cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 5 (2009)" : 12 Documents clear
Peran Heat Shock Protein 47 sebagai Faktor Prediktor PrognosisExperimental Autoimmune Neuritis Studi eksperimental untuk mempelajari perjalanan penyakit Sindrom Guillain Barre menggunakan mencit Mus musculus Balb/C Ruslan Muhyi
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.135 KB) | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.296-301

Abstract

Latar belakang. Sindrom Guillain Barre (SGB) adalah salah satu kelainan immune-mediated peripheralneuropathy karena gangguan sistem imun dengan ciri paralisis akut. Penelitian peran Hsp47 pada jaringansaraf pasien SGB tidak mungkin dilakukan pada manusia sehingga perlu model, experimental autoimmuneneuritis (EAN) adalah animal model yang mirip SGB pada manusia. Ekspresi Hsp47 merupakan biomarkerprospektif untuk deteksi prognosis SGB sehingga kelumpuhan dapat dicegah tetapi imunopatogesis peranHsp47 pada perubahan perjalanan penyakit SGB belum jelas.Tujuan. Membuktikan peran Hsp47 sebagai faktor prediktor prognosis perjalanan penyakit SGB.Metode. Penelitian eksperimental, sampel 30 mencit mus musculus Balb/C terdiri kelompok satu 10 sampeldengan pemberian myelin protein dosis 75 μg, kelompok dua 10 sampel pemberian myelin protein 25 μg,dan kelompok tiga 10 sampel diberi CFA (complete freud ajuvant) sebagai kontrol. Kemudian dibandingkankadar HSP47 setiap kelompok berdasarkan derajat kelumpuhan yang dianalisis dengan uji Manova.Hasil. Kelompok satu terjadi 4 mencit lumpuh berat, 6 lumpuh ringan, sedang kelompok dua dan tiga tidaktidak terjadi kelumpuhan. Pada mencit yang lumpuh berat terjadi peningkatan ekspresi Hsp47, Il-2, INF-􀁇dan TNF-􀁁. Pada lumpuh ringan terjadi peningkatan ekspresi Il-5 dan Il-10. Uji statistik menyatakan bahwaterdapat perbedaan bermakna kadar HSP47 antara kelompok perlakuan dengan kontrol.Kesimpulan. Ekspresi Hsp47 meningkat pada lumpuh berat, sehingga HSP47 dapat digunakan sebagaifaktor prediktor prognosis SGB
Pengaruh Waktu Penjepitan Tali Pusat Terhadap Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Bayi Baru Lahir M Sholeh Kosim; Qodri S; Bambang Sudarmanto
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.331-7

Abstract

Latar belakang. Masa setelah bayi lahir, sebelum plasenta dilahirkan, terjadi peralihan peran oksigenasi dariplasenta ke paru bayi. Selama masa tersebut, oksigenasi bayi melalui plasenta masih berlanjut, darah masihditransfusikan ke bayi (disebut transfusi plasenta). Jika peran oksigenasi plasenta dihentikan mendadakdengan penjepitan tali pusat dini, sementara paru belum berfungsi optimal, maka cerebral blood flowmenjadi tidak adekuat. Kapan penjepitan tali pusat seharusnya dilakukan, masih menjadi kontroversi danperdebatan lebih dari satu abad, namun mana yang lebih baik bagi bayi, belum mendapatkan jawabanyang memuaskan.Tujuan. Membuktikan pengaruh waktu penjepitan tali pusat setelah bayi lahir terhadap kadar hemoglobin(Hb) dan hematokrit (Ht) bayi baru lahir.Metode. Penelitian dengan posttest-only control group design, menganalisis pengaruh waktu penjepitan talipusat 45 detik (penjepitan lanjut) setelah bayi lahir terhadap kadar Hb dan Ht bayi baru lahir dibandingkandengan 15 detik (penjepitan dini). Subjek adalah 36 bayi baru lahir (19 subjek dilakukan penjepitan dini),lahir spontan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan rumah Bidan praktek swasta, antara Agustus 2007 -Februari 2008. Uji beda rerata kedua kelompok menggunakan independent t-test. Uji multivariat digunakanuji regresi logistik.Hasil. Kadar Hb subjek kelompok penjepitan dini (13,4-18,4)g% dan lanjut (14,5-20,1)g%. Kadar Ht bayipenjepitan 15 detik (37,6-54,7)% dan penjepitan 45 detik antara (41,6-60,6)%. Pada kelompok penjepitan15 dan 45 detik terdapat perbedaan bermakna rerata Hb subjek (16,30g±1,36) dan (17,34±1,67)g% dan Ht(47,08±4.54)g% dan (51,34±6,07)g% dengan angka signifikansi berturut-turut p=0,048 dan p=0,022.Kesimpulan. Rerata kadar Hb dan Ht kelompok penjepitan tali pusat 45 detik lebih tinggi (secara statistikbermakna) dibandingkan kelompok penjepitan 15 detik.
Perbandingan Efek Live dan Heat-killed Probiotic Terhadap Penyembuhan Diare Akut Nondisentri pada Anak Reby Kusumajaya; Ina Rosalina; Sri Endah Rahayuningsih
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.302-7

Abstract

Latar belakang. Diare akut masih menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas, terutama di negara berkembang. Probiotik sebagai mikroorganisme hidup jika dikonsumsi dalam jumlah cukup akan memberikan manfaat terhadap tubuh pejamu. Namun masih terdapat masalah teknologi probiotik yang sulit diatasi, yaitu hilangnya dosis dan aktivitas yang tidak dapat diprediksi karena kualitas penyimpanan sediaan yang beragam. Heat-killed probiotic sudah mengalami tindalisasi menawarkan sediaan farmasi yang lebih stabil dengan aktivitas yang sama.Tujuan. Menilai efektifitas heat-killed probiotic dibandingkan dengan live probiotic terhadap anak yang menderita diare akut nondisentri.Metode. Uji klinis acak tersamar buta ganda terhadap pasien diare akut nondisentri usia 6-24 bulan dengan atau tanpa dehidrasi ringan-sedang di RS Hasan Sadikin, RSUD Ujung Berung dan RSUD Cibabat pada periode bulan April-Mei 2008. Setiap subjek mendapat satu bungkus berisi 3 x 1010 probiotic atau 107 live probiotic, kemudian dilanjutkan dengan interval 8 sampai 12 jam per hari selama lima hari. Durasi dan frekuensi defekasi dicatat secara kuantitatif. Analisis statistik dihitung dengan menggunakan uji t.Hasil. Didapatkan 52 anak (25 heat-killed probiotic, 27 live probiotic) masuk ke dalam penelitian. Rata-rata durasi diare menurun secara bermakna pada pasien yang diberi heat-killed probiotic (50,2 jam SB 28,6) dibandingkan dengan live probiotic (74,8 jam SB 28,8) (p=0,003). Rata-rata frekuensi defekasi juga lebih rendah secara bermakna pada kelompok heat-killed probiotic dibandingkan dengan kelompok live probiotic (8,3;SB 7,4 vs 10,7;SB6,4).Kesimpulan. Heat-killed probiotic lebih baik dalam mengurangi lama diare dan frekuensi defekasi daripada live probiotic pada anak pasien diare akut nondisentri.
Model Skoring Untuk Memprediksi Anemia Defisiensi Besi pada Bayi 0-6 Bulan Harapan Parlindungan Ringoringo; Iskandar Wahidiyat; Bambang Sutrisna; Rahayuningsih Setiabudy; Rulina Suradi; Rianto Setiabudy; Saptawati Bardososono
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.338-44

Abstract

Latar belakang. Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu masalah kesehatan gizi di Indonesia. DataSKRT tahun 2001 menunjukkan prevalensi ADB pada bayi 0-6 bulan 61,3%. Belum dijumpai pemeriksaanlaboratorium sederhana yang dapat memprediksi seorang bayi berusia 0-6 bulan menderita ADB.Tuj uan. Mencari model skoring untuk memprediksi ADB pada bayi 0-6 bulan.Metode. Desain penelitian adalah studi kohort prospektif dengan pembanding eksternal. Ada 211 bayi yangikut penelitian, terdiri dari 143 bayi yang lahir dari ibu tanpa anemia dan 68 bayi yang lahir dari ibu dengananemia. Pemeriksaan darah tepi lengkap, gambaran darah tepi, feritin, sTfR dilakukan saat bayi berusia 0bulan, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 12 bulan. Diagnosis ADB berdasarkan 1) kadar Hb <14g/dL untuk usia 0-3 hari,<11g/dL untuk usia 1 bulan, <10g/dL untuk usia 2-6 bulan, 2) gambaran darah tepi mikrositik dan atauhipokrom, 3) kadar Hb meningkat setelah diberi terapi besi, 4) RDW >14%, 5) Indeks Mentzer >13; 6)Indeks RDW >220.Hasil. Faktor risiko terjadi ADB pada bayi berusia 0-6 bulan adalah diet ibu dan jenis kelamin bayi. Berdasarkanfaktor risiko dibuat model skoring dan klasifikasi risiko untuk memprediksi seorang bayi berusia 0-6 bulanakan menderita ADB atau tidak.Kesimpulan. Model skoring untuk memprediksi ADB pada bayi berusia 0-6 bulan dapat digunakan untukdeteksi dini ADB. (
Faktor Risiko Lingkungan pada Pasien Japanese Encephalitis I Gede E. Paramarta; I Komang Kari; Sunartini Hapsara
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.308-13

Abstract

Latar belakang. Penyakit Japanese encephalitis (JE) diperkirakan menjadi endemis di seluruh negara Asia,namun hanya sedikit kasus yang telah dilaporkan dari negara-negara tropis Asia seperti Indonesia, Malaysia,dan Pilipina. Di Indonesia terutama di Bali, penelitian mengenai faktor risiko lingkungan pasien JE padamanusia masih sangat terbatas.Tujuan. Mengetahui peran sawah dan babi sebagai faktor risiko JE.Metode. Suatu penelitian kasus-kontrol telah dilaksanakan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Bali, dariJanuari 2005 sampai Desember 2007. Pasien usia kurang dari 12 tahun dan tinggal di Provinsi Bali denganensefalitis akut atau meningoensefalitis dimasukkan dalam penelitian. Hasil diagnosis JE ditetapkan denganIgM virus-spesifik dalam cairan serebrospinal (CSS) dan serum, dengan metode IgM captures enzyme-linkedimmunosorbent assay (MAC ELISA).Hasil. Empat puluh enam orang telah dimasukkan sebagai subjek penelitian, 23 disebabkan oleh JE.Sawah RR 4,68 (IK 95% 1,29;16,98); p=0,016, babi RR 4,28 (IK 95% 1,24;14,73); p=0,018 dan jarakkandang kurang dari 100 meter RR 8,00 (IK 95% 1,27;50,04); p=0,004 berhubungan dengan terjadinyaJE. Umur rerata pasien JE 65,52 (SD 32,54) bulan. Setelah dilakukan analisis multivariat, variabel sawahdi sekitar tempat kediaman pasien menunjukkan hasil yang bermakna secara statistik RR 69,9 (IK 95%1,55;314,52); p=0,029.Kesimpulan. Sawah di sekitar tempat tinggal pasien merupakan faktor risiko Japanese encephalitis. 
Ketuban Pecah Dini dan Demam Intrapartum Sebagai Faktor Risiko Sepsis Neonatorum Onset Dini Naufal Sastra Negara; Setya Wandita; Purnomo Suryantoro
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.701 KB) | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.351-6

Abstract

Latar Belakang. Sepsis neonatorum onset dini masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada neonatus. Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor maternal berhubungan dengan peningkatan risiko sepsis neonatorum onset dini. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah ketuban pecah dini dan demam intrapartum.Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dan demam intrapartum terhadap peningkatan risiko sepsis neonatorum onset diniMetode. Penelitian kohort dilakukan secara prospektif selama 2 tahun, antara bulan Januari 2006 sampai dengan Desember 2007 di Instalasi Maternal-Perinatal RS. Dr.Sardjito, Yogyakarta. Neonatus yang terpapar ketuban pecah dini dan/atau demam intrapartum dimasukkan dalam penelitan dan diikuti selama 72 jam. Kriteria eksklusi adalah kelainan bawaan dan/atau lahir dari ibu yang mendapatkan antibiotik intrapartum. Diagnosis sepsis dinilai dalam 72 jam pertama kehidupan berdasarkan kriteria klinis dan konfirmasi biakan positif. Pengukuran hubungan antara paparan dan sepsis ditampilkan dengan risiko relatif (RR) dan interval kepercayaan 95% (IK 95%).Hasil. Didapatkan 5,3% dari 190 neonatus dengan paparan ketuban pecah dini (RR 1,76; IK 95% 0,71-4,37), 12,8% dari 47 neonatus dengan paparan demam intrapartum (RR 4,26; IK 95% 1,55-11,7), dan 12,9% dari 31 neonatus dengan paparan ketuban pecah dini yang disertai demam intrapartum (RR 4,31; IK 95% 1,38-13,5) berkembang menjadi sepsis onset dini secara klinis yang disertai konfirmasi hasil biakan positif. Analisis stratifikasi berdasarkan maturitas kehamilan dan berat badan lahir, diikuti dengan penghitungan menggunakan statistik Mantel-Haenszel, menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara bermakna. Meskipun demikian. risiko relatif ketuban pecah dini pada kelompok neonatus cukup bulan dan/atau berat badan lahir cukup tidak meningkat secara bermakna (RR 1,12; IK 95% 0,44-2,86 dan RR 1,33; IK 95% 0,57-3,84).Simpulan. Demam intrapartum merupakan faktor risiko independen sepsis onset dini, sementara ketuban pecah dini meningkatkan risiko secara bermakna pada kelompok neonatus kurang bulan dan berat badan lahir rendah.
Peran Komunikasi, Informasi, dan Edukasi pada Asma Anak M. Arif Matondang; Helmi M Lubis; Ridwan M Daulay; G Panggabean; Wisman Dalimunthe
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.63 KB) | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.314-9

Abstract

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik, kadangkala memerlukan tata laksana jangka panjang. Program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) merupakan bagian tata laksana asma. Dengan penerapan program KIE diharap dapat mengurangi kekambuhan asma, meningkatkan pengetahuan, mengurangi biaya pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup. Dibutuhkan kerjasama unsur terkait pada tata laksana asma.
Pengalaman Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat V di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Irene Irene; Soepardi Soedibyo; Hindra I. Satari
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.285-91

Abstract

Latar belakang. Evaluasi yang berkesinambungan mengenai komponen-komponen dalam proses pembelajarandi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mutlak dibutuhkan, yang berguna untukmelakukan perbaikan dan pengembangan yang dianggap perlu.Tujuan. Membahas tentang paparan mahasiswa FKUI klinik terhadap kasus dan prosedur inti bidangpediatri selama menjalani rotasi di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA), serta mengetahui persepsimereka mengenai peran supervisor.Metode. Penelitian merupakan survei, deskriptif, potong lintang pada mahasiswa FKUI tingkat V tahunajaran 2007–2008, yang telah melalui rotasi kepaniteraan IKA.Hasil. Lebih 50% dari 160 mahasiswa pernah menghadapi 10 dari 55 kasus yang terdapat dalam daftarkasus inti secara mandiri dan atau bersama-sama setidaknya satu kali. Lebih dari 50% mahasiswa pernahmelakukan 7 dari 17 prosedur inti secara mandiri dan atau asistensi setidaknya satu kali. Lebih dari 50%mahasiswa setuju dengan cara mengajar supervisor, dan menilai bahwa hubungan supervisor dengan mahasiswaadalah baik.Kesimpulan. Paparan mahasiswa terhadap kasus dan prosedur inti bidang pediatri masih rendah. Rataratamahasiswa setuju dengan cara mengajar supervisor, dan menilai bahwa hubungan supervisor denganmahasiswa adalah baik.
Pengaruh Konsumsi Beras Indeks Glikemik Rendah Terhadap Pengendalian Metabolik Diabetes Melitus Tipe-1 Vivekenanda Pateda; Lora Sri Nofi
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.017 KB) | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.320-4

Abstract

Latar belakang. Pengendalian metabolik yang baik dapat mengurangi komplikasi diabetes mellitus tipe-1 (DMT1). Diet dengan indeks glikemik rendah menunjukkan perbaikan pengendalian glikemik secara bermakna. Pemeriksaan fruktosamin merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kontrol metabolik pasien DMT1.Tujuan. Menilai perubahan kadar fruktosamin setelah mengkonsumsi beras herbal ponni dengan indeks glikemik rendah pada pasien DMT1Metode. Studi prospektif di Divisi Endokrinologi Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan sampel pasien DMT1 yang berusia ≥2 tahun. Dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, analisis dan anjuran diet selama 2 minggu, serta pemeriksaan kadar fruktosamin sebelum dan sesudah pemberian beras herbal ponni. Kriteria eksklusi adalah penderita DMT1 yang sakit berat/dirawat di rumah sakit atau menolak ikut penelitian. Analisis data menggunakan uji t berpasangan atau uji Wilcoxon Signed Ranks.Hasil. Diantara 24 pasien didapatkan 11/24 memiliki riwayat keluarga DM, 19/24 memiliki riwayat ketoasidosis diabetes, 21/24 memakai insulin suntik secara teratur, dan hanya 9/24 anak yang mengawasi kadar gula darahnya secara teratur. Rerata kadar fruktosamin sebelum pemberian beras herbal ponni (506,6±134,2) sedangkan rerata kadar fruktosamin sesudah pemberian beras herbal ponni (458,1±106,7) (p< 0,01)Kesimpulan. Didapatkan penurunan kadar fruktosamin secara bermakna setelah dua minggu mengkonsumsi beras herbal ponni dengan indeks glikemik rendah pada pasien DMT1
Neuroblastoma pada Anak Usia 7 Tahun Laporan Kasus Sri Mulatsih; Vicka Farah Diba
Sari Pediatri Vol 10, No 5 (2009)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.641 KB) | DOI: 10.14238/sp10.5.2009.292-5

Abstract

Neuroblastoma merupakan neoplasma dari sel embrional neural dan salah satu tumor padat terseringpada anak. Paling sering neuroblastoma berasal dari kelenjar supra renal, tetapi dapat juga dijumpai disepanjang jalur syaraf simpatis. Ditemukan kasus neuroblastoma pada usia anak yang lebih tua (7 tahun).Gejala pembesaran perut merupakan gejala awal yang harus diwaspadai adanya suatu tumor jaringanpadat neuroblastoma. Perjalanan sangat cepat, dengan ditandainya penyebaran di rongga pleura, kelenjargetah bening dalam waktu satu bulan. Semua hasil analisis gejala klinis dan pemeriksaan penunjang sangatmendukung diagnosis neuroblastoma stadium IV.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue