cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
eksplorium@batan.go.id
Editorial Address
BULETIN PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN NUKLIR Jl. Lebak Bulus Raya No. 9, Ps. Jumat, Jakarta 12440, Indonesia, Telp (021) 7691775, 7695394, 75912956 Fax (021)7691977
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Eksplorium : Buletin Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir
ISSN : 08541418     EISSN : 2503426x     DOI : https://doi.org/10.17146/eksplorium
Core Subject : Social,
Eksplorium : Buletin Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir, adalah jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir-BATAN yang telah diakreditasi LIPI No.749/AU2/P2MI-LIPI/08/2016 dan menempati peringkat SINTA 2
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 34, No 2 (2013): November 2013" : 6 Documents clear
Petrografi dan Geokimia Unsur Utama Granitoid Pulau Bangka: Kajian Awal Tektonomagmatisme Kurnia Setiawan Widana
EKSPLORIUM Vol 34, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1331.113 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2013.34.2.708

Abstract

Pulau Bangka tersusun oleh Granit Klabat dan variasi granitoidnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik Granitoid Pulau Bangka untuk diaplikasikan dalam mempelajari magmatisme, situasi tektonik dan hubungan antar granitoidnya untuk kemungkinan dikembangkan dalam eksplorasi. Metodologi yang digunakan dengan analisis petrografi dan geokimia unsur utama berdasarkan hasil analisis penelitian terdahulu.  Penyebaran Granitoid Pulau Bangka terdiri atas Bangka Barat, Selatan, Tengah dan Timur (Belinyu). Umur granitoid berkisar dari Permian Akhir hingga Trias Akhir. Hasil analisis petrografi menunjukkan tipe granitoidnya dominan sebagai Alkali Feldspar dan Syeno Granite, sedangkan analisis geokimia sebagai Alkali dan Syeno Granite. Diagram variasi SiO2 menunjukkan penurunan proporsi unsur-unsur utama CaO, MgO, TiO2, Al2O3 dan P2O5 dengan kenaikan SiO2 dipengaruhi fraksinasi dengan afinitas magma sebagai calc-alkalic dengan kandungan K yang tinggi (high K Calc Alkaline). Afinitas tersebut dapat terbentuk pada continental arc dimana tektonik yang berperan berupa subduksi dan kolisi. Tipologi granitoidnya secara umum sebagai peraluminous, dengan tipe I. Pada Granitoid Bangka Tengah dan Timur (Belinyu) dicirikan proporsi magnetit, magnesian, dan lebih primitif, sedangkan tipe S pada Granitoid Bangka Selatan dan Barat dicirikan oleh tingginya K2O dan kehadiran mineral alumina seperti biotit + muskovit + kordierit yang melimpah. Bangka Island is composed by Klabat Granite and its granitoid variations. This study aims to investigate the characteristics of granitoid Bangka Island to be applied in the study of magmatism, tectonic situations and relationships developed in granitoid for possible exploration. The methodology used by observations with a thin section of rock (petrography) and secondary major elements analysis from previous research. Granitoid samples are collected from Western, Southern, Central and East (Belinyu). Granitoid ages range from Late Permian to Late Triassic. Petrographic analysis showed dominant granitoid type as Alkali Feldspar–Syeno Granite, whereas geochemical analysis as Alkali -Syeno Granite. SiO2 variation diagram shows declining in the proportion of the major elements CaO, MgO, TiO2, Al2O3 and P2O5 with increasing SiO2 influenced by affinity fractionation as calc-alkalic magma with high K content. Affinity can be formed on continental arc where subduction and collision involved. Preliminary result granitoid typology as peraluminous, with I type. In Central and Eastern Bangka (Belinyu) characterized by high proportion of magnetite, magnesian, and more primitive,  while S type in the South and West Bangka are characterized by high K2O and the presence of abundant biotite + muscovite + cordierite.
Aplikasi Isotop Alam (18O, 2H dan 14C) untuk Studi Dinamika Air Tanah dan Hubungannya dengan Air Sungai di Daerah Bandung Evarista Ristin Pujiindiyati; Satrio Satrio
EKSPLORIUM Vol 34, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (855.746 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2013.34.2.2803

Abstract

Muka air tanah di Cekungan Bandung telah mengalami penurunan sejak tahun 1990 yakni sebesar 1-2 m di pusat cekungan sedangkan di daerah miring sebesar 15 m. Gejala penurunan air tanah ini dikhawatirkan terus mengalami penurunan seiring dengan pertambahan jumlah sumur dalam (> 40 m) dari 96 sumur pada tahun 1970 hingga saat ini diperkirakan lebih dari 4700 sumur. Oleh karena itu, penelitian hubungan antara air tanah dan air permukaan, penentuan daerah imbuh air tanah di Cekungan Bandung sangat penting dilakukan. Isotop alam stabil seperti 2H dan 18O; dan isotop alam radioaktif 14C dapat dimanfaatkan untuk keperluan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan 24 contoh air tanah-dalam, 28 contoh air tanah-dangkal dan air sungai (Citarum, Cikapundung, Cikeruh, dan Citarik). Berdasarkan hasil hubungan antara d18O dan d2H, sebagian besar air tanah-dangkal di sepanjang Sungai Citarum tidak berhubungan dengan air sungai akan tetapi ada tiga titik lokasi  yang terindikasi percampuran yakni air tanah dekat Sungai Cikapundung, SP 9 (Desa Loteng Sumbersari) dan SP 8 (Desa Bojong Mas) yang berdekatan dengan Sungai Citarum. Hasil analisis isotop 14C menunjukkan bahwa air tanah-dalam tidak berhubungan dengan air tanah-dangkal dan air sungai. Garis kontur umur sama menunjukkan bahwa pola dinamika air tanah-dalam di Cekungan Bandung berasal dari daerah perbukitan di sebelah utara dan selatan menuju ke arah barat laut sehingga di kedua daerah tersebut disarankan sebagai zona konservasi. Kecepatan pergerakan air tanah-dalam berkisar antara 0,25–3 m/tahun. Water table in the center of Bandung basin has been decreased around 1-2 m/year since 1990 whereas in the slope has been decreased at higher level of 15 m. Water level decreasing are going to increase continuously because of increasing number of deep wells (>40 m). In 1970, there were 96 deep wells which have been registered, but now number of deep wells is estimated of more than 4700. Therefore, a study of interrelationship between groundwater and surface water, and determination of recharge area for Bandung basin are crucial research to be conducted. Stable isotopes in nature such as 2H and 18O, and radioactive isotope of 14C can give important information about groundwater dynamic pattern.  In this research, 24 deep groundwater samples, 28 shallow groundwater and river water samples (Citarum, Cikapundung, Cikeruh and Citarik rivers) and shallow groundwater along the rivers were collected. Results from plotting d18O and d2H showed that most of shallow groundwater did not relate to river water except three locations, they are Loteng Sumbersari and Bojong Mas groundwater near to Citarum river, and groundwater near to Cikapundung river. Isotope 14C analysis indicated that deep groundwater of Bandung basin did not show relationship either by shallow groundwater or river water. Its iso-age line contour determined that dynamic pattern of deep groundwater in Bandung basin comes from northern and southern hills to direction of north-west area such that both areas are suggested as conservation zone. Rate of deep groundwater movement predicted from iso-age contour is around 0.25 to 3 m/year.
Geologi dan Potensi Terbentuknya Mineralisasi Uranium di Daerah Harau, Sumatera Barat Ngadenin Ngadenin
EKSPLORIUM Vol 34, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (792.207 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2013.34.2.2805

Abstract

Kajian ini dilatarbelakangi oleh tatanan geologi daerah Harau dan sekitarnya, Sumatera Barat yang diidentifikasi sebagai daerah favourable bagi akumulasi uranium yang ditunjukkan oleh terdapatnya anomali radioaktivitas pada kelompok batuan sedimen berumur Tersier yang diendapkan pada lingkungan darat  dan terdapatnya anomali kadar uranium pada granit berumur Pra Tersier di beberapa tempat di Sumatera Barat serta terdapatnya anomali radioaktivitas pada kelompok batuan malihan yang berumur Pra Tersier. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui potensi terbentuknya mineralisasi uranium di daerah Harau yang akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih detil dalam rangka inventarisasi potensi sumberdaya uranium di Indonesia. Ruang lingkup pembahasan dalam kajian ini  meliputi bahasan geologi, radioaktivitas singkapan batuan dan  geokimia. Susunan stratigrafi daerah kajian dari tua ke muda adalah satuan kuarsit, satuan filit, satuan konglomerat, satuan batupasir, satuan tuf dan aluvium sungai.  Sesar utama yang berkembang pada daerah kajian adalah sesar normal yang berarah baratdaya – timurlaut, Sesar ini membelah daerah kajian menjadi dua bagian dimana bagian tenggara relatif turun terhadap bagian baratlaut. Berdasar tatanan geologi, data radioaktivitas dan kadar uranium batuan daerah Harau dianggap cukup potensial untuk terbentuk mineralisasi uranium tipe batupasir dan tipe urat. Mineralisasi uranium tipe batupasir diperkirakan terbentuk di batupasir Satuan Konglomerat Formasi Brani dan mineralisasi tipe urat diperkirakan terbentuk pada satuan Kuarsit Formasi Kuantan. The Background of this study is due to the geological setting of Harau area and its surrounding, West Sumatera, that is identified as a favourable area for uranium accumulation which is indicated by the presence of anomalous radioactivity in the Tertiary sedimentary rocks deposited on the terrestrial environment and the presence of anomalous uranium contents in Pre-Tertiary granites in several places in West Sumatera, and the presence of radioactivity anomalous in the Pre Tertiary metamorphic rocks. The purpose of this study is to determine the potential formation of uranium mineralization in the Harau area, to be used as a basis to conduct more detailed research in order to inventory the potential of uranium resources in Indonesia. The scope of the discussion in this review includes a discussion of geology, geochemistry and radioactivity of the outcrops. The composition of regional stratigraphic from old to young is quartzite unit, phyllite unit, conglomerate unit, sandstone unit, tuff unit and alluvium river. The main fault that developed in the study area are normal faults trending southwest – northeast. The study area is splitted into two sections where the southeastern part relatives fall down of the northwest. Based on geological setting, radioactivity and uranium data then is assumed that Harau is a potential area for the formation of uranium mineralization in sandstone and its vein type. Sandstone type is expected occur in sandstone conglomerate unit of The Brani Formation and vein type is expected occur in the quartzite unit of The Kuantan Formation.
Pelacakan Air Tanah di Desa Mbuit Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur Suharji Suharji; Muhammad Nurdin; Adhika Junara Karunianto; Sartapa Sartapa; Slamet Sudarto
EKSPLORIUM Vol 34, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1165.29 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2013.34.2.2808

Abstract

Kabupaten Manggarai Barat merupakan sebuah kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Manggarai Raya. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertambangan yang berwenang menangani masalah air tanah, bahwa Desa Mbuit merupakan salah satu desa yang mengalami kesulitan air bersih di musim kemarau.  Salah satu alternatif untuk mengatasi kesulitan air tersebut adalah pemanfaatan akuifer air tanah-dalam. Pekerjaan pelacakan air tanah-dalam dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik geologi, hidrogeologi dan karakteristik sifat kelistrikan batuan bawah permukaan yang diperlukan untuk mengetahui keberadaan lapisan batuan yang berpotensi mengandung air tanah (akuifer).  Untuk mencapai sasaran tersebut di atas dilakukan dengan cara pengukuran topografi, pendataan geologi/hidrogeologi, dan pengukuran geolistrik tahanan jenis. Berdasarkan hasil pengamatan, analisis hasil survei geologi permukaan dan didukung data tahanan jenis bawah permukaan di daerah pelacakan, dikenali adanya akuifer potensial. Akuifer potensial tersebut berada pada sistem akuifer celah (fracture), terdapat di utara daerah pelacakan  dan terdistribusi relatif barat-timur.  Kondisi akuifer terbaik terdapat di lintasan C titik C15–C17, lintasan G titik G17–G18 (Kampung Humpung),  lintasan D titik D14–D17, Lintasan E titik E14–E19 (Kampung Tureng) dengan nilai tahanan jenis 5–43 Wm pada kedalaman 50–120 m. West Manggarai Regency is a new regency as a result of regional development of Manggarai-Raya Regency.  Based on information from the local mining service authorities dealing with groundwater, Mbuit village undergo clean water shortages in the dry season.  One alternative to overcome the water shortages is the use of groundwater.  The investigation of groundwater is intended to determine the characteristics of the geology, hydrogeology and characteristics of the electrical properties of the subsurface rocks which required to determine the potential rock layers that containing groundwater (aquifers). To achieve these objectives carried out the topography measurement, collecting data of geological/hydrogeology, and electrical resistivity measurement.  Based on result of observations, analysis of the   surface geological survey and supported by subsurface resistivity data in the investigation area, the potential aquifer is found. The aquifers potential has been found in a fractured aquifer system, in the northern of investigation region and distributed relatively west-east. The best aquifer is found in the line C  at  the point  C15–C17, line G at the  point  G17–G18 (Humpung village), line D at the  point D14–D17, line E at the point  E14–E19 (Tureng village) with a resistivity value of 5–43 Wm  and the depth of 50–120 meters.
Geologi Daerah Muntok dan Potensi Granit Menumbing Sebagai Sumber Uranium (U) dan Thorium (Th) Kurniawan Dwi Saksama; Ngadenin Ngadenin
EKSPLORIUM Vol 34, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (757.808 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2013.34.2.2809

Abstract

Secara geologi di Bangka Barat terdapat beberapa granit yaitu Granit Menumbing, Granit Pelangas, Granit Jebus, dan Granit Tempilang. Secara tektonik granit-granit tersebut merupakan granit jalur timah yang membentang dari Thailand–Malaysia–Bangka Belitung. Granit jalur timah atau granit sumber timah (kasiterit) dapat berperan sebagai granit sumber uranium dan thorium. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi geologi daerah Muntok dan sekitarnya dan mengetahui potensinya sebagai sumber U dan Th. Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi permukaan wilayah Muntok dan sekitarnya skala 1 : 25.000, pengukuran kadar U dan Th di wilayah Granit Menumbing, analisis petrografi dan butiran mineral berat sampel Granit Menumbing. Penentuan granit sebagai sumber U dan Th berdasarkan data keterdapatan mineral radioaktif, anomali kadar U dan Th, pengamatan megaskopis dan  mikroskopis dari granit.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi daerah Muntok dan sekitarnya merupakan dataran bergelombang denudasional hingga perbukitan dengan ketinggian berkisar 0–455 m dpl (di atas permukaan laut). Stratigrafi daerah Mentok dan sekitarnya dari tua ke muda adalah satuan metabatupasir, terobosan Granit Menumbing, dan endapan aluvial. Sesar yang berkembang adalah sesar yang berarah relatif barat-timur. Berdasarkan keberadaan mineral radioaktif, kadar U dan Th serta tipe granitnya maka Granit Menumbing merupakan granit sumber Th bukan sumber U. In the West Bangka there are some granites namely Menumbing, Pelangas, Tempilang, and Jebus granite. The granites is granite tin belt that stretches from Thailand-Malaysia-Bangka Belitung. Granite tin belt or granite source of tin (cassiterite) can act as a source of U and Th. Aims of the study is to find out the informationon the geology of Muntok area and its surrounding and to determine the potency of Menumbing granite as a source of U and Th. The methods used is surface geological mapping in Muntok areas and its surrounding with scale 1 : 25.000, measurement grade of uranium and thorium in Menumbing granite areas and petrographic and grain size analysis of sample of Menumbing granite. Determination of granites a source of  U and Th is based on content of  radioactive mineral, anomaly of U and Th, megascopic and microscopic observation of granite. Morphology of Muntok areas and its surrounding is denudasional undulating plains to hills with an elevation ranging from 0 to 455 meters. Sratigraphy of research areas from old to young is metasandstone units, granite intrusion of Menumbing and alluvial. Evolving fault is a fault trending West-East. Based on the presence of radioactive minerals, grade of U and Th as well as the type of granite, it was concluded that the Menumbing granite is a source of Th and not sources of U.
Ground Penetrating Radar Survey Across The Bok Bak Fault, Kedah, Malaysia Yuaniarti Ulfa; Nur Fathin Mohd Jamel; Mardiana Samsuardi
EKSPLORIUM Vol 34, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1065.629 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2013.34.2.2802

Abstract

A ground penetrating radar (GPR) survey was done across the Bok Bak Fault zone in Baling, Kedah in order to investigate the shallow subsurface geology of the Bok Bak fault zone, its extension and associated weak zones within the study area. GPR data acquisition was compared with visual inspection on the slope of the outcrop. Ten GPR profiles were acquired using 250 MHz GPR frequency. Basic data processing and filtering to reduce some noise and unwanted signal was done using MALA RAMAC Ground Vision software. The data penetrate around 2 meters in depth for all survey lines. In most lines shows clear images of shallowest Bok Bak Fault (NW trending) as detected at distance of 28 m horizontal marker. It also exhibits several sets of faults as a result of Bok Bak Fault deformation, including the conjugate NE trending fault (Lubok Merbau Fault). Active seismicity encompasses the Malay-Thai Peninsular trigger the changes of Bok Bak Fault dipping direction, steeper dips of conjugate faults and faults or fractures rotational movement. Survei menggunakan ground penetrating radar (GPR) yang dijalankan melalui kawasan patahan Bok Bak di Baling, Kedah adalah bertujuan untuk menyelidiki geologi dangkal zona bawah tanah patahan Bok Bak, kemenerusannya beserta zona-zona lemah di sekitar patahan tersebut. Data pengukuran GPR yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan hasil pengamatan langsung pada tebing singkapan. Sepuluh profil GPR telah diperoleh menggunakan frekuensi 250 MHz. Pemrosesan dasar dan penapisan data untuk mengurangi sinyal-sinyal yang tidak dikehendaki berikut gangguan-gangguan suara dilakukan dengan piranti halus MALA RAMAC Ground Vision. Data mampu menembus hingga kedalaman 2 meter untuk semua garis survei. Umumnya garis survei menunjukkan gambar yang jelas untuk patahan Bok Bak   (ke arah Barat Laut) sebagaimana terdeteksi di jarak 28 m pada penanda horisontal. Beberapa set patahan yang dihasilkan dari deformasi patahan Bok Bak juga dapat dideteksi, termasuk pasangan patahan yang ke arah Timur Laut (patahan Lubok Merbau). Pergerakan aktif seismik di Peninsula Malaya-Thailand turut memicu perubahan arah kemiringan patahan Bok Bak, menjadikan kemiringan pasangan patahan lebih curam, dan pergerakan rotasi patahan dan retakan.

Page 1 of 1 | Total Record : 6