cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Indonesian Journal of Human Nutrition
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 24426636     EISSN : 23553987     DOI : https://doi.org/10.21776
Core Subject : Health,
Indonesian Journal of Human Nutrition (IJHN) merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel penelitian di bidang gizi manusia dan di terbitkan oleh Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan terbit dua kali dalam setahun (bulan Mei dan November).
Arjuna Subject : -
Articles 148 Documents
BINGE EATING DAN STATUS GIZI PADA ANAK PENYANDANG ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) Rahmawati, Erry Nur; Rahmawati, Widya; Andarini, Sri
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.912 KB)

Abstract

Abstrak ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) dicirikan dengan pola gangguan pemusatan perhatian dan/atau hiperaktif-impulsif yang terus-menerus dan menetap. Kedua tipe ADHD, inatensi dan hiperaktif-impulsif, dapat mencetuskan perilaku binge eating. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kedua tipe ADHD tersebut dengan kejadian binge eating dan status gizi pada anak penyandang ADHD menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Subyek adalah anak/remaja laki-laki atau perempuan dengan ADHD (n 29) dengan rentang usia 5-18 tahun. Tipe ADHD dan binge eating diukur dengan Kuesioner ADHD yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data status gizi diperoleh menggunakan indikator IMT/U. Hasil menunjukkan pada anak bertipe hiperaktif-impulsif, 4 anak (22,2%) mengalami binge eating, dan 6 anak (33,3%) berada pada kategori status gizi lebih. Pada anak dengan tipe inatensi tidak ditemukan kejadian binge eating (0%) dan hanya 1 anak (9,1%) yang memiliki status gizi lebih. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa anak dengan tipe ADHD hiperaktif-impulsif lebih cenderung untuk mengalami binge eating serta memiliki status gizi lebih. Kata kunci: anak ADHD, inatensi, hiperaktif-impulsif, binge eating, status gizi  Abstract ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) is characterized by a pattern of problems in concentrating attention and/or hyperactivity-impulsivity that’s settle at and occur continuously. Both types of ADHD, inattention and hyperactive-impulsive, can trigger the binge eating behaviour. This research aims to determine the association between both types with binge eating and nutritional status in children with ADHD using observational analytic method with cross sectional design. Inclusion criterioa for subjects were children aged between 5 to 18 years old with inattention or hyperactive-impulsive (n 29). The type of ADHD and binge eating was measured by ADHD Questionnaire that had been tested for its validity and reliability. The data of nutritional status was obtained through anthopometric measurement with indicator BMI/A. Result showed that in children with hyperactive-impulsive, 4 children (22,2%) experienced binge eating behaviour, and 6 children (33,3%) were in the category of overnutritional status. Whereas, in children with inattention type, the incidence of binge eating was not found (0%) and only 1 child (9,1%) who had overnutritional status. It is concluded that children with hyperactive-impulsive type are more likely to experience binge eating and has overnutrional status. Keywords: children with ADHD, inattention, hyperactive-impulsive, binge eating, nutritional status
PENGARUH METODE PENGOLAHAN (JUICING DAN BLENDING) TERHADAP KANDUNGAN QUERCETIN BERBAGAI VARIETAS APEL LOKAL DAN IMPOR (Malus domestica) Cempaka, Anggun Rindang; Santoso, Sanarto; Tanuwijaya, Laksmi Karunia
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.957 KB)

Abstract

Abstrak Quercetin merupakan salah satu flavonoid yang dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa penyakit degeneratif dengan mencegah proses peroksidasi lemak. Apel merupakan buah yang kaya kandungan quercetin, banyak dikonsumsi oleh masyarakat, serta mudah didapatkan. Kandungan quercetin berbeda pada setiap buahnya, bergantung pada varietas, proses pengolahan, kondisi pertumbuhan, nutrisi tanaman, dan lama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pengolahan (juicing dan blending) terhadap kandungan quercetin pada berbagai varietas apel lokal dan impor (Malus domestica). Kandungan quercetin diukur dari 4 varietas apel yang berbeda yaitu untuk apel lokal diwakili oleh varietas Rome beauty dan manalagi, sedangkan untuk apel impor diwakili oleh varietas fuji dan Red delicious yang masing-masing dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok 1 apel segar sebagai kontrol, kelompok 2 jus apel (juicing), dan kelompok 3 smoothie apel (blending). Penelitian ini menggunakan desain eksperimental laboratorik. Unit eksperimen penelitian dipilih dengan menggunakan metode RAK dengan 3 kali replikasi. Pengukuran kandungan quercetin dianalisis dengan menggunakan metode ekstraksi sampel dalam larutan etanol dan spektrofotometer. Berdasarkan hasil penelitian, apel segar mengandung quercetin paling banyak, diikuti oleh jus apel (juicing), dan smoothie apel (blending). Sedangkan varietas apel yang paling banyak mengandung quercetin adalah apel Rome beauty, diikuti oleh manalagi, fuji, dan Red delicious. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa varietas apel dan proses pengolahan yang berbeda dapat mempengaruhi kandungan quercetin apel segar dan jus apel secara signifikan (p < 0.05). Kata kunci :    quercetin, metode pengolahan, juicing, blending, varietas apel Abstract Quercetin is kind of flavonoid which can protect the body from several degenerative diseases by preventing lipid peroxidation process. Apple is one of fruits which contains abundant source of quercetin, being consumed generally and affordable by most of people in the world. Quercetin content is different on each apples, depending on varieties, processing methods, growing conditions, plants nutritions, and storages. This study aimed to determine the effect of processing methods (juicing and blending) on quercetin content of local and import varieties of apple (Malus domestica). Quercetin content was measured from 4 different varieties of apples, some of which are local apples which are represented by Rome beauty and manalagi, and import apples which are represented by fuji and Red delicious. All of apple varieties is divided into 3 groups in which group 1 is apple fresh, group 2 is apple juice, and group 3 is apple smoothie. This study used laboratory experimental design. Unit experiment was selected using Randomized Group Design with 3 replication of each. Quercetin content measurement was analyzed by using extraction method in etanol solution and spectrophotometer. Based on the results, fresh apples contain quercetin at most of all, followed by apple juices (juicing), and apple smoothie (blending). Whereas apple variety which have highest content of quercetin is rome beauty, followed by manalagi, fuji, and red delicious. Based on these, it can be concluded that different processing methods and varieties of apples affect quercetin content of fresh apples and both of apple juices (juicing and blending) significantly (p<0.05). Keywords : quercetin, processing methods, juicing, blending, apple varieties
PENGARUH PROSES PENGOLAHAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DENGAN BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP KADAR β-KAROTEN Liem, Meiliana; Ningsih, Roekisti; Sutjiati, Endang
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.605 KB)

Abstract

Abstrak Pada banyak negara berkembang, defisiensi vitamin A menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Pemanfaatan bahan pangan nabati yang dapat menjadi sumber utama vitamin A merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Daun singkong adalah salah satu bahan pangan nabati yang kaya β-karoten, dapat memberikan kontribusi terhadap kebutuhan vitamin A, dan mudah didapatkan oleh masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh variasi pengolahan daun singkong terhadap kadar β-karoten. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental rancangan acak lengkap (RAL) dengan unit eksperimental 100 gram daun singkong yang mirip dengan variasi Adira 4, segar, berwarna hijau cerah, tidak ada cacat atau noda pada permukaan kulit, dan bagian pucuk tanaman (3-5 susun daun). Daun singkong dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan pengolahan (segar, perebusan dengan air garam, perebusan dengan air garam dilanjutkan perebusan dengan santan, dan perebusan dengan air garam dilanjutkan dengan penumisan dengan minyak goreng) dengan 5 kali replikasi. Kadar β-karoten olahan daun singkong diukur dengan metode spektrofotometri. Hasil menunjukkan kadar β-karoten berbeda secara signifikan pada semua kelompok perlakuan pengolahan (p=0,001). Perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain pada semua pasangan perlakuan juga memiliki perbedaan yang signifikan. Kadar β-karoten olahan daun singkong dari yang tertinggi berturut-turut didapatkan dari pengolahan perebusan dengan air garam (79,534 ± 5,784 µg/g), perebusan dengan air garam dilanjutkan penumisan dengan minyak goreng (65,926 ± 6,244 µg/g), daun singkong segar (43,530 ± 11,062 µg/g), dan perebusan dengan air garam dilanjutkan perebusan dengan santan (19,022 ± 3,509 µg/g). Variasi cara pengolahan mempengaruhi kadar β-karoten dalam daun singkong akibat faktor-faktor pengolahan, seperti suhu, pH, waktu, matriks pangan, dan pemakaian minyak kelapa sawit. Daun singkong sebaiknya direbus dengan air garam untuk memperoleh manfaat β-karoten secara optimal. Kata Kunci: β-karoten, daun singkong, pengolahan, kadar Abstract In many developing countries, vitamin A deficiency is a serious public health problem. Vegetables become the main source of vitamin A to solve the problem. Cassava leaves are rich of β-carotene and easily obtained by Indonesians. This study aimed to determine the effect of processing practices of cassava leaves on the β-carotene content. This study used an experimental method completely randomized design (CRD) with an experimental unit of 100 grams of cassava leaves, which are similar to the variation Adira 4, fresh, bright green, no defects or stains on the leaf surface, and the shoots of plants (3-5 stacks). Cassava leaves were divided into 4 treatment groups of processing (fresh, boiling with salt water, boiling with salt water followed by boiling coconut milk, and boiling with salt water followed by sauteing with cooking oil) with 5 replications. β-carotene content of processed cassava leaves was measured by spectrophotometry method. The results are differed significantly in all groups (p = 0.001). One with another treatment from all couples treatments also had significant differences. β-carotene content of processed cassava leaves from the highest was obtained from the processing of boiling with salt water (79.534 ± 5.784 µg/g), boiling with salt water followed by sauteing with cooking oil (65.926 ± 6.244 µg/g), fresh cassava leaves (43.530 ± 11.062 µg/g), and boiling with salt water followed by boiling with coconut milk (19.022 ± 3.509 µg/g). Variation of processing practices affected β-carotene in cassava leaves due to the processing factors, such as temperature, pH, time, food matrix, and the use of palm oil. The best preparation method for cassava leaves is boiling with salt water to obtain the benefits of β-carotene optimally. Keywords: β-carotene, cassava leaves, processing practices, content
KETAHANAN PANGAN KELUARGA BALITA PASCA LETUSAN GUNUNG BROMO, KABUPATEN PROBOLINGGO, INDONESIA Rahmawati, Widya; Erliana, Ummu Ditya; Habibie, Intan Yusuf; Harti, Leny Budhi
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.722 KB)

Abstract

Abstrak Indonesia berada di wilayah bumi yang rentan mengalami bencana gunung meletus. Letusan gunung berapi dapat menimbulkan kerusakan lahan pertanian, tanaman, dan ternak sehingga menyebabkan gangguan ketahanan pangan terutama bagi wilayah yang mayoritas penduduknya adalah petani. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan pangan pada keluarga balita di Desa Ngadirejo Kabupaten Probolinggo (n 56) dua tahun pasca meletusnya Gunung Bromo. Ketahanan pangan dianalisa menggunakan indikator ketahan pangan modifikasi dari kuesioner USDA. Hasil menunjukkan bahwa dua tahun setelah letusan Gunung Bromo, ketahanan pangan masyarakat di wilayah penelitian masih berada dalam kondisi rawan. Keluarga tahan pangan sebanyak 41%, selebihnya ambang batas tahan pangan (9%), ketahanan pangan rendah (43%) dan ketahanan pangan sangat rendah (7%). Sisa abu vulkanik dan kondisi cuaca menyebabkan hasil pertanian tidak optimal dan petani tidak memperoleh pendapatan yang layak. Keluarga yang memiliki pendapatan lebih tinggi, memiliki tanaman dan ternak bervariasi cenderung tidak mengalami kekurangan makanan dan memiliki ketahanan pangan yang lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa variasi tanaman dan ternak dapat meningkatkan ketahanan pangan keluarga, baik secara langsung meningkatkan akses terhadap makanan, maupun melalui peningkatan pendapatan. Untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga, perlu diupayakan menambah jenis tanaman dan ternak yang dipelihara. Penting untuk memilih jenis tanaman yang lebih tahan terhadap perubahan cuaca dan dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat. Kata Kunci: ketahanan pangan, letusan gunung berapi, pendapatan, tanaman, ternak Abstract Indonesia is located in region which is prone to volcano eruption. Volcano eruption may damage agriculture field, crops and livestock which result in food insecurity among population especially agriculture-based population. This cross sectional study aimed to assess food security among under-five children’s family (n 56) in Ngadirejo Villages, Probolinggo District, 2 years after Bromo Volcano eruption. Food security was identified using modified USDA’s household food security questionnaire. The result showed that two years after Bromo Volcano eruption, food security among population was low. Food secure was only 41%, the rest was marginal food secure, low food secure, and very low food secure (9%, 43%, 7%, consecutively). Volcano ash made the crops not grow well yet, causing the family did not receive proper income. Family with higher income and more variety of crops and livestock was likely to have better household food security and was not facing food difficulty in the last one year. In conclusion, number of crops and livestock variety will increase household food security, by increasing household’s access on food and household’s purchasing power to food.  In order to increase household food security, it is important to improve variety of crops and livestock. It is important to select crops variety which are more adaptive to weather condition and can be harvested in short time. Keywords: food security, volcano eruption, income, crops, livestock
KOMPOSISI KIMIA DAN ORGANOLEPTIK FORMULA NUGGET BERBASIS TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG RICEBRAN Bintanah, Sufiati; Handarsari, Erma
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.581 KB)

Abstract

Abstrak Di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit dari infeksi dan kekurangan gizi ke degeneratif dan kanker akibat perubahan gaya hidup dan pola makan  tinggi lemak dan rendah serat serta modernisasi pola hidup. Tempe kedelai merupakan bahan makanan yang dapat menurunkan trigliserida, kolesterol total, kolesterol LDL, serta meningkatkan kolesterol HDL. Bekatul juga merupakan bahan makanan yang dapat menurunkan kadar lemak darah karena mengandung oryzanol, tokoferol, dan asam felurat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyeleksi formula nugget berdasarkan karakteristik fisik, kimia dan organoleptik serta aktifitas antioksidan. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan perlakuan formulasi tepung tempe dan tepung ricebran sebanyak 10 formula. Analisis komposisi kimia dilakukan terhadap bahan mentah dan nugget meliputi analisis protein (mikro kjedhl), lemak (soxhlet), air (oven), karbohidrat (Luff Schoorl l), penetapan kadar Vitamin E (Alfa-Tokoferol), analisa aktivitas anti bakteri metode difusi agar. Pengujian organoleptik menggunakan metode scoring. Hasil menunjukkan nugget dengan formula tepung tempe 50% dan tepung bekatul 50% (formula A7), mempunyai komposisi kimia terbaik yaitu protein 19,5g%, lemak 18.33g%, air 35.59%, abu 1,62%, serat kasar 9,57g%, Karbohidrat 25,41 g%, Vitamin E 148,92 µg/g, aktifitas antioksidan 197,1 µg/ml. Hasil pengujian organoleptik terhadap warna, rasa, aroma maupun tekstur yang paling disuka pada formula A7. Kesimpulan: Optimasi tepung tempe dan rice bran yang diterima berdasarkan sifat fisik, organoleptik dan analisa zat gizi adalah dengan perlakuan sangrai 20 menit. Formula nugget yang optimum A7 dengan perbandingan tepung tempe dan rice bran 50:50 g. Kata Kunci: Komposisi Kimia, Organoleptik, Formula Nugget, Tepung Tempe, Ricebran Abstract In Indonesia, there has been a changing disease pattern from infectious and food deficiency diseases to degenerative and cancerous diseases. Soy bean cake is a food which is capable of decreasing the level of trygliceride, total cholesterol, LDL cholesterol as well as rising HDL cholesterol. Ricebran is also food material which can reduce the blood fat level because of its oryzanol, tokoferol and felurat acid contents. This research aimed to select nugget formula based on its physical, chemical and organoleptic characteristics and its antioxidant activity. Research type is descriptive with  formulation treatment of soy bean and ricebran fluor that consisted of 10 formulas. The analysis of chemical composition was performed on raw materials and nugget comprising protein analysis (micro kjedhl), fat (soxhlet), water (oven), carbohydrate (luff schoorl 1), fixed rate of vitamin E level (alfa-tokoferol), analysis of anti bacterial activities using diffusion method of gelatine. Organoleptic test used scoring method. Research indicated that nugget using soy bean fluor method that accounted for 50% and ricebran comprising 50% (formula A7)  gained the highest chemical composition which made up 19.5g% protein, 18.33g% fat, 35.59% water, 1.62% ash, 9.57g% crude fiber, 25.41 g% carbohydrate, 148,92 µg/g vitamin E, 197,1 µg/ml antioxidant activity. Organoleptic test result indicated that it was in formula A7 which was the most favoured. Conclusion: soybean flour, which was optimally gained, was fried without oil for 20 minutes and rice bran optimally gained was fried without oil for 20 minutes. The optimal nugget formula was A7 with a ratio of soybean flour and rice bran 50:50 gr. Keywords: Chemical composition, Organoleptic, Nugget Formula, soy bean fluor, soy bean cake, Ricebran
HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELITUS TIPE 2 (CORRELATION BETWEEN MAGNESIUM INTAKE AND FASTING BLOOD GLUCOSE LEVEL IN OUTPATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS) Faradhita, Anggun; Handayani, Dian; Kusumastuty, Inggita
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.731 KB)

Abstract

Abstrak Pada Diabetes Melitus Tipe 2 terjadi resistensi insulin, dimana salah satu faktor yang dapat menyebabkan resistensi insulin adalah kurangnya asupan magnesium. Peran potensial magnesium dalam penyakit Diabetes Melitus adalah memperbaiki sensitifitas insulin. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara asupan magnesium dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan magnesium dan kadar glukosa darah puasa pasien rawat jalan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat. Desain dalam penelitian ini adalah Cross Sectional dengan jumlah responden 46 orang yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan bulan Juni-Juli tahun 2013 yang meliputi data umum, kebiasaan olahraga, status gizi, asupan energi, asupan magnesium, asupan protein, asupan serat dan data kadar glukosa darah puasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan magnesium dan kadar glukosa darah puasa pasien (p < 0,001) dengan kekuatan korelasi sedang (r = -0,562), semakin tinggi asupan magnesium semakin rendah kadar glukosa darah puasa. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar para penderita Diabetes Melitus mengkonsumsi magnesium dalam jumlah cukup serta mengatur pola makan yang baik dan berolahraga secara teratur sebagai langkah dalam pengendalian kadar glukosa darah. Kata Kunci: Asupan Magnesium, Kadar Glukosa Darah Puasa, Diabetes Melitus Tipe 2 AbstractDiabetes Mellitus type 2 reveals resistance insulin. Inadequate magnesium consumption has been reported to promote insulin resistance. The potential role of magnesium in Diabetes Mellitus is improving insulin sensitivity. Previous studies indicated that there is an inverse correlation between magnesium intakes and the incidence of type 2 Diabetes. This study aimed to analyze the association between magnesium intake and fasting blood glucose levels in outpatients with Type 2 Diabetes Mellitus in Al Ihsan Hospital. Cross-sectional study in 46 participants was taken by purposive sampling. Data collection was conducted in June-July 2013 which included common data, exercise habits, nutritional status, energy intake, magnesium intake, protein intake, fiber intake and fasting blood glucose levels. This research showed that there was a significant association between magnesium intake and fasting blood glucose levels of patients (p < 0.001) with a correlation of moderate strength (r = -0.562), high magnesium intake was followed by a decrease in fasting blood glucose levels. It is then suggested that people with diabetes mellitus consume adequate amounts of magnesium and set a good diet and regular exercise as a step in the control of blood glucose levels. Keywords: Magnesium Intake, Fasting Blood Glucose, Type 2 Diabetes Mellitus
PERBEDAAN METODE TEAM GAME TOURNAMENT DAN CERAMAH TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PEMILIHAN JAJANAN SEHAT (THE DIFFERENCE BETWEEN TEAM GAME TOURNAMENT AND LECTURE IN INCREASING THE KNOWLEDGE OF CHOOSING HEALTHY SNACKS) Safitri, Cynthia Herdiana; Wilujeng, Catur Saptaning; Handayani, Dian
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.832 KB)

Abstract

Abstrak Siswa sekolah dasar termasuk kelompok yang paling rentan menjadi korban dalam kasus keracunan makanan. Kejadian tersebut mencapai 17,26 – 25,15% kasus terjadi di lingkungan sekolah yaitu sebagian besar karena Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) tidak memenuhi syarat kesehatan. Ceramah merupakan metode dasar pembelajaran yang sering digunakan, namun cara ini terkadang membosankan karena responden cenderung lebih pasif, sedangkan bermain pada masa anak-anak merupakan sarana pendidikan yang penting untuk mengeksplorasi otak. Team Game Tournament (TGT) adalah salah satu metode pendidikan yang memadukan konsep pendidikan dengan kegiatan bermain. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan metode TGT dan ceramah terhadap peningkatan pengetahuan siswa kelas 5 SDN Tumpakrejo 1 dan SDN Tumpakrejo 2 kabupaten Malang tentang pemilihan jajanan sehat. Jenis penelitian ini adalah studi eksperimental, desain penelitian yang digunakan adalah quasy experimental study dengan pretest-posstest design. Metode sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sebesar 41 orang dari siswa kelas 5B SDN Tumpakrejo 1 dan siswa kelas 5 SDN Tumpakrejo 2. Variabel yang diteliti dan dianalisis pada responden tersebut adalah pengetahuan gizi terkait jajanan sehat pada kelompok ceramah dan kelompok TGT berdasarkan nilai pretest-posttest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan yang signifikan antara kelompok TGT dan kelompok ceramah (p < 0,05). Peningkatan rata-rata nilai kelompok TGT lebih tinggi 2,93% dibandingkan kelompok ceramah. TGT dapat direkomendasikan sebagai metode pendidikan yang lebih sesuai untuk sasaran anak usia sekolah. Kata Kunci: Team game Tournament (TGT), Ceramah, Pengetahuan, Jajanan Sehat AbstractElementary school students is one of the most vulnerable groups to become victims food poisoning. The incidence occurring in the school environment reaches 17,26 to 25,15% cases, which was due to PJAS (snack for aged school children) not fulfilling the health requirements. Providing a Lecture is the basic learning method often used, but this method is occasionally boring due to passive respondents, while  playing in childhood is an important educational tool to explore brain. Team Game Tournament (TGT) is  one of the educational methods combining educationional concept and play activities. This study aims to determine the method differences of TGT and lectures to increase students’s knowledge of grade 5 students in SDN Tumpakrejo 1 and SDN Tumpakrejo 2 electoral district of Malang concerning healthy snacks. This research was an experimental study in which the research design was quasy experimental study with  pretest-posttest design. The sampling method in this research was 41 samples from grade 5 students in class B of SDN Tumpakrejo 1 and grade 5 students of SDN Tumpakrejo 2. The variables studied and analyzed in the respondents are nutritional knowledge concerning healthy snacks related to the lecture group and TGT group based on the value of the pretest and posttest. The results showed that there were significant differences between the increased knowledge of TGT group and lecture group (p<0.05), accounting for 2,93% higher average value in the former group. Team Game Tournament is then recommended as an educational method, more appropriate to target  school-aged children. Keywords: Team Game Tournament (TGT), Lecture , Knowledge, Healthy Snacks
EFEK DIET TINGGI KARBOHIDRAT DAN DIET TINGGI LEMAK TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN KEPADATAN SEL BETA PANKREAS PADA TIKUS WISTAR (EFFECT OF HIGH CARBOHYDRATE DIET AND HIGH FAT DIET ON BLOOD GLUCOSE AND BETA CELL PANCREAS DENSITY IN WISTAR RATS) Mutiyani, Mira; Soeatmadji, Djoko Wahono; Sunindya, Bernadus Rudy
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.371 KB)

Abstract

Abstrak Sindroma metabolik yang ditandai dengan abdominal obesity, resistensi insulin, dislipidemia, perubahan tekanan darah, dan obesitas, prevalensinya semakin meningkat setiap tahun, serta disinyalir sebagai penyebab tingginya penyakit diabetes mellitus tipe 2, penyakit kardiovaslular, dan kematian, baik di negara maju maupun berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari pemberian diet tinggi karbohidrat dibandingkan dengan diet tinggi lemak terhadap kadar glukosa darah  dan kepadatan sel beta pankreas tikus Rattus novergicus strain wistar. Kadar glukosa darah diukur dengan menggunakan metode Glukose Oksidase (GOD-PAP); kepadatan sel Sel-β pankreas dihitung jumlahnya menggunakan mikroskop elektron dalam 20 lapang pandang dengan perbesaran 1000 x. Diet tinggi karbohidrat dan diet tinggi lemak diberikan secara isokalori selama 12 minggu, dengan komposisi: diet tinggi karbohidrat (80,57%; 14% protein; dan 5,41% lemak); diet tinggi lemak (55,63% karbohidrat; 14,25% protein; dan 30,10% lemak). Kadar glukosa darah puasa berbeda signifikan antar kelompok perlakuan (p=0.000); rerata kadar glukosa darah puasa darah tertinggi terdapat pada kelompok (P2) 293.57 mg/dl. Kepadatan sel beta pankreas berbeda signifikan antar kelompok perlakuan (p=0.000); rerata kepadatan sel beta pankreas terkecil  terdapat pada kelompok (P2) 45,06 mm2. Diet tinggi karbohidrat dan diet tinggi lemak, keduanya menstimulasi perubahan kadar glukosa darah dan mengurangi kepadatan sel beta pankreas pada tikus wistar jantan. Kata Kunci: diet tinggi karbohidrat, diet tinggi lemak, glukosa darah, kepadatan sel beta pankreas  AbstractThe metabolic syndrome includes the clustering of abdominal obesity, insulin resistance, elevated blood pressure, and obesity associated with the increasing risk of diabetes mellitus, cardiovascular diseases, and death both in less developed and developed countries in the world. The prevalence of metabolic syndrome increasES every year. The aim of this study was to assess blood glucose level using Glucose Oksidase (GOD-PAP) and beta cell pancreas density using microscope.  Blood glucose concentration and beta cell pancreas density were compared in rats fed isocalorically a high carbohydrate diet for 12 w (80,57% carbohydrate, 14% protein, and 5.41% fat) or a high fat diet for 12 w (55,63% carbohydrate; 14,25% protein; and 30,10% fat). At the end of the study, high carbohydrate rats had higher blood glucose concentration than the high fat group (293.57 mg/dl). High carbohydrate and high fat diet both resulted in elevated beta cell pancreas density, but the density was seen lowest in high carbohydrate fed (45,06 mm2). The findings suggest that both high carbohydrate and high fat fed elevated blood glucose concentration and decreased the density of beta cell in rats. Keywords: high carbohydrate diet, high fat diet, blood glucose, beta cell pancreas density
PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG DAUN TURI (Sesbania grandiflora) TERHADAP MUTU DAGING NABATI (EFFECT OF SUBSTITUTING WHEAT FLUOR WITH TURI LEAVE FLUOR (Sesbania grandiflora) ON MEAT ANALOGUE QUALITY) Sappu, Ellen Ernesta B.; Handayani, Dian; Rahmi, Yosfi
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.48 KB)

Abstract

Abstrak Pola makan vegetarian yang tidak seimbang dapat menyebabkan defisiensi kalsium. Pada vegetarian, asupan kalsium yang terutama berasal dari susu dapat digantikan dengan kalsium dari daun Turi melalui fortifikasi pada daging nabati. Penggunaan daun Turi dalam daging nabati belum pernah dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang substitusi tepung terigu dengan tepung daun Turi pada daging nabati untuk mengetahui pengaruhnya pada peningkatan mutu daging nabati yang meliputi kadar kalsium, kadar air, dan mutu organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur) daging nabati. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 pengulangan. Perlakuan substitusi tepung terigu dengan tepung daun Turi yang diterapkan adalah P0 (100%:0%),P1 (95%:5%), P2 (90%:10%), dan P3 (85%:15%). Variabel yang dinilai meliputi nilai gizi dan mutu organoleptik. Analisis data organoleptik menggunakan uji Kruskal Wallis dan Uji lanjut Mann Whitney sedangkan analisis data kalsium dan kadar air menggunakan One Way ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan tepung daun Turi cenderung berpengaruh pada warna (p=0,050), berpengaruh nyata pada rasa (p=0,000), aroma (p=0,040), tekstur (p=0,032), kadar kalsium (p=0,000), dan pada kadar air (p=0,000). Hasil uji hedonik rangking menunjukkan P0 sebagai rangking tertinggi. P2 merupakan perlakuan terbaik dari variabel kadar kalsium dan kadar air. Dapat disimpulkan bahwa P2 sebagai perlakuan terbaik meningkatkan mutu daging nabati, yakni dengan menaikkan kadar kalsium menjadi 15,71 mg, menurunkan kadar air menjadi 37,16%, dan dari segi mutu organoleptik dapat diterima oleh panelis. Kata kunci: vegetarian, tepung daun turi, daging nabati, kadar kalsium, kadar air, mutu organoleptik AbstractImbalanced vegetarian diet can cause calsium deficiency. The Vegetarian intake of calcium, mainly coming from milk can be replaced by calcium from Turi’s leaves through meat analogs fortification. As they were never used in meat analogs, it is necessary to study about wheat flour substitution with Turi’s leaves flour in meat analogs to determine the effect on meat analogs quality enhancement,  including calcium level, water level, and organoleptic quality (colour, taste, aroma, and texture) of meat analogs. This study method was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 6 replications. The treatment to substitute wheat flour with Turi’s leaves flour used the ratio of P0 (100%:0%), P1(95%:5%), P2 (90%:10%), and P3 (85%:15%). Variables assessed were  nutritional value and organoleptic quality. Organoleptic data was analyzed using Kruskal Wallis test and followed with Mann Withney test, while calcium and water level data was analyzed using One Way ANOVA test and was followed with Duncan test. The result showed that Turi leaves flour was likely to affect organoleptic color quality (p=0,050) as it showed a significant effect on flavor (p=0,000), aroma (p=0,040), texture (p=0,032), calcium level (0,000) and water level (0,000). A test result of hedonic rank shows that P0 occupied the highest ranking. The result of De Garmo test shows that P2 is the best treatment from calcium level variable and waterlevel. It could be concluded that P2 is the best treatment for meat analogs quality enhancement  by increasing calcium level to 15,71 mg, reducing water levels to 37,16%, and was accepted by consumer from its organoleptic quality. Keywords: vegetarian, Turi leaves flour, meat analog, calcium level, water level, organoleptic quality.
PENGARUH DAUN UBI JALAR UNGU TERHADAP KADAR SUPEROKSID DISMUTASE TIKUS YANG DIPAPAR ASAP ROKOK (EFFECT OF PURPLE SWEET POTATO LEAVES ON SUPEROXIDE DISMUTASE LEVEL ON RATS EXPOSED TO CIGARETTE SMOKE) Kusumastuty, Inggita; Falahia, Emirani; Adi, Prasetyo
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.054 KB)

Abstract

Abstrak Superoksid Dismutase (SOD) merupakan suatu antioksidan enzimatik yang melindungi sel dari stres oksidatif dengan mengkatalisa dismutase dari superokside (O2-) menjadi O2 dan H2O2. Daun ubi jalar ungu atau Purple sweet potato leaves (PSPL) merupakan sejenis sayuran yang mengandung antioksidan polifenol yang cukup tinggi. Daun ubi jalar unggu dalam bentuk tepung memiliki kandungan polifenol 1805 mgGAE per 100 gram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung PSPL terhadap kadar SOD hewan coba yang dipapar asap rokok. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian adalah jenis Rattus novergicus strain wistar, jantan, usia 6-8 minggu dengan berat badan 140-250 gram serta dalam keadaan sehat selama penelitian dan tidak mendapat pengobatan sebelumnya. Hewan coba yang memenuhi kriteria inklusi diadaptasikan selama satu minggu kemudian dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu tidak dipapar asap rokok (P0), dipapar asap rokok (P1), dan dipapar asap rokok dengan penambahan PSPL sebesar 0,07g (P2), 0,14g (P3), dan 0,28g (P4) selama 30 hari dalam bentuk tepung. Di akhir penelitian dilakukan pemeriksaan SOD serum dengan metode spektrofotometri. Hasil analisa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan (ANOVA, p=0,000). Pemberian tepung PSPL dapat meningkatkan kadar SOD pada semua kelompok perlakukan. Semakin banyak dosis tepung PSPL yang diberikan pada penelitian ini maka kadar SOD semakin meningkat. Kata kunci : daun ubi jalar ungu, kadar SOD, paparan asap rokok AbstractSuperoxide Dismutase (SOD) is an enzymatic antioxidant that protects cells from oxidative stress by catalyzing dismutase from superoxide into O2 and H2O2. The purple sweet potato leave (Ipomoea batatas L. Lam) is a kind of vegetable plant that contains  high polyphenol which is about 1805 mgGAE on 100-gram edible portions. This research was aimed to determine the effect of purple sweet potato leaves powder in SOD levels that had been given to an animal model with cigarette smoke exposure. 6-8 week- male Rattus novergicus-wistar’s strain was used in this experiment that weighed about 140-250 gram and the entire rats were in healthy condition and were never exposed to another treatment before. Firstly, the rats were prepared in one week which was then divided into 5 treatment groups, a group that had not been exposed to cigarette smoke (P0), cigarette smoke exposed (P1), and exposed to cigarette smoke with the addition PSPL flour treatment in varying doses: 0.07g (P2), 0.14g (P3), and 0.28g (P4) for 30 days. After that, SOD levels were measured with spectrophotometry method. The result shows that there was obviously a significant difference between the treatment groups (ANOVA, p=0.000). In short, it was found that the given PSPL dosages resulted in higher SOD’s level. Keywords :, purple sweet potato leaves, Superoxide Dismutase level, cigarette smoking

Page 1 of 15 | Total Record : 148