cover
Contact Name
Derry Ahmad Rizal
Contact Email
derry.rizal@uin-suka.ac.id
Phone
+628562577044
Journal Mail Official
prodisaafusap@gmail.com
Editorial Address
Prodi Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281, Telepon (0274) 512156 ext. 43109
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Religi: Jurnal Studi Agama-agama
Religi: Jurnal Studi Agama-Agama is an open access peer reviewed research journal published by Department of Religious Studies, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Religi: Jurnal Studi Agama-Agama is providing a platform for the researchers, academics, professional, practitioners and students to impart and share knowledge in the form of empirical and theoretical research papers, case studies, and literature reviews. Religi: Jurnal Studi Agama-Agama welcomes and acknowledges theoretical and empirical research papers and literature reviews from researchers, academics, professional, practitioners and students from all over the world. This publication concern includes studies of world religions such as Islam, Christianity, Buddhism, Hinduism, Judaism, and other religions. Interdisciplinary studies may include the studies of religion in the fields of anthropology, sociology, philosophy, psychology, and other cultural studies.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 2 (2016)" : 5 Documents clear
BUDDHISM IN DOING INTERRELIGIOUS CONNECTION (Study in Mindfulness from Thich Nhat Hanh) Abdul Mujib
Religi: Jurnal Studi Agama-agama Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/rejusta.2016.1202-04

Abstract

Buddhism as religion which prioritizes human being is more open than otherreligions. In this paper, I examine how Buddhism relates to other religions which have theological concepts, even though Buddhism also has relation into social engagement. I also discuss how Buddhism as a way of life can philosophically encounters with other philosophical religions. Therefore, I view Buddhism as theology or philosophy and also as social in the same time. I will show that although Buddhism does not have concept of God, yet it can build interreligious relation with theistic religions. Therefore, socially engaged and interior dialogue (meditation) can be alternatives for Buddhists to do interreligious connection.
SHAMBHALA; MITOS ABADI SPIRITUALITAS BUDDHA MAHAYANA DI TIBET Ali Ilham Almujaddidy
Religi: Jurnal Studi Agama-agama Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/rejusta.2016.1202-05

Abstract

Dewasa ini, agama sebagai sebuah konstitusi mulai ditinggalkan, sedangkan spiritualitas sudah mulai maju karena lebih meyakinkan. Di Barat, Buddha tumbuh dan berkembang layaknya tanaman. Ajaran-ajaran spiritualitas Bud-dha sudah mulai dipakai oleh berbagai kalangan dari berbagai latar belakang agama. Hingga akhirnya semangat beragama tidak lagi terbatas oleh dogma komunitas dan lebih pada penjelajahan spiritual individu. Barat dikenal dengan rasionalitasnya, sedangkan Timur dikenal dengan kearifan spiritualnya. Jauh sebelum Buddha berkembang di Barat, Timur telah menunjukkan pesonanya terhadap dunia. Pesona kearifan itu muncul dari arah Gunung Himalaya di sebuah negeri yang tersembunyi di balik bayang-bayang China. Tibet adalah sebuah negara dengan karakter spiritual yang unik. Magnet spiritualnya bahkan menarik simpati orang-orang yang memiliki pengaruh besar, dari masa GenghisKhan sampai Adolf Hitler. Mereka merasa terpanggil untuk mencari sebuah surga dunia yang terlanjur menjadi utopia spiritual, surga itu disebut dengan Shambhala.Shambhala  sebagai spiritualitas tertinggi umat Buddha Mahyana di Tibetmemiliki visi spiritual berupa keinginan untuk mempertahankan etika-etika manusia, sekaligus mencari kebebasan sepenuhnya kepada setiap orang. Pada dasarnya, konsep ajaran spiritual Shambhala sepenuhnya terdapat dalam teks Kalachakra Tantra, sebuah kitab yang memiliki ajaran paling tinggi, esoteris dan sulit dimengerti. Oleh karena itu, Shambhala akan bisa dicapai hanya dengan laku meditasi Kalachakra  secara intensif. Shambhala  sebagai ajaran spiritualitas terting gi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap umat Buddha Mahayana di Tibet. Adapun Kalachakra Tantra memainkan peranan penting dalam pembentukan ajaran spiritualitas yang terdapat dalam Shambhala. Uraiannya menyebutkan bahwa Shambhala merupakan ajaran yang paling penting yang harus dipraktekkan oleh umat Buddha Tibet khususnya. Hal ini bukan karena Shambhala lebih unik daripada yang lain, melainkan karena ajaran spiritualitas Shambhala sangat vital dan diberikan untuk titisan keduniaan yang bisa diaplikasikan di bawah semua kondisi manusia. Oleh karena itu, filsafat perenial sebagai cermin spiritual  Shambhala  dibutuhkan untuk membangun kesadaran esoteris dalam setiap dimensi kehidupan manusia, yang bangunan pemikirannya mencerminkan pengetahuan yang mensucikan dan mencerahkan bagi peningkatan spiritualitas, sehingga dapat dengan mudah menghayati makna substansi agama yang sebenarnya.
MAKNA TAHUN 1914 DAN PERANG DUNIA I MENURUT KRISTEN SAKSI YEHOVA Roni Ismail
Religi: Jurnal Studi Agama-agama Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/rejusta.2016.1202-07

Abstract

Tahun 1914 M menurut ajaran Kristen Saksi Yehova merupakan tahun penting dalam Alkitab sebagai kelahiran Kerajaan Allah didasarkan pada nubuat Daniel 4. Nubuat ini menjelaskan bahwa pemerintahan Allah akan terputus selama tujuh masa. Tujuh masa tersebut dimulai ketika Israel dikalahkan oleh Babilonia pada 607 SM selama tiga setengah masa sama dengan “seribu dua ratus enam puluh hari” (1260 hari), “Tujuh masa” panjangnya dua kali itu, atau 2.520 hari. Berdasarkan  Bilangan 14:34 dan Yehezkiel 4:6 “satu hari untuk satu tahun.” Sehingga, 2.520 tahun itu dimulai pada Oktober 607 SM sampai Oktober 1914. Perang Dunia I yang terjadi dimulai pada tahun 1914 juga merupakan bukti historis dari tanda-tanda kelahiran Kerajaan Allah yang dimuat Alkitab. Dampak yang ditimbulkan oleh PD I seperti peperangan besar, krisis pangan, penderitaan kemanusiaan, timbulnya penyakit­-penyakit baru, dan degradasi moral, sesuai dengan tanda-tanda yang dinubuatkan oleh Alkitab. Bagi jemaat Kristen Saksi Yehova, Kerajaan Al-lah akan mendatangkan manfaat luar biasa besarnya, yaitu; tidak ada lagiproblem kesehatan, tidak ada lagi kematian, Yehuwa pasti akan menghapus air mata dari semua muka, yang mati akan hidup lagi, akan ada kebangkitan, tidak ada lagi tuna wisma atau pengangguran, tidak ada lagi perang, tidak ada lagi kekurangan makanan, dan tidak ada lagi kemiskinan.
PENYALIBAN YESUS DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGIS UMAT KRISTEN DAN UMAT ISLAM Dian Nur Anna
Religi: Jurnal Studi Agama-agama Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/rejusta.2016.1202-01

Abstract

This article aims to understanding the crucifixion of Jesus according to bothChristians and Muslims in psychological perspective. This article try to illustrate how Christians and Muslims talk about the crucifixion of Jesus and the possibility to make an understandable between both religions. Christianity be-lieves that Jesus was dead on the cross for salvation. Islam, as a religion begin-ning after Christianity, also respects Jesus, especially the death of Jesus. Muslims have different opinions about the death of Jesus which divided them into two groups. The first group believes that Jesus did not crucify and did not die on the cross. The second groups of Muslims agree that Jesus crucified, but maintain that he did not die on the cross. Based on this article, it can know the meaning of crucifixion of Jesus from both Christians and Muslims in psychological perspective. For Christians, the mean-ing of crucifixion of Jesus is a proof of love and triumph of God. Jesus is an incarnation of God dead to redeem a great sin of human being and he was resurrected. For Muslims, the meaning of crucifixion of Jesus is a proof of love and triumph of God. God save Jesus from death on the cross with take Jesus beside God. Then, Muslims can understand how God sent Jesus as human to redeem human beings and God loves Jesus as a prophet with special status.
ISLAM DAN KRISTEN MERAJUT HARMONI Iftahuul Mufiani
Religi: Jurnal Studi Agama-agama Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/rejusta.2016.1202-03

Abstract

Hubungan antara Islam dan Kristen sudah lama terjadi sejak kelahiran Nabi Muhammad saw yang mana sebelum beliau diangkat menjadi Rasul sudah bertemu dengan beberapa penganut agama Kristen dan memberitahukan tanda-tanda kenabian. Selain itu setelah berkembangnya Islam Rasulullah juga pernah mengirim beberapa surat kepada para penguasa di tanah jazirah Arab saat itu. Mereka ada yang menerima dan ada yang menolak bahkan menantang ingin ber perang. Semua yang terjadi merupakan pola hubungan Islam dan Kristen pada masa awal. Islam berkembang begitu pesat hal ini ditandai dengan ekspansi pada masa khulafa al­Rasyidin dan berlanjut di masa dinasti Umayyah di Damaskus dan Abbasiyah di Baghdad. Puncak hubungan antara Islam dan Kristen ketika terjadi Perang Salib. Walaupun pada akhirnya kemenangan ada berada dipihak Islam, tetapi hasil dari perang tersebut mendapat kerugian yang sangat besar. Namun dibalik peperangan yang terjadi banyak pelajaran baik itu dari budaya, sosial, dan pengetahuan yang didapatkan Islam dan Kristen.Masa kejayaan Islam di Eropa berakhir ketika para penguasa sepakat ingin merebut kembali Spanyol dari Islam yang ada di Granada. Islam sempat jaya dan berkembang pesat selama dua abad di sana. Konflik intern antar penguasa Islam serta beberapa lagi desaka n yang dilakukan pihak musuh akhirnya Islam mengalami kemunduran di Spanyol yang ditandai dengan berhasilnya pihak penguasa gabungan di Eropa mengalahkan kerajaan Islam di Granada. Terakhir runtuhnya kerajaan Turki Utsmani. Aspek yang penulis lihat pada keruntuhannya adalah perkembangan yang pesat dibidang tekhnologi perang di Barat. Hal ini menjadi faktor ekternal selain juga didukung faktor intern yang terjadi di tubuh dinasti Turki Usmani yang mampu dimanfaatkan oleh Barat untuk melakukan penyerangan. Tetapi dibalik semua keruntuhana kerajaan Turki Utsmani tersebut faktor yang paling mendasar yaitu politik kekuasaan terjadi dimana-mana.

Page 1 of 1 | Total Record : 5