cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
JOGED
ISSN : 18583989     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
JOGED merangkai beberapa topik kesenian yang terkait dengan fenomena, gagasan konsepsi perancangan karya seni maupun kajian. Joged merupakan media komunikasi, informasi, dan sosialisasi antar insan seni perguruan tinggi ke masyarakat luas.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 1 (2023): APRIL 2023" : 7 Documents clear
HAMBARUAN Koreografi yang Terinspirasi dari Spirit Bawi Kameloh dalam Diri Perempuan Dayak Yulistia Yarno Putri
Joged Vol 21, No 1 (2023): APRIL 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v21i1.9657

Abstract

RINGKASANHambaruan merupakan karya tari video berdurasi 9 menit 50 detik yang diambil menggunakan teknik one shot. Terinspirasi dari sosok Bawi Kameloh, sosok mitos dalam masyarakat suku Dayak, Kalimantan Tengah. Dikatakan bahwa entah disadari atau tidak, sosok tersebut hidup dalam alam pikiran masyarakat Dayak terutama kaum perempuan. Mengacu pada pengalaman pribadi secara spiritual ‘bertemu’ sosok Bawi Kameloh, karya tari video ini diciptakan dalam bentuk koreografi tunggal menggunakan tipe tari dramatik. Tipe dramatik berkaitan dengan kesan karakter sosok Bawi Kameloh yang dirasakan ketika ‘melihat’ Bawi Kameloh menari, terlihat begitu lembut dan kuat di atas sebuah gong. Terkesan dengan ‘pertemuan’ tersebut, karya tari video ini mewujudkan spirit sosok Bawi Kameloh tersebut. Dengan menggunakan metode penciptaan yang disampaikan Hawkins, motif gerak tari Bahalai, tari tradisi Kalimantan Tengah, yaitu malilik, malingker, nganyang dan malembai digunakan sebagai motif awal dan dikembangkan melalui eksplorasi berulang kali, dilanjutkan melakukan improvisasi untuk menemukan varian bentuk dan rasa gerak sesuai tema tari, selanjutnya dikomposisikan menjadi karya tari video.ABSTRACTHambaruan is a video dance artwork with a duration of 9 minutes 50 seconds which was taken using the one-shot technique. It is highly inspired by the figure of Bawi Kameloh, a mythical figure in the Dayak community, Central Kalimantan. It is believed that the figure lives in the minds of the Dayak people, especially women, whether they are conscious of it or not. Hambaruan in Dayak Ngaju language means life, soul, or spirit. The spirit of Bawi Kameloh is interpreted as one of the ideal examples that shapes the soft character of Dayak women and is manifested intothe character of Dayak female dancers, especially the choreographer. Referring to the personal experience of spiritually 'encountering' the figure of Bawi Kameloh, this video dance artwork was created in the form of a solo choreography using a dramatic dance as its type. The dramatic type relates to the impression of the character of Bawi Kameloh's figure when the choreographer 'saw' Bawi Kameloh dancing, looking so soft but also strong on the top of a gong. Impressed with this 'encounter', this artwork then embodies the spirit of the figure of Bawi Kameloh based on the acquired impression. Using the creation method as proposed by Hawkins, the motifs of Bahalai dance movements, Central Kalimantan traditional dances, namely malilik, malingker, nganyang and malembai were used as initial motifs and developed through repeated exploration, followed by improvisation to find variants of form and sense in accordance to the theme of the dance, then composed into a video dance artwork.
BOMOLANG: Koreografi yang Terinspirasi dari Sosok Bomo pada Upacara Penyembuhan Suku Sakai Nur Aidilla Safitri
Joged Vol 21, No 1 (2023): APRIL 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v21i1.9664

Abstract

RINGKASANBomolang dipilih sebagai judul karya agar dapat mewakili rangkaian dari upacara ritual dan sosok bomo sebagai pemimpin upacara ritual Bedike. Ketertarikan pada sosok bomo mewujudkan spirit ritual pengobatan suku Sakai dalam prosesi ritual pengobatan. Karya tari ini ditarikan oleh satu orang penari perempuan sebagai pemimpin ritual pengobatan. Dalam ritual pengobatan tersebut yang menjadi ciri khas yaitu menggunakan kain berwarna merah sebagai simbol sayap burung elang yang mampu berkomunikasi langsung dengan sang pencipta dan tiruan rumah-rumahan sebagai tempat hantu atau makhluk gaib. Bentuk penyajian karya ini disajikan dengan tipe dramatik yang terdiri dari 4 bagian dengan mode penyajian simbolik representasional. Karya tari ini berpijak pada gerak dasar tari Olang-olang yang merupakan tari pengiring ritual pengobatan Badike yang dilakukan oleh orang Sakai dalam menyembuhkan penyakit. Motif gerak ini kemudian diolah dan dikembangkan sesuai dengan kreativitas dan kemampuan dengan metode penciptaan karya melalui eksplorasi, improvisasi dan komposisi. Karya tari Bomolang dipentaskan dan didokumentasikan dalam bentuk tari video sesuai dengan ketentuan Tugas Akhir Penciptaan Tari.ABSTRACTBomolang was chosen as the title of the work in order to represent a series of ritual ceremonies and the figure of Bomo as the leader of the Bedike ritual ceremony. Interest in the figure of Bomo embodies the spirit of the Sakai tribe's treatment ritual in the procession of the treatment ritual. This dance work is danced by one female dancer as the leader of the treatment ritual. In the riual of this treatment which is characteristic of using rsed cloth as a symbol of the wings of an eagle that is able to communicate directly with the creator and imitation of houses as places for ghosts or supernatural beings. The form of presentation of this work is presented in a dramatic type which consists of 4 parts with a representational symbolic presentation mode. This dance workis based on the basic movements of the Olang-olang dance which is a dance that accompanies the Badike treatment ritual performed by the Sakai people in curing diseases. This motion motif is then processed and developed according to creativity and ability with the method of creating works through exploration, improvisation and composition. Bomolang dance works will be staged and documented in the form of dance videos in accordance with the provisions of the Final Project for dance creation.
Resistensi Tubuh Perempuan Dalam Konstruksi “Male Gaze” sebagai Ide Penciptaan Karya Tari Video The Other Half Puri Senjani Apriliani
Joged Vol 21, No 1 (2023): APRIL 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v21i1.9658

Abstract

RINGKASANKarya ini terinspirasi dalam membaca gejala sosial dan budaya sehari-hari tentang “tubuh perempuan yang terkonstruksi oleh tatapan laki-laki (male gaze) dalam pekerjaannya sebagai penari komersial”. Konstruksi tersebut menjadikan tubuh sebagai lokus dari salah satu dikotomi budaya yang paling kentara, seperti lakilaki/perempuan, maskulin/feminim, tatapan, yang membuat penulis mempertanyakan kembali apa itu feminin, maskulin, dan peran gender dalam tubuh perempuan. Analisis karya ini menggunakan teori Gender dan Feminist untuk mengkritisi adanya dikotomi budaya tersebut, kemudian menemukan suatu perspektif baru dalam membebaskan tubuh perempuan dari konstruksi male gaze serta melihat tubuh perempuan yang memiliki kepentingan/agensi atas subjeknya sendiri. Menggunakan Riset Artisitik sebagai bekal menemukan data-data yang menjadi pijakan proses penciptaan karya “The Other Half”, merupakan gambaran tubuh perempuan dalam meng-intervensi konstruksi tubuh feminin – maskulin yang dibentuk oleh budaya sehari-hari dan sebagai bentuk dari Resistensi atas kehidupan subjeknya yang kuat dalam merawat dirinya melalui tari. Karya ini menggunakan Pendekatan Fenomenologi Hermeneutic, Kreativitas, dan Koreografi. Hermeneutic pendekatan yang berfokus pada pengalaman akan tetapi memperluas subjektivitas, Kreativitas sebagai landasan cara berpikir dan berproses kreatif, serta Koreografi digunakan sebagai landasan dalam menciptakan estetika tari yang melibatkan gerak tubuh, komposisi, kesatuan, keselarasan, perilaku dan aspek visual lainnya, dan karya ini dituangkan melalui layar/video tari.ABSTRACTThis study explores the "women's body that is constructed by the male gaze (male gaze), through everyday social and cultural phenomena that extend to the area of dance performances. This construction makes the body the locus of one of the most obvious cultural dichotomies, such as male/female, masculine/feminine, gaze, which makes the writer re-question what feminine, masculine, and gender roles are in the female body. The analysis of this work uses the theory of Gender and Feminist to criticize the existence of this cultural dichotomy, then finds a new perspective in liberating the female body from the construction of the male gaze and seeing thefemale body which has an interest/agency over its own subject. Using Artistic Research as a provision to find data that became the basis for the process of creating the work "The Other Half", is a picture of the female body in intervening in the construction of the feminine – masculine body which is shaped by everyday culture and as a form of Resistance to the subject's strong life in caring for herself through dance. This work uses Hermeneutic Phenomenological Approach, Creativity, and Choreography. Hermeneutic approach that focuses on experience but expands subjectivity, Creativity as the basis for thinking and creative processes, and Choreography is used as a basis in creating dance aesthetics that involves body movement, composition, unity, harmony, behavior and other visual aspects, and this work is poured through dance screens/videos.
Ritual Pengobatan Beliatn Sentiyu Sebagai Ide Penciptaan Tari Video “Manusia Beliatn” Muhammad Adiyad
Joged Vol 21, No 1 (2023): APRIL 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v21i1.9665

Abstract

RINGKASAN“Manusia Beliatn” sebuah karya video tari yang terinspirasi dari gerak Bepusing (berputar) dalam ritual pengobatan beliatn sentiyu suku Dayak Benuaq. Tema dari karya ini adalah Doa sebagai ungkapan permohonan manusia kepada Tuhan agar manusia yang terkena sakit bisa disembuhkan. Pemilihan ritual pengobatan beliatn sentiyu sebagai sumber inspirasi bermula dari pengalaman empiris penulis ketika melihat ritual beliatn sentiyu. Suara musik dan gerakan berputar menginspirasi untuk mengeksplorasi gerak dan simbol dalam upacara ini. “Manusia Beliatn” merupakan karya tari yang bersifat alih wahana digital dengan metode sinematografi, yang terletak pada teknik pengambilan gambarnya.ABSTRACT"Manusia Beliatn" is a dance video work inspired by bepusing (spinning) movements in the beliatn sentiyu ritual of the dayak benuaq tribe which is studied through choreographic aspects. The theme of this work is Prayer as an expression of man to God so that people affected by illness can be healed. The selection of beliatn sentiyu treatment rituals became a source of inspiration starting from the aesthetic experience of the proximity of space and sound in the course of life the author heard the beliatn sentiyu ritual and the sound of music as well as rotating movements caused a sense of wanting to explore in motion and the meaning of value in an aesthetic reception. "Manusia Beliatn" is a dance work that is transferred to digital vehicles by the method of cinematography, cinematography with the relationship of the work "Manusia Beliatn" lies in the technique of taking it.
Pemujaan Dewi Sri: Pengaruh Tanggapan Sosial Terhadap Seni Pertunjukan Ritual Masyarakat Bening Krisnasari
Joged Vol 21, No 1 (2023): APRIL 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v21i1.9661

Abstract

RINGKASANPada jaman yang maju ini, anggapan masyarakat terhadap budaya lama berbeda-beda karena semakin berkembangan pola pikir dan kehidupan. Melalui kajian sosial dan seni pertunjukan, artikel ini membahas respon sosial masyarakat terhadap pertunjukan yang ada dalam ritual pemujaan Dewi Sri di masa kini. Berbagai pertunjukan dari sebuah ritual yang merupakan peninggalan turun temurun tentu memiliki arti dan alasan khusus untuk terus dilestarikan. Melalui pertunjukan dalam ritual, pesan dan moral disampaikan. Namun perkembangan pertunjukan tersebut akan terus berjalan karena adanya proses interaksi yang secara terus menerus merespon perkembangan jaman. Dengan menggunakan metode kualitatif dengan menjelaskan sebuah narasi yang diawali dengan penemuan sebuah permasalahan. Dilanjutkan pengumpulkan data berdasarkan fakta sosial atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Dari data yang terkumpul dilakukan analisis yang menghasilkan sebuah asumsi yang juga tidak lupa untuk mencocokan dengan inti permasalahannya.ABSTRACTIn this advanced era, people's perceptions of the old culture are different because of the growing mindset and life. Through social studies and performing arts, this article discusses the social response of the community to the performances in the present-day Dewi Sri worship ritual. Various performances of a ritual which is a hereditary heritage of course have special meanings and reasons to continue to be preserved. Through performances in rituals, messages and morals are conveyed. However, the development of the show will continue because of the interaction process that continuously responds to the times. By using a qualitative method by explaining a narrative that begins with the discovery of a problem. Continued collecting data based on social facts or phenomena that occur in society. From the data collected, an analysis is carried out which produces an assumption that also does not forget to match the core of the problem.
Self-Acceptance Beauty Bullying sebagai Media Refleksi dalam Proses Cinta terhadap Diri Ariesta Putri Rubyatomo
Joged Vol 21, No 1 (2023): APRIL 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v21i1.9662

Abstract

RINGKASANSelf-Accepptance merupakan karya tari yang berangkat dari pengalaman empiris serta refleksi diri terhadap peristiwa yang dialami di masa lalu hingga kini. Self-Acceptance adalah suatu kondisi dan sikap positif individu dalam bentuk penghargaan terhadap diri, menerima segala kelebihan dan kekurangan, mengetahui kemampuan dan kelemahan, tidak menyalahkan diri sendiri maupun orang lain dan berusaha sebaik mungkin agar dapat berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Self-Acceptance menginterpretasikan bagaimana penata menyikapi beauty bullying yang terjadi dan dampaknya, yang kemudian berproses pada penerimaan serta cinta terhadap diri. Kecantikan seharusnya tentang bagaimana persepsi diri terhadap diri sendiri serta penerimaan dan cinta terhadap diri seutuhnya. Mencintai serta menerima akan kekurangan fisik yang ada pada diri merupakan hal yang sangat penting untuk disadari dan diterapkan pada diri sendiri.ABSTRACTSelf-Acceptance. Self-Acceptance is a dance work that departs from empirical experience and self-reflection on events experienced in the past until now. Self-acceptance is a condition and positive attitude of individuals in the form of self-respect, accepting all strengths and weaknesses, knowing their abilities and weaknesses, not blaming themselves or others and trying their best to change for the better than before. Self-Acceptance interprets how the stylist responds to beauty bullying that occurs to him and the impact that occurs after finding the beauty bullying, which then proceeds to acceptance and self-love. Beauty should be about how you perceive yourself and accept and love yourself completely. Loving and accepting the physical shortcomings that exist in yourself is very important to realize and apply to yourself.
Sendratari Ramayana Prambanan Yayasan Roro Jonggrang Empat Episode di Panggung Terbuka (Open Air) Benny Harminto
Joged Vol 21, No 1 (2023): APRIL 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v21i1.9663

Abstract

RINGKASANArtikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai pertunjukan sendratari Ramayana Prambanan empat episode. Sendratari merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog. Tempat pertunjukan berada di panggung terbuka (open air) yang latar belakangya terdapat pemandangan (landscape) Candi Prambanan. Yayasan Roro Jonggrang merupakan grup pertama kali pendukung sendratari ini sejak tahun 1961. Cerita Ramayana diangkat dari epos Hindu lalu diadaptasi dengan budaya Jawa dan menjadi tarian. Berdasarkan fakta yang ada, cerita tersebut muncul dari relief batu yang dipahat di Candi Prambanan. Sendratari ini termasuk tari kolosal yang didukung oleh sekitar 100 orang yang terdiri dari 70 penari dan 30 pengrawit. Metode yang akan digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis meliputi empat adegan yang terdiri dari, Sinta Ilang, Anoman Duta, Kumbokarno Gugur, dan Kembalinya Sinta (api suci). Data tersebut berguna untuk mendapatkan informasi mengenai pertunjukan Ramayana yang ada Candi Prambanan.ABSTRACTThis article aims to describe the four-episode Ramayana Prambanan ballet show. This ballet is a performance that combines dance and drama without dialogue. The venue for the show is on an open air stage with a view of Prambanan Temple in the background. This ballet is a roro jonggrang foundation group which is the first group since 1961. The story of the Ramayana is based on the Hindu epic and then adapted to Javanese culture which becomes a dance. Based on the facts, the story emerged from the stone reliefs carved in Prambanan Temple. This ballet includes a colossal dance consisting of about 100 people consisting of 70 dancers and 30 musicians. The method that will be used in this paper is descriptive qualitative. The data to be searched includes four scenes consisting of, Sinta Ilang, Anoman Duta, Kumbokarno Falls, and The Return of Sinta (holy fire). This data is useful for obtaining information about the Ramayana performance at Prambanan Temple.

Page 1 of 1 | Total Record : 7