cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 2 (2019)" : 10 Documents clear
Peran delta neutrophil index sebagai prediktor sepsis pada anak Lucky Yogasatria Natasukma; Pudjiastuti Pudjiastuti; Sri Martuti
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.237 KB) | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.115-20

Abstract

Latar belakang. Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam kehidupan yang disebabkan oleh disregulasi imun terhadap infeksi. Dalam keadaan stres atau infeksi, neutrofil imatur dilepas ke sirkulasi. Delta Neutrophil Index (DNI) dapat mencerminkan jumlah granulosit imatur di sirkulasi. Di Indonesia, belum ada penelitian manfaat DNI pada populasi anak.Tujuan. Untuk mengetahui peran DNI sebagai prediktor sepsis pada anak.Metode. Penelitian observasional analitik dengan menggunakan studi potong lintang. Subjek penelitian adalah anak usia 1 bulan-18 tahun yang dirawat di PICU dan HCU anak, RSUD Dr. Moewardi, Surakarta, dengan kecurigaan infeksi antara bulan Januari sampai November 2018. Setiap subjek diukur kadar DNI dan dikategorikan sepsis atau tidak sepsis. Kemampuan diagnosis DNI dinyatakan sebagai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif, rasio kemungkinan negatif, akurasi dan post-test probabilityHasil. Cut-off DNI ≥2,7% didapatkan peningkatan risiko 33 kali untuk seseorang terkena sepsis, dengan sensitivitas 84,6%, spesifitas 85,7%, nilai duga positif positif 78,6%, nilai duga negatif sebesar 90%, rasio kemungkinan positif 5,9, sedangkan rasio kemungkinan negatif 0,2 serta akurasi 82,3%, dengan post test probability meningkat 26,8%.Kesimpulan. Delta neutrofil indeks dapat digunakan sebagai prediktor sepsis pada anak.
Perbedaan Status Perkembangan dan Pertumbuhan Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Non-sianotik Janaka Pambudi; Meita Dhamayanti; Rahmat Budi Kuswiyanto
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.367 KB) | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.102-8

Abstract

Latar belakang. Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan faktor risiko terjadinya gangguan tumbuh kembang pada anak. Anak dengan PJB sianotik dan non-sianotik memiliki karakteristik klinis yang berbeda sehingga perkembangan dan pertumbuhannya juga berbeda. Tujuan. Mengetahui perbedaan perkembangan dan pertumbuhan anak dengan PJB sianotik dan non-sianotik. Metode. Penelitian berupa observasional potong lintang dengan subjek penelitian adalah anak dengan PJB usia 1–3 tahun yang datang ke pelayanan rawat jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin pada bulan Agustus sampai Oktober 2018. Penilaian perkembangan menggunakan Ages and Stages Questionnaires-3 (ASQ-3) dan penilaian pertumbuhan dengan WHO growth chart standarts 2006. Analisis data dilakukan dengan uji hipotesis Chi-square. Hasil. Terdapat 86 subjek penelitian terdiri dari 46 perempuan dan 40 laki-laki, dengan 31 subjek merupakan PJB sianotik. Gangguan perkembangan motorik lebih banyak pada anak dengan penyakit jantung bawaan siaonotik (p<0,05). Gangguan perkembangan motroik kasar pada PJB non-sianotik dan sianotik yaitu 87,1% dan 43.6%, motorik halus yaitu 64,5% dan 38,2%. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pertumbuhan antara PJB sianotik dan non-sianotik.Kesimpulan. Gangguan perkembangan motorik kasar dan halus lebih banyak terjadi pada anak dengan PJB sianotik. Tidak terdapat perbedaan gangguan pertumbuhan pada anak dengan PJB sianotik dan non-sianotik.
Hubungan rasio netrofil limfosit dengan hipertensi arteri pulmonal pada anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik Galih Herlambang; Sri Lilijanti Widjaja; Yulidar Hafidh; Harsono Salimo
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.96-101

Abstract

Latar belakang. Hipertensi arteri pulmonal (HAP) merupakan komplikasi yang sering terjadi penyakit jantung bawaan (PJB). Peningkatan tekanan vaskular paru disebabkan oleh disfungsi sel endotel paru yang ditandai oleh inflamasi perivaskular. Rasio neutrofil limfosit (RNL) merupakan salah satu penanda biologis inflamasi yang murah dan mudah dan berhubungan dengan penyakit jantung.Tujuan. Untuk mengetahui hubungan RNL dengan HAP pada anak dengan PJB asianotik.Metode. Penelitian potong lintang pada pasien anak usia 1 bulan – 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan sianotik yang dirawat dan/atau poliklinik anak RSUD dr. Moewardi Surakarta antara Januari 2018 – Januari 2019. Diagnosis HAP berdasarkan pemeriksaan ekokardiografi Doppler. Semua subyek dilakukan pemeriksaan darah rutin lengkap. Analisis data dengan uji t tidak berpasangan, uji Mann Whitney dan uji chi square/fisher exact test. Hasil. Tiga puluh pasien PJB asianotik (aliran sistemik ke paru) terdiri atas 17 anak laki-laki, 13 anak perempuan. Hipertensi arteri pulmonal terjadi pada 17 pasien dan tidakHAP sebanyak 13 pasien. Defek PJB paling banyak defek septum atrium (DSA) dan defek septum ventrikel (DSV). Rasio neutrofil limfosit pada HAP lebih tinggi daripada tidak HAP pada anak dengan PJB asianotik (3,56±1,07 vs 2,04±0,34; p<0,001). Nilai cut off point RNL sebesar 2,355 dengan nilai AUC sebesar 0,901 dengan sensitivitas 84,2% dan spesifisitas 84,6%. Kesimpulan. Peningkatan RNL berhubungan dengan HAP pada anak dengan PJB asianotik.
Studi Pilot: Peran Heat Shock Protein 60 (Hsp60) dan Kontrol Metabolik terhadap Infeksi Tuberkulosis pada Anak dan Remaja dengan Diabetes Mellitus Tipe-1 Aman Bhakti Pulungan; Karina Sugih Arto; Nastiti Kaswandani
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.065 KB) | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.121-8

Abstract

Latar belakang. Heat shock protein 60 (Hsp60) ditemukan pada individu dengan Diabetes Mellitus (DM) tipe-1 dan merupakan mimikri molecular Hsp65 pada mycobacterium. Fenomena ini dapat menyebabkan penundaan identifikasi mycobacterium dan memperparah kondisi DM tipe-1. Tujuan. Studi ini bertujuan untuk meneliti peran Hsp60 dalam kontrol metabolik terhadap infeksi tuberkulosis (TB) pada anak dan remaja dengan DM tipe-1.Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilaksanakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Anak dan remaja dengan DM tipe I memenuhi kriteria inklusi. Setelah memperoleh data dasar, dilakukan pemeriksaan HbA1c, Hsp60, dan IGRA. Dilakukan analisis data.Hasil. Sebanyak 32 subjek dengan DM tipe-1 diidentifikasi. Insidens infeksi TB yang terdeteksi dengan IGRA pada anak dan remaja dengan DM tipe-1 adalah 12,5%. Tiga dari empat pasien dengan hasil IGRA positif memiliki nilai HbA1c >9.0. Nilai rerata Hsp60 pada subjek IGRA positif lebih rendah dibandingkan subjek IGRA negatif (1.16 ± 0.59 vs 115.18 ± 364.73), dengan nilai P>0,05.Kesimpulan. Tidak didapatkan hubungan signifikan antara Hsp60 dan control glikemik dengan insidens TB pada anak dan remaja dengan DM tipe-1. Hasil ini mungkin dipengaruhi oleh jumlah subjek yang sedikit, penggunaan IGRA untuk mendiagnosis TB pada anak, dan reaktivitas rendah Hsp60 dengan Hsp65.
Keamanan Vaksin Dengue pada Anak Hindra Irawan Satari; Sharfina Fulki Adilla
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.137 KB) | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.129-37

Abstract

Latar belakang. Insidens dengue meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Penemuan vaksin dengue diharapkan dapat menurunkan angka ini. Vaksin dengue telah mendapatkan izin edar di 19 negara di dunia pada tahun 2015 dan di Indonesia pada tahun 2016. Pada tahun 2017, produsen vaksin menyatakan terdapat kemungkinan dengue berat pada pasien yang belum pernah terinfeksi dengue sebelumnya. Tahun yang sama, Filipina melaporkan tiga kasus kematian terkait dengan vaksin dengue. Hal tersebut menimbulkan keresahan di masyarakat mengenai profil keamanan vaksin dengue. Tujuan. Mengetahui keamanan vaksin dengue untuk individu seronegatif dengan usia >9 tahun.Metode. Penelusuran pustaka database elektronik, yaitu Pubmed dan Cochrane. Hasil. Studi oleh Garcia dkk, memperoleh bahwa risiko relatif rawat inap karena dengue yang terkonfirmasi secara virologis pada resipien seronegatif usia >9 tahun adalah 0,937 (IK95% 0,24-4,37). Studi lainnya yaitu, Shridar dkk, suatu case-cohort, mendapatkan hal yang sama yaitu risiko rawat inap karena dengue pada resipien seronegatif adalah 1,41 (IK95% 0,74-2,68), dan untuk dengue berat 2,44 (IK95% 0,47-12,56). Keduanya memberikan hasil yang tidak signifikan.Kesimpulan. Pemberian vaksin dengue pada individu seronegatif >9 tahun tidak mempengaruhi risiko rawat inap dan dengue berat secara signifikan.
Osteoporosis dan Osteodistrofi pada Anak Frida Soesanti
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.02 KB) | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.138-44

Abstract

Osteoporosis anak saat ini merupakan salah satu kelainan penting yang melibatkan hampir semua subspesialisasi. Berbeda dengan definisi osteoporosis pada orang dewasa, diagnosis osteoporosis pada anak tidak hanya ditentukan oleh densitas mineral tulang yang diukur dengan DXA (dual energy X-ray absorptiometry). Osteoporosis primer terjadi akibat kelainan genetik, misalnya osteogenesis imperfecta dan osteoporosis juvenil idiopatik. Osteoporosis disebut sekunder jika timbul akibat penyakit kronik yang mendasari atau terapi penyakit tersebut. Kemajuan teknologi kedokteran meningkatkan survival anak-anak dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam nyawa. Banyak terapi medikamentosa ini memiliki efek jangka panjang pada tubuh, termasuk osteoporosis. Disfungsi endokrin, imobilitas, faktor nutrisi, penyakit kronik dan kondisi inflamasi kronik memengaruhi terjadinya osteoporosis sekunder pada anak. Pada anak dengan penyakit ginjak kronik, terjadi gangguan metabolism tulang, remodeling and modelling tulang yang menyebabkan suatu kondisi yang disebut dengan chronic kidney disease-mineral bone disorders (CKD-MBD), termasuk di dalamnya adalah osteodistrofi renal. Terapi osteoporosis pada anak masih merupakan suatu tantangan tersendiri. Tata laksana terbaik pada osteoporosis sekunder dan CKD-MBD adalah pencegahan. Deteksi dini kemungkinan terjadinya gangguan metabolisme tulang dan osteoporosis penting untuk mengoptimalkan kesehatan tulang anak, mencegah osteoporosis dan kemungkinan fraktur, yang pada akhirnya mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. 
Evaluasi Fungsi Ginjal pada Penyandang Talasemia-β Mayor Anak Berton Juniper Manurung; Susi Susanah; Dida A. Gurnida
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.89-95

Abstract

Latar belakang. Informasi keterlibatan ginjal pada penyandang talasemia-β mayor anak masih sedikit. Disfungsi ginjal dipengaruhi berbagai faktor seperti anemia kronis, hipoksia kronis, dan hemosiderosis. Neutrophil gelatinase associated lipocaline urin (NGALu) merupakan penanda biologis dini yang sensitif dan spesifik terhadap gangguan ginjal. Tujuan. Menilai disfungsi ginjal pada penyandang talasemia-β mayor anak menggunakan NGALu.Metode. Penelitian dengan rancang potong lintang dilaksanakan Oktober–November 2018. Subjek adalah penyandang talasemia β mayor anak di RS. Hasan Sadikin yang menggunakan kelasi besi deferiprondan dipilih secara consecutive sampling. Heteroanamnesis pada orang tua mengenai riwayat penyakit dan frekuensi transfusi. Terhadap subjek penelitian dilakukan pemeriksaan feritin serum, kreatinin serum, dan NGALu. Uji statistik menggunakan uji korelasi rank Spearman dengan nilai kemaknaan p<0,05.Hasil. Sebanyak 71 subjek yang memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari 46 laki-laki dan 25 perempuan. Kadar rerata kreatinin serum 0,38±0,08 mg/dL, median feritin 2897,1 ng/mL, median NGALu 13,8 ng/mL. Peningkatan kadar NGALu ditemukan 11 (15%) subjek. Didapatkan korelasi negatif antara frekuensi transfusi dan kadar NGALu (r= -0,294, p=0,006). Tidak terdapat korelasi baik antara feritin serum dengan kreatinin serum maupun feritin serum dan NGALuKesimpulan. Disfungsi ginjal sudah terindikasi terjadi pada penyandang talasemia-β mayor anak.
Perbandingan Efektifitas Antara Monoterapi Empiris Seftazidime dan Sefepim Pada Anak Leukemia Limfoblastik Akut dengan Demam Neutropenia Filla Reviyani Suryaningrat; Aris Primadi; Alex Chairulfatah
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.81-8

Abstract

Latar belakang. Demam neutropenia pada leukemia limfoblastik akut (LLA) termasuk kegawatan onkologi yang harus mendapatkan tatalaksana segera berupa pemberian antibiotik tanpa menunggu hasil kultur. Saat ini, seftazidim dan sefepim digunakan sebagai monoterapi empiris demam neutropenia di Divisi Hemato-Onkologi Rumah Sakit Hasan Sadikin. Namun, hingga saat ini, efektifitas kedua antibiotik tersebut tidak pernah dinilai.Tujuan. Studi ini bermaksud untuk membandingkan efektifitas seftazidim dan sefepim sebagai monoterapi empiris pada pasien demam neutropenia anak dengan LLA.Metode. Uji acak terkendali dilakukan terhadap pasien LLA anak dengan demam neutropenia pada bulan Maret 2017 hingga Maret 2018 di Rumah sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Seftazidim dan sefepim diberikan secara konsekutif sebagai monoterapi empiris. Turunnya demam, peningkatan absolute neutophyl count (ANC) dan penurunan C-reactive protein (CRP) pada hari ke-3,5, dan 7 digunakan sebagai parameter efektivitas terapi.Hasil. Sebanyak 48 pasien mengikuti penelitian hingga selesai. Seftazidim dan sefepim diberikan masing-masing pada 28 dan 20 pasien. Tidak didapatkan perbedaan bermakna secara statistik pada usia, jenis kelamin dan keparahan penyakit pada kedua grup (p=0,908, p=0,251, p=0,507). Pada kelompok seftazidim terjadi penurunan demam pada hari ke-2, 3-4, 5-6 and >7 ditemukan sebanyak 15 (53,6%), 4 (14,3%), 1 (3,6%), 8 (28,6%) pasien, sedangkan pada kelompok sefepim masing-masing ditemukan pada 12 (60%), 4 (20%), 0, dan 4 (20%) pasien (p=0,638, p=0,442, p=0,583 p=0,449). Nilai rata-rata ANC pada awal 315,4 (154,2) pada grup seftazidim dan 276,2 (292,3) pada grup sefepim (p=0,778). Sebagian besar pasien pada kedua grup mencapai ANC>500 pada hari 5 (x=773 (1603,8) dan x=840 (979,8), (p=0,664). Nilai CRP awal mengalami sedikit peningkatan dari nilai normal, tidak berbeda signifikan secara statistik (x=8,80 (6,28) CI 0,3−28,1 dan 13,62 (10,57) CI 0,5−35,3; p=0,193). Nilai CRP menurun pada kedua grup pada hari ke-7 (x=7,84 (6,82), CI 0,5−25 dan 8,15 (9,39) CI 0,1−36,7; p=0,618)Kesimpulan. Penelitian ini menunjukan bahwa seftazidim dan sefepim memiliki efektifitas yang sama sebagai monoterapi empiris pada pasien LLA anak dengan demam neutropenia. Pemilihan antibiotik dengan mempertimbangkan ketersediaan obat, biaya, dan efek samping.
Kualitas Hidup Anak dengan Hemofilia di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Febrini Agasani; Soedjatmiko Soedjatmiko; Endang Windiastuti
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.73-80

Abstract

Latar belakang. Hemofilia merupakan salah satu penyakit kronik yang dapat memengaruhi kualitas hidup. Tujuan. Mengetahui prevalensi, gangguan kualitas hidup, kesesuaian kualitas hidup berdasarkan laporan anak dan laporan orangtua serta pengaruh faktor medis terhadap kualitas hidup anak hemofilia di RSCM.Metode. Penelitian potong lintang pada pasien hemofilia usia 5-18 tahun di Poliklinik Hematologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM selama September-Desember 2016. Pengisian kuesioner PedsQLTM 4.0 dilakukan dengan wawancara. Faktor risiko dianalisis secara multivariat. Hasil. Gangguan kualitas hidup menurut laporan anak 52,9% (rerata 64,37±11,75) dan menurut orangtua 60,8% (rerata 64,37±13,87) dari total 102 anak hemofilia. Dimensi yang paling terganggu adalah dimensi fisik menurut kelompok 5-7 tahun, sedangkan menurut kelompok 8-18 tahun adalah dimensi fisik dan sekolah. Terdapat ketidaksesuaian antara laporan kualitas hidup anak dan orangtua pada kelompok usia 5-7 tahun. Kekakuan sendi merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kualitas hidup menurut laporan anak (p=0,005, RP 4,335, IK 95% 1,550-12,126) dan orangtua (p=0,04, RP 2,902, IK 95% 1,052-8,007).Kesimpulan. Terdapat 52,9% (laporan anak) dan 60,8% (laporan orangtua) anak hemofilia yang kualitas hidupnya terganggu. Kekakuan sendi merupakan faktor yang paling memengaruhi kualitas hidup. Untuk menilai kualitas hidup anak usia 5-7 tahun diperlukan laporan anak dan orangtuanya, sedangkan anak usia 8-18 tahun cukup laporan anak atau orangtua saja.
Analisis Faktor Risiko Sindrom Syok Dengue pada Anak di RSIA Bunda Aliyah Jakarta Johanus Edwin; Michelle Budiarta; Klemens Edward
Sari Pediatri Vol 21, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.2.2019.109-14

Abstract

Latar belakang. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dengan presentasi klinis yang dipengaruhi oleh tingkat kebocoran plasma. Presentasi klinis terburuk adalah sindrom syok dengue (SSD). Tujuan. Mengidentifikasi faktor risiko SSD pada anak.Metode. Penelitian ini berupa kasus kontrol dengan menggunakan data rekam medik pasien SSD dan DBD berusia 0-17 tahun. Faktor risiko SSD dianalisis dengan uji chi square, Odds ratio, dan regresi logistik.Hasil. Dari penelitian ini didapatkan sampel 129 subjek, terdiri dari 43 kasus SSD dan 86 kasus DBD. Uji chi square menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki, muntah, nyeri perut, kadar hematokrit ≥46%, dan kadar trombosit ≤50.000/mm3 berhubungan dengan kejadian SSD. Dari hasil analisis regresi logistik didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki, muntah, nyeri perut, kadar hematokrit ≥46%, dan kadar trombosit ≤50.000/mm3 adalah faktor risiko SSD yang bermakna.Kesimpulan. Jenis kelamin laki-laki, muntah, nyeri perut, kadar hematokrit ≥46%, dan kadar trombosit ≤50.000/mm3 adalah faktor risiko SSD yang bermakna.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue