cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
JURISDICTIE Jurnal Hukum dan Syariah
ISSN : 20867549     EISSN : 25283383     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurisdictie (print ISSN 2086-7549, online ISSN 2528-3383) is peer-reviewed national journal published biannually by the Law of Bisnis Syariah Program, State Islamic University (UIN) of Maulana Malik Ibrahim Malang. The journal puts emphasis on aspects related to economics and business law which are integrated to Islamic Law in an Indonesian context and globalisation context. The languages used in this journal are Indonesia, English and Arabic.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)" : 9 Documents clear
BEA MASUK IMPOR TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UU NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN Bachtiar, Moch Yusuf
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v5i2.4020

Abstract

Import duty is one kind of new charges and under the authority of the Directorate General of Customs and Excise and has a very large share of both the income and state revenues from the domestic industry protection against attacks from abroad industry. Basic Law of Import Duty is under Article 12 of Law no. 10, 1995 On Customs which then made changes as stipulated in Law no. 17 of 2006 on the Amendment Law. 10, 1995 On Customs. In Civilization and Islamic Khazanah itself besides Zakat, Kharaj and Jizya as a form of tax on the community there is also some kind of import duty that begins with a varied amount kaafir Harbi to levy 1/10, dhimmi 2/10, and Muslim 4/10. However occurred Pros and Cons imposition of import duty on Muslims. The focus of research is on the Import Duties Law Indonesia terms of Islamic law. This research aimed to find out whether the determination of levies import duties today in accordance with the policy of the caliphate. If the same is made the same and what is different if what makes it different. This research uses the research literature by using the approach of laws and concepts and approaches using content analysis. This study concluded that the determination of levies import duty on Indonesia is in accordance with the concept of 'usyr in Islamic law and that makes it different is the use religon Islamic caliphate state while using the Indonesian nation-state.Bea masuk import merupakan salah satu jenis pungutan yang ada dan di bawah kewenangan Direktorat Jenderal bead an cukai dan mempunyai andil yang sangat besar, baik terhadap pemasukan pendapatan Negara maupun perlindungan terhadap industry negeri dari serangan industry dari luar negeri. Dasar hukum pungutan bea masuk impor diatur dalam pasal 12 UU No 10 tahun 1995 tentang kepabeanan yang kemudian dilakukan perubahan sebagaimana yang diatur dalam UU No 17 tahun 2006 tentang perubahan UU No 10 tahun 1995 tentang kepabeanan. Penelitian ini focus pada hukum bea masuk impor di Indonesia ditinjau dari segi hukum islam. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah penetapan pungutan bea masuk import saat ini juga sesuai dengan kebijakan pada masa kekhalifahan, jika sama apa kesamaannya dan jika berbeda apa perbedaannya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan dengan menggunakan penggunaan Undang-undang dan pendekatan konsep dan menggunakan analisa konten. Kesimpulannya adalah bahwa penetapan adanya pungutan bea masuk impor di Indonesia adalah sesuai dengan konsep ‘usyr dalam hukum Islam menggunakan religion state, sedangkan Indonesia menggunakan natin state.
DYNAMICS OF TUNISIAN POLYGAMY LAW IN GENDER PERSPECTIVE Chusnayaini, Ayyus Sahidatul
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v5i2.4015

Abstract

This research aims to answer the problem of dynamics of Tunisian polygamy law in gender perspective. The method was used in this study was the type of normative research with collaboration of the historical, statute and conceptual approach. The results of determines that the dynamics of polygamy law is a great revolution in Tunisia. There are several factors that influence the dynamics: understanding of religion; secular ideology; socio-cultural; political; and education. This dynamics can be seen from the third period of legal development, namely: a) the period of preindependence b) The period after independence c) the period of the revolution (nowadays). There are some issue about the discourse of law legalizing on banning polygamy law in Tunisia. The dynamics of polygamy law that occurred in the period after independence indicates a progression of the effort from Tunisian State to protect the rights of women.Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah dinamisasi hukum poligami di Tunisia menurut gender. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian normatif dengan mengolaborasikan sejarah, undang-undang dan konsep. Hasil penelitian dinamika menunjukan sebuah revolusi yang besar di Tunisia. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika tersebut adalah: pemahaman agama; idiologi sekuler; susio-kultural; politik; dan pendidikan. Dinamika ini dapat dilihat dari 3 periode perkembangannya, yang disebut: a) periode sebelum independen; b) periode setelah independen; dan c) periode revolusi (sekarang). Ada beberapa persoalan tentang wacana hukum yang melegalkan larangan poligami di Tunisia. Dinamika hukum poligami yang terjadi setelah kemerdekaan menunjukan usaha negara Tunisia untuk meningkatkan perlindungan terhadap hak-hak wanita.
PERLINDUNGAN MOTIF BATIK MILIK PENGRAJIN PERORANGAN DI BOJONEGORO MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DAN FATWA MUI (STUDI KASUS DI SENTRA PENGRAJIN BATIK JENEGOROAN) Nikmah, Hidayatul
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v5i2.4021

Abstract

This research indicates that there is protection of batik in Bojonegoro regency, that is batik craftsmen have to register to Disperindag Bojonegoro regency as a temporary protection. The regulation number 19 of 2002 about Copyright and recognized by law is registering djhki according to article 37 act no. 19 2002 on copyright. Form copyright protection a batik reviewed in mui fatwa was appertain hak milik huquq milkiyyah one property right huquq maliyyah. Batik is category mal or possessions because mal jointed on two principle namely ainiyah and urf batik is included in the category ainiyah because it is category objects or property intangible. So that obtains legal protection.On mui fatwa use copyright another without permission of a creator is his legal common and is liable compensation is categorized theft On act No. 19 year 2002 on copyright.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk perlindungan motif batik dari Pemerintah Kabupaten Bojonegoro yaitu mendata, menghimbau para pengrajin batik untuk mendaftarkan ke Disprindag Kab, Bojonegoro sebagai bentuk perlindungan sementara. Pada UU. No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta perlindungan yang resmi dan diakui oleh hukum adalah mendaftarkan ke DJHKI sesuai pasal 37 UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Bentuk perlindungan hak cipta motif batik ditinjau dalam Fatwa MUI merupakan tergolong hak milik huquq milkiyyah salah satu hak kekayaan huquqmâliyyah. Batik merupakan kategori mâl atau harta karena mâl bersendi pada dua asas yaitu ‘ainiyah dan‘urf batik merupakan masuk dalam kategori ‘ainiyah karena merupakan kategori benda atau harta yang berwujud. sehingga memperoleh perlindungan hukum. Pada Fatwa MUI menggunakan hak cipta orang lain tanpa izin dari pencipta adalah hukumnya haram dan bisa dikenakan ganti rugi termasuk kategori pencurian. Pada UU. No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta bahwa hak cipta melindungi hak moral dan hak ekonomi yang hukumannya telah diatur dalam pasal 72 UU. No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.
MAKNA LAFADZ IDRIB DALAM QS. AN-NISA AYAT 34 PERSPEKTIF ULAMA KABUPATEN MALANG Haris, Muhammad Lukman
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v5i2.4016

Abstract

The background of this research, is the fact often indicates that the marital relationship is not always harmonious. Sometimes a spouse fails to save the Big Dipper in the household as it faces problems that are considered to be beyond their means. Sometimes women ignore or less than the maximum husband right in doing his duty to the house and her children. This study aims to describe, how do cleric Malang Meaning Lafadz idrib on Qs. An-Nisa verse 34 and how do Malang cleric on how the settlement of disputes in domestic life which in turn can realize harmonious family. While the object of research is the Ulema Malang.The results of this Penetian, researchers finally, first, the meanings of the Salafi Ulama Lafadz idrib on Qs. AnNisa verse 34 by taking the path of violence that is hitting with the hand, while the scholars of Modern and Contemporary in meaning Lafadz Idrib ie, hit without using street violence, ie by continuously advised. Second, Salafi cleric in resolving disputes in domestic life are clubbed, Salaf allow wife beating wives who disobey the reason is still the responsibility of the husband, it is necessary to resort to violence to revive him. Modern and contemporary scholars While there are two methods to resolve disputes that occur in the home, The first is by way of violence, that is allowed to beat his wife as long as the stage-the stage prior to the beating had done well and has not produced results. The second dispute resolution process in the household is, without the use of the least violent way, which is enough to be kept advised menurus due to violence if the problem is not going to finish, and beating only produces more dangerous uprising.Studinya bertujuan untuk menggambarkan, bagaimana ulama Malang Arti Lafadz idrib pada Qs. An-Nisa ayat 34 dan bagaimana ulama Malang tentang bagaimana penyelesaian sengketa dalam kehidupan rumah tangga yang pada gilirannya dapat mewujudkan keluarga yang harmonis. Sedangkan objek penelitian adalah Ulama Malang. Hasil Penetian ini, peneliti akhirnya, pertama, arti dari Salafi Ulam aLafadzidrib pada Qs.An - Nisa ayat 34 dengan mengambil jalan kekerasan yang memukul dengan tangan, sementara para ulama Modern dan Kontemporer dalam arti Lafadz Idribi adalah memukul tanpa menggunakan jalan kekerasan, yaitu dengan saran atau masukan, kedua, ulama salafi dalam menyelesaikan sengketa kehidupan rumah tangga dengan dipukul, ulama’ Salafi membolehkan pemukulan terhadap istri yang tidak taat alasannya adalah karena masih tanggung jawab suami, maka perlu menggunakan kekerasan untuk menghidupkan kembali kepadanya. Sedangkan para ulama’ kontemporer pertama adalah dengan cara pendekatan musyawarah, apabila belum membuahkan hasil. Proses penyelesaian sengketa kedua dalam rumah tangga adalah dengan peringatan yang keras, hindari kekerasan karena hanya menghasilkan pemberontakan lebih berbahaya.
EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DI BANK SYARIAH MANDIRI KOTA MALANG DI TINJAU DARI FATWA DSN MUI NOMOR 68 TAHUN 2008 Makruf, Solihan
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v5i2.4017

Abstract

In the modern era bankings are not only collecting funds from the society and distributing them as loans. It is important for us to observe whether the activities are halal or not from Islamic perspective. Therefore, it is important to build dependable islamic bankings with high Islamic law awareness. The study has three research questions. They are: 1) How is the practice of fiduciary guarantee in Bank SyariahMandiri Kota Malang? 2) What is the perspective of National Sharia Board of MUI on fiduciary guarantee in Bank Syariah Mandiri Kota Malang? 3) How is the execution of fiduciary guarantee as the consequence of debtor’s failure in paying their debt in Bank Syariah Mandiri Malang?The study employs sociological or empirical law method. It is an approach to analyze an effectively established legislation or law.It analyzes qualitatively the implementation of fiduciary guarantee in Bank Syariah Mandiri Kota Malang. The dataconsists of primary data from interviews and secondary data from the library study. The writer uses descriptive analytical data analysis.Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan jaminan dan eksekusi jaminan fidusia terhadap barang jaminan tidak sesuai dengan hukum yang ada dari perspektif hukum positif tentang jaminan fidusia dan dari perspektif hukum islam yang didasarkan pada fatwa Badan Syariah Nasional. Kesimpulannya, Bank Islam sering melakukan kesalahan pada prosedur eksekusi jaminan fidusia. Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa prosedur jaminan fidusia dan eksekusinya di Bank Syariah Mandiri Kota Malang tidak sesuai dengan hukum yang ada. Seharusnya bank ini menerapkan prosedur sesuai dengan prinsip syariah dan fatwa Badan Syariah Nasional MUI, sebuah institusi yang menaungi bank-bank syariah dan hukum tentang jainan fidusia untuk memastikan pratik tersebut tidak akan merugikan pihak-pihak lain.
KETENTUAN PENGEMBALIAN SETORAN POKOK DALAM UNDANG-UNDANG NO.17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN (Perspektif Undang-Undang Dasar 1945 Dan Hukum Islam) Wahid, Soleh Hasan
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v5i2.4018

Abstract

UU. No.17 2012 about cooperation cause big controversy in cooperation practitioner circle. They thought that some rules in UU. No.17 2012 about cooperation exactly lost the pure soul of cooperation. So, judicial review be the ad vocational way that used by cooperation man and civil element. Wrong rule that be an attention here is rule in 67th article in the 1 st verse that organize the main deposit can’t be returnable. In Islamic law perspective, cooperation (syirkah ta’awuniyah) categorize as new syirkah model that never known of fuqaha before. The consequences is provision of main deposit in rule of statue must be synchronize and based on syirkah law that previously agree of preceding fuqoha too. Based on analysis of the writer, provision of 28th H article (4) UUD 1945 that distinctly give protection to personal ownership. Because of that reason, the provision of main deposit that can’t refund in cooperation statue contrast with 28th H article (4) UUD 1945. In Islamic law perspective syirkah based on the majority of ulama (jumhur ulama) categorize as jaiz agreement (akad jaiz). This matter appearance consequences that syirkah agreement in cooperation which bounded main deposit ownership to the member is broken agreement (akad fasid) because there are some mall caracteristic (in the jaiz characteristic) the syirkah agreement.UU Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menimbulkan kontroversi besar di kalangan praktisi perkoperasian. Mereka mensinyalir bahwa beberapa ketentuan dalam UU Nomor 17 Tahun 2012 justru menghilangkan jati diri koperasi. Akhirnya, Jucial Review menjadi langkah advokasi yang dipilih oleh para pelaku koperasi dan elemen sipil lainnya. ketentuan yang disoroti adalah Pasal 67 ayat (1) yang mengatur bahwa setoran pokok koperasi tidak dapat dikembalikan. Dalam perspektif hokum Islam, koperasi dikategorikan sebagai bentuk baru yang belum dikenal oleh para fuqoha terdahulu. Konsekuensinya adalah, ketentuan pokok koperasi dalam peraturan perundang-undangan juga harus selaras dan didasarkan pada ketentuan syirkah yang telah disepakati oleh para ulama. Berdasarkan penelitian ini, ketentuan Pasal 28 H ayat (4) UUD 1945 secara tegas memberikan perlindungan terhadap hak milik pribadi. Oleh sebab itu, terhadap ketentuan pokok yang tidak dapat dikembalikan dalam UU Perkoperasian bertentangan dengan ketentuan Pasal 28 H ayat (4) UUD 1945. Dalam perspektif hukum Islam, syirkah menurut jumhur ulama dikategorikan sebagai akad jaiz (tidak mengikat). Hal ini menimbukan konsekuensi bahwa akad syirkah dalam koperasi yang membatasi kepemilikan setoran pokok terhadap anggota merupakan akad yang fasid (batal) karena adanya cacat dalam akadnya.
دراسة مقارنة عن الفتوى المعاصرة بين إندونسيا وماليزيا Qonytha, Didin
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v5i2.4012

Abstract

The discussion in this paper are the polemics of misyâr marriage that developed in the Bay State. This marriage is a marriage where a spouse has waived such right answer or do not earn a living and residence. The purpose to make the wedding the husband is free from obligation toward his wife to provide a living and residence as another wife. "discount" is only available for couples who are mostly his wife comes from a rich family and takes the figure of man as a social status. This study uses empirical methods qualitative comparison of the thinking approach with Indonesia and Malaysia Shariah lecture. The analysis results can be known that many of the informants who approved this marriage due to fulfillment a marriage license and the willingness of the wife without any coercion from any party. While some informants do not agree to give the reason that marriage is denying the essence of marriage i.e. form a family of sakinah, mawadah and rahmah.Pembahasan dalam tulisan ini adalah polemik nikah misyâr yang berkembang di Negara teluk. Tujuan pernikahan ini adalah agar suami bebas dari kewajiban terhadap istrinya untuk memberikan nafkah dan tempat tinggal seperti istri yang lain. “diskon” ini hanya diperoleh bagi pasangan yang sebagian besar istrinya berasal dari keluarga kaya dan membutuhkan sosok lelaki sebagai status sosial di kalanganya. Penelitian ini menggunakan metode empiris kualitatif dengan pendekatan perbandingan pemikiran dosen syari’ah Indonesia dan Malaysia. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa banyak dari informan yang menyetujui pernikahan ini dikarenakan terpenuhinya rukun nikah dan kesediaan istri tanpa adanya pemaksaan dari pihak manapun. Sedangkan beberapa informan yang tidak menyetujui memberi alasan bahwa pernikahan ini mengingkari esensi pernikahanya itu membentuk keluarga sakinah, mawadah dan rahmah.
KEDUDUKAN ADVOKAT DALAM PASAL 5 UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT PERSPEKTIF HUKUM Umam, Adib Khoirul
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v5i2.4019

Abstract

This study aims to determine how Islam views which in this case is limited only four schools of opinion about the position of an advocate as law enforcement. In Islam indeed advocates known as providers of legal bantuah namely Hakam, mufti and mashalih alaih that functions similar to advokat.Penelitian function is called normative research with descriptive methods comparative analysis between positive law and Islamic law, namely Law No. 18 2003 and scholarly opinion four schools as primary data. Secondary data were taken from books or books that explain the legal theory of primary data. Article 5 of Law No. 18 of 2003 on lawyers has been explained that the position of advocate parallel with other law enforcement such as judges, prosecutors and police. But in fact appear black advocates not to enforce the law but instead became mafias that sell traded equity law. For it will be studied how exactly Islam's view of the position of Advocates with the formulation of the problem sebegai follows, first how the views of Islamic law for the position of advocate in Article 5 of Law No. 18 of 2003 on advocates, who both like where the relevance of Islam's view of the position of advocate in enforcement law in Indonesia. From research conducted authors argue for their refisi against the law number 18 of 2003 on advocates. alignment between advocates and other law enforcement must be followed by the high quality of an advocate and supervision of the performance of lawyers in order to minimize the occurrence of fraud in practice in providing legal aid.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam yang dalam hal ini hanya dibatasi pendapat empat madzhab tentang kedudukan advokat sebagai penegak hukum. Dalam Islam memang advokat dikenal sebagai lembaga pemberi bantuah hukum yaitu hakam, mufti dan mashalih alaih yang secara fungsi hampir sama dengan fungsi advokat. Penelitian ini disebut penelitian normatif dengan metode deskriptif analisis perbandingan antara hukum positif dan hukum Islam, yaitu undang-undang nomor 18 tahun 2003 dan pendapat ulama empat madzhab sebagai data primer. Data sekunder diambil dari kitab-kitab atau buku-buku teori hukum yang menjelaskan tentang data primer. Dari penelitian yang dilakukan penulis berpendapat perlunya adanya refisi terhadap undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang advokat. kesejajaran antara advokat dan penegak hukum lainya harus diikuti dengan tingginya kualitas seorang advokat dan pengawasan terhadap kinerja advokat agar bisa meminimalisir terjadinya penyelewengan dalam praktiknya dalam memberi bantuan hukum.
PELAKSANAAN TRADISI BASASULUH SUKU BANJAR PERSPEKTIF KONSEPSI KHITBAH SAYYID SABIQ (Studi di Desa Awang Bangkal Barat Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan) Saputra, Logista Deny
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Jurisdictie: Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v5i2.4014

Abstract

The discussion in this paper concentrates on Tradition Basasuluh contained in Banjar Tribe. In this tradition, there are some steps being taken by men that if the review of the concept of Sayyid Khitbah Sabiq have conformity and non-conformity, so need assessment and description of the implementation of Tradition Basasuluh Banjar tribe in terms of the concept of Sayyid Khitbah Sabiq. This research is an empirical study with a qualitative descriptive approach, and analyzed using the concept of Sayyid Khitbah Sabiq. The results of the analysis concluded that men should do Bacarian Tatuha Kampung, Bapara and Tuntung Pandang. Stages are not in accordance with the concept of Sayyid Khitbah Sabiq is Bacarian Tatuha Kampung and Tuntung Pandang, and appropriate is the stage Bapara. In accordance with the concept stage Bapara Khitbah Sayyid Sabiq because the essence of the thing is to know the condition and status of women desired men, well with intermediaries and direct others to ask themselves. Stages Bacarian Tatuha Kampung and Tuntung Pandang incompatible with the concept of Khitbah Sayyid Sabiq, because there is no essence of ease in these stages, while the concept of Khitbah Sayyid Sabiq facilitate ease in implementation Khitbah.Pembahasan dalam tulisan ini berkonsentrasi pada Tradisi Basasuluh yang terdapat di Suku Banjar. Dalam tradisi tersebut terdapat beberapa tahapan yang dilakukan oleh laki-laki yang jika ditinjau dari konsep Khitbah Sayyid Sabiq memiliki kesesuaian dan ketidaksesuaian, sehingga perlu pengkajian dan pendeskripsian pelaksanaan Tradisi Basasuluh Suku Banjar ditinjau dari konsep Khitbah Sayyid Sabiq. Jenis penelitian ini adalah empiris dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dan dianalisis menggunakan konsep Khitbah Sayyid Sabiq. Hasil analisis menyimpulkan bahwa pihak laki-laki harus melakukan Bacarian Tatuha Kampung, Bapara dan Tuntung Pandang. Tahapan yang tidak sesuai dengan konsep Khitbah Sayyid Sabiq adalah Bacarian Tatuha Kampung dan Tuntung Pandang, dan yang sesuai adalah tahapan Bapara. Pada tahapan Bapara sesuai dengan konsep Khitbah Sayyid Sabiq, sebab esensi hal tersebut adalah ingin mengetahui kondisi dan status dari perempuan yang diinginkan laki-laki, baik dengan perantara orang lain maupun langsung menanyakan sendiri. Tahapan Bacarian Tatuha Kampung dan Tuntung Pandang tidak sesuai dengan konsep Khitbah Sayyid Sabiq, sebab tidak ada esensi kemudahan dalam kedua tahapan tersebut, sedangkan konsep Khitbah Sayyid Sabiq mengutamakan kemudahan dalam pelaksanaan Khitbah.

Page 1 of 1 | Total Record : 9