fatty acid, cholesterol, and adipose tissue synthesis. Conclusion. Dysbiosis often happened in obese children. Obese children tend to have an imbalance of gut microbiota. However, it needs further study to assess the effects of certain gut microbiota on dietary intake and their effects on obesity cases among children. Keywords: children, dysbiosis, gut microbiota, obesity
PROFIL KONSUMSI ZAT GIZI PADA WANITA USIA SUBUR ANEMIA Enggar Wijayanti; Ulfa Fitriani
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.21 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.2166

Abstract

Latar Belakang. Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak terjadi di negara berkembang. Faktor gizi yang turut berkontribusi terhadap kejadian anemia diantaranya adalah kurangnya asupan zat gizi yang memengaruhi pembentukan Hemoglobin (Hb) pada penderita anemia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin C, vitamin A, dan seng pada subjek penderita anemia dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang diduga menjadi faktor penyebab anemia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Anemia” yang dilakukan pada bulan Maret-Desember 2018. Jumlah subjek sebanyak 83 orang dengan rentang usia 16-49 tahun. Data konsumsi makanan dikumpulkan dengan wawancara menggunakan food recall 24 jam dan selanjutnya dianalisis dengan program Nutrisurvey. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki status gizi normal. Tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng subjek kurang dari AKG, konsumsi energi dalam kategori cukup, dan konsumsi protein, vitamin A serta vitamin C lebih dari AKG. Hasil uji bivariat chi-square menunjukkan tidak ada korelasi yang bermakna antara status anemia dengan konsumsi zat gizi (p>0,05). Kesimpulan. Wanita usia subur (WUS) yang menderita anemia rata-rata memiliki tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng kurang dari AKG
HUBUNGAN PENGETAHUAN MAKANAN SUMBER ZAT BESI DENGAN STATUS ANEMIA PADA IBU HAMIL Noviati Fuada; Budi Setyawati; Salimar Salimar; Rina Purwandari
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.121 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.2324

Abstract

Latar Belakang. Anemia menentukan status kesehatan wanita. Ibu hamil perlu mengetahui masalah anemia, sebab akibat, termasuk sumbe r makanan pencegah anemia. Pada tahun 2013 ibu hamil di Indonesia menderita anemia sebesar 37,1 persen, naik menjadi 48,9 persen tahun 2018. Tujuan. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang makanan sumber zat besi dengan status anemia pada ibu hamil. Metode. Desain penelitian cross-sectional dengan analisis regresi logistik. Responden sebanyak 96 ibu hamil merupakan responden pada database (populasi 134 ibu hamil) studi kohort pada tahun 2012 di Kecamatan Ciwaringin dan Kebon Kelapa, Kota Bogor. Hasil. Terdapat hubungan yang bermakna antara status anemia pada ibu hamil dengan pengetahuan makanan sumber zat besi kelompok daging (0,037), kelompok sayuran (0,036), dan tablet Fe (0,024). Sebaliknya tidak terdapat hubungan yang bermakna pada kelompok serat buah (1,000) dan kacang-kacangan (0,762). Hasil analisis multivariat menunjukkan dua variabel yang berhubungan yaitu pengetahuan makanan sumber zat besi kelompok sayuran dan tablet Fe. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan status anemia pada ibu hamil adalah pengetahuan makanan sumber zat besi kelompok sayuran. Efek dari hubungan pengetahuan konsumsi sayur dengan anemia ibu hamil tidak berbeda pada mereka yang berpengetahuan dan tidak berpengetahuan konsumsi tablet Fe. Kesimpulan. Pengetahuan tentang makanan sumber zat besi berhubungan dengan status anemia. Dua variabel yang paling signifikan berhubungan adalah pengetahuan konsumsi sayuran dan konsumsi tablet Fe.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK WANITA USIA SUBUR TENTANG GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM Asih Setyani; Cati Martiyana; Diah Yunitawati; Slamet Riyanto; Ika Puspita Asturiningtyas
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.879 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.2495

Abstract

Latar Belakang. Kekurangan iodium merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara di dunia.WUS dan ibu hamil membutuhkan iodium yang cukup untuk mempersiapkan kehamilan dan perkembangan janin. Salah satu penyebab kekurangan iodium di beberapa negara adalah rendahnya pengetahuan tentang GAKI dan kurangnya strategi komunikasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang GAKI. Pemberdayan masyarakat sangat penting dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Tahapan yang dilakukan meliputi identifikasi masalah yang dihadapi, identifikasi potensi yang dimiliki, merencanakan, dan melakukan pemecahan dengan memanfaatkan potensi setempat. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan GAKI terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik WUS tentang GAKI. Metode. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan pre-test post-test control group design. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposif di Desa Pulosaren, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo. Penelitian dilakukan mulai Januari sampai dengan Desember 2016. Sampel adalah 47 WUS sebagai kelompok intervensi, dan 47 WUS sebagai kelompok kontrol berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu di setiap dusun. Intervensi dalam penelitian ini adalah penerapan model pemberdayaan masyarakat meliputi 3 kegiatan: penyuluhan mengenai GAKI kepada WUS, pemantauan garam beriodium, dan pengenalan tanda kasus GAKI dengan neonatal hypothiroidism index (NHI). Intervensi dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan. Setiap kegiatan dilakukan sebanyak 2 kali pada Mei dan November 2016. Hasil. Analisis menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dalam pengetahuan dan peningkatan yang signifikan dalam praktik (p< 0,05) pada kelompok intervensi. Tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok setelah intervensi pada perubahan sikap (p< 0,05). Kesimpulan. Model pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan GAKI berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan praktik WUS tentang GAKI, tetapi tidak berpengaruh terhadap sikap WUS tentang GAKI.
KARAKTERISTIK SOSIAL KELUARGA, FUNGSI TIROID, DAN RISIKO ANEMIA PADA BALITA DI DAERAH REPLETE GAKI Yusi Dwi Nurcahyani; Suryati Kumorowulan; Leny Latifah; Diah Yunitawati; Cati Martiyana
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.356 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.2498

Abstract

Latar Belakang. Sepertiga populasi dunia menderita anemia, setengahnya karena defisiensi zat besi. Prevalensi anemia pada balita di Indonesia meningkat menjadi 38,5 persen. Faktor yang berhubungan dengan anemia pada balita sangat kompleks dan multidimensional. Di satu sisi, anemia juga dapat mengganggu fungsi tiroid. Anemia di daerah replete GAKI mempunyai efek merugikan pada fungsi tiroid. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan status anemia pada balita dan hubungan fungsi tiroid dengan anemia di daerah replete GAKI. Metode. Penelitian potong lintang yang dilakukan pada 229 balita berusia 6 – 48 bulan (93 anemia, 136 normal) yang tinggal di daerah replete GAKI. Karakteristik subjek diperoleh dengan cara wawancara. Pengukuran antropometri dilakukan untuk menghitung status gizi balita. Sampel darah dianalisis untuk pemeriksaan fT4, TSH, dan hemoglobin. Dikategorikan anemia apabila kadar hemoglobin <110 g/L untuk anak usia 6-48 bulan. Hasil. Diketahui 93 (40,6%) balita menderita anemia dan disfungsi tiroid paling banyak adalah hipotiroid subklinik (12,6%) balita. Variabel dominan yang memengaruhi status anemia adalah umur balita, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan kategori dari kadar TSH. Balita berumur 24–35 bulan mempunyai risiko 4,6 kali menderita anemia dibandingkan balita berumur 6–11 bulan. Balita dengan ibu berpendidikan rendah mempunyai risiko 8,6 kali menderita anemia dibandingkan ibu berpendidikan tinggi. Balita dengan hipertiroid subklinik mempunyai risiko 8,3 kali menderita anemia dibandingkan balita eutiroid. Kesimpulan. Penelitian ini menemukan prevalensi anemia yang tinggi pada balita di daerah replete GAKI. Anak-anak dengan hipertiroid subklinik, usia 24-35 bulan, dan memiliki ibu dengan pendidikan rendah berhubungan dengan tingginya risiko kejadian anemia di daerah replete GAKI
HUBUNGAN STATUS IODIUM DENGAN FUNGSI TIROID DI KOTA YOGYAKARTA, KABUPATEN PURWOREJO, DAN KOTA BUKITTINGGI Suryati Kumorowulan; Sri Nuryani Wahyuningrum; Ina Kusrini; Prihatin Broto Sukandar; Hastin Dyah Kusumawardani; Slamet Riyanto; Ernani Budi Prihatmi; Sudarinah Sudarinah; Dwi Mulyani; Beta Dwi Astuti; Nur Asiyatul Janah
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.619 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v11i1.2530

Abstract

Latar Belakang. Iodium merupakan bahan esensial yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk hormon tiroid. Kecukupan iodium dapat dilihat dari status iodium yaitu kadar iodium urine (UIE) dan kadar tiroglobulin. Status iodium sangat memengaruhi regulasi hormon tiroid dimana kadar TSH dan FT4 sangat berperan dalam mekanisme fungsi tiroid. Defisiensi iodium merupakan permasalahan yang laten sehingga sewaktu-waktu dapat muncul kembali. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan status iodium dengan indikator fungsi tiroid di daerah dengan riwayat kecukupan iodium yang berbeda–beda. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional pada wanita usia subur (WUS) umur 15 sampai 45 tahun di Kota Yogyakarta, Kabupaten Purworejo, dan di Kota Bukittinggi. Besar sampel setiap daerah sebanyak 120 WUS, sehingga total sampel adalah 360 WUS. Variabel yang diukur adalah IMT, TSH, FT4, UIE, dan tiroglobulin. Pengukuran kadar TSH dan FT4 serta tiroglobulin menggunakan metode ELISA sedangkan pengukuran kadar UIE dengan metode spektrofotometri. Hasil. Fungsi tiroid dilihat dari kadar TSH dan FT4 mayoritas normal pada ketiga daerah tersebut. Status iodium dilihat dari kadar median UIE di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo lebih dari normal, sedangkan di Kota Bukittinggi median UIE < 90 persen atau defisiensi iodium ringan dengan proporsi iodium <50 µg/L lebih dari 20 persen. Terdapat hubungan yang signifikan antara TSH dengan UIE dan tiroglobulin di Kabupaten Purworejo. Kesimpulan. Defisiensi iodium masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kota Bukittinggi. Terdapat hubungan yang bermakna antara status iodium dengan fungsi tiroid di Kabupaten Purworejo.
Front Matter Desember 2019 mgmi managerxot
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.788 KB)

Abstract

Back Matter Desember 2019 mgmi managerxot
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 11 No 1 (2019): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2019
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.492 KB)

Abstract

SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS INSTRUMEN SKRINING HIPOTIROID UNTUK DIAGNOSIS HIPOTIROID PADA ANAK BATITA DI DAERAH ENDEMIK GAKI Yusi Dwi Nurcahyani; Donny Kristanto Mulyantoro; Prihatin Broto Sukandar; Mohamad Samsudin; Nur Ihsan
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 8 No 2 (2017): Media Gizi Mikro Indonesia Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.224 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v8i2.520

Abstract

Latar Belakang. Penemuan kasus dan pengobatan dini hipotiroid pada anak batita sangat penting karena keterlambatan hal tersebut menyebabkan kelainan intelektual dan atau fungsi neurologis yang menetap. Penegakan diagnosis hipotiroid lebih akurat dengan pemeriksaan laboratorium, tetapi akan mahal dan kurang praktis jika di lakukan di lapangan. Instrumen skrining hipotiroid dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendeteksi hipotiroid pada anak batita. Instrumen seharusnya mudah, murah, dan memberikan hasil diagnostik yang dapat diandalkan. Tujuan. Tujuan penelitian untuk mendapatkan sensitifitas dan spesifisitas instrumen skrining hipotiroid. Metode. Penelitian observasional dengan desain uji diagnostik ini dilakukan di kabupaten Magelang, Wonosobo, Temanggung, Purworejo, Situbondo dan Jember, selama 10 bulan. Variabel yang dianalisis adalah 26 gejala hipotiroid pada anak batita. Baku emas berdasarkan pemeriksaan laboratorium kadar TSH dan fT4. Analisis untuk mendapatkan nilai sensitifitas dan spesitifitas dilakukan tabulasi silang dengan tingkat kemaknaan 5%. Hasil. Nilai sensitivitas dan spesifisitas instrumen skrining hipotiroid (ISH) dengan cut off >5 dibandingkan dengan baku emas rendah (Se 26,3, Sp 90,3; area under curve (AUC) 58,3%). Kekuatan hubungan antara skor ISH dengan cut off >5 dibandingkan baku emas adalah OR 3,329 (1,621-6,835; 95% CI). Uji multivariat mengoreksi probabilitas anak batita yang mempunyai skor ISH >5 untuk menjadi hipotiroid 2,253 (1,011-5,022 95% CI) dan terjadi peningkatan area under the curve (AUC) menjadi 70%. Kesimpulan. Instrumen skrining hipotiroid pada anak batita kurang sensitif dan kurang spesifik untuk mendiagnosis hipotiroid.

Page 1 of 10 | Total Record : 93