This Author published in this journals
All Journal IMAJI NALARs
Alin Pradita Agustin
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TERITORI PEDAGANG INFORMAL Agustin, Alin Pradita
Nalars Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT. An informal trade sector is a part of the informal sector that emerged as a result of the increasing urbanization. The existence of this informal trade sector cannot be separated from urban spatial elements. Johar market is a considerable trade area having high historical value.  Informal traders in Johar occupy public spaces and form mutual environment among them.The rapid growth triggers claims of public spaces. Claim of public space is a problem between humans’ behavior and their territories.  These claims disrupt the public spaces function.  The space between Johar and Yaik market is strategic. This space is the main circulation towards the parking garage from northerly direction and becomes the transitional space between Johar market building and Yaik market building. This strategic feature makes the growth of informal sector traders increases. These traders occupy right and left of the road by placing sign as a physical border to state their territory and as self-image recognition to control and personalizing space. By understanding the territorial behavior, it is expected the territory formation pattern and the factors influencing it can be understood, so the problems related to informal sector traders territorial claims over public space can be coped. Keywords: informal sector traders, territories, claims of space  ABSTRAK. Pedagang sektor informal merupakan bagian dari sektor informal yang muncul sebagai hasil meningkatnya urbanisasi. Keberadaan dari pedagang sektor informal ini tidak dapat dipisahkan dari elemen-elemen ruang kota. Pasar Johar dianggap sebagai kawasan perdagangan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pedagang-pedagang informal di pasar Johar menempati ruang-ruang publik dan membentuk ruang baru diantara mereka. Perkembangan yang sangat pesat memicu timbulnya klaim atas ruang-ruang publik tersebut. Pada akhirnya klaim atas ruang-ruang publik tersebut menjadi masalah baru antara perilaku pedagang-pedagang informal tersebut dan teritorinya. Klaim inilah yang menjadi mengganggu dan merubah fungsi asal dari ruang publik tersebut.   Ruang antar pasar Johar dan pasar Yaik merupakan lokasi yang strategis. Ruang inilah yang menjadi sirkulasi utama menuju ke area parkir dari arah utara dan menjadi ruang transisi antara bangunan pasar Johar dengan bangunan pasar Yaik. Keberadaan dari ruang strategis inilah yang memicu munculnya dan meningkatnya pedagang-pedagang sektor informal. Pedagang-pedagang tersebut menempati sepanjang jalan baik sisi kanan maupun kiri dengan meletakkan penanda teritori mereka sebagai bukti fisik. Selain itu penanda tersebut dianggap sebagai pengakuan terhadap ruang teritori untuk kontrol dan personalisasi ruang. Dengan memahami perilaku teritori, diharapkan pola pembentukan teritori dan faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dipahami, sehingga masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan klaim ruang-ruang publik oleh pedagang-pedagang sektor informal dapat diatasi  Kata Kunci: pedagang sektor informal, teritori, klaim ruang
TERITORI PEDAGANG INFORMAL (Studi Kasus Ruang Antara Pasar Johar dan Pasar Yaik Semarang ) Agustin, Alin Pradita
Nalars Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT. An informal trade sector is a part of the informal sector that emerged as a result of the increasing urbanization. The existence of this informal trade sector cannot be separated from urban spatial elements. Johar market is a considerable trade area having high historical value. Informal traders in Johar occupy public spaces and form mutual environment among them.The rapid growth triggers claims of public spaces. Claim of public space is a problem between humans’ behavior and their territories. These claims disrupt the public spaces function.The space between Johar and Yaik market is strategic. This space is the main circulation towards the parking garage from northerly direction and becomes the transitional space between Johar market building and Yaik market building. This strategic feature makes the growth of informal sector traders increases. These traders occupy right and left of the road by placing sign as a physical border to state their territory and as self-image recognition to control and personalizing space. By understanding the territorial behavior, it is expected the territory formation pattern and the factors influencing it can be understood, so the problems related to informal sector traders territorial claims over public space can be coped.Keywords: informal sector traders, territories, claims of spaceABSTRAK. Pedagang sektor informal merupakan bagian dari sektor informal yang muncul sebagai hasil meningkatnya urbanisasi. Keberadaan dari pedagang sektor informal ini tidak dapat dipisahkan dari elemen-elemen ruang kota. Pasar Johar dianggap sebagai kawasan perdagangan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pedagang-pedagang informal di pasar Johar menempati ruang-ruang publik dan membentuk ruang baru diantara mereka. Perkembangan yang sangat pesat memicu timbulnya klaim atas ruang-ruang publik tersebut. Pada akhirnya klaim atas ruang-ruang publik tersebut menjadi masalah baru antara perilaku pedagang-pedagang informal tersebut dan teritorinya. Klaim inilah yang menjadi mengganggu dan merubah fungsi asal dari ruang publik tersebut.Ruang antar pasar Johar dan pasar Yaik merupakan lokasi yang strategis. Ruang inilah yang menjadi sirkulasi utama menuju ke area parkir dari arah utara dan menjadi ruang transisi antara bangunan pasar Johar dengan bangunan pasar Yaik. Keberadaan dari ruang strategis inilah yang memicu munculnya dan meningkatnya pedagang-pedagang sektor informal. Pedagang-pedagang tersebut menempati sepanjang jalan baik sisi kanan maupun kiri dengan meletakkan penanda teritori mereka sebagai bukti fisik. Selain itu penanda tersebut dianggap sebagai pengakuan terhadap ruang teritori untuk kontrol dan personalisasi ruang. Dengan memahami perilaku teritori, diharapkan pola pembentukan teritori dan faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dipahami, sehingga masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan klaim ruang-ruang publik oleh pedagang-pedagang sektor informal dapat diatasiKata Kunci: pedagang sektor informal, teritori, klaim ruang
PASAR KLIWON KUDUS DENGAN PENEKANAN DESAIN THOMAS KARSTEN Agustin, Alin Pradita; Hardiman, Gagoek; Rukayah, Siti
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Potensi pasar tradisional di Indonesia sangat besar sebab retribusi dari pasar tradisional cukup besarkontribusinya bagi pendapatan daerah. Akan tetapi perkembangan pasar tradisional tidak mendapat perhatianyang lebih dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kudus merupakan daerah yang memilikipertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Dalam survei pendataan pasar di Kudus tahun 2010, terdapat 23pasar di Kabupaten Kudus. Peran pasar tradisional di Kabupaten Kudus cukup besar, tidak hanya dalammeningkatkan pendapatan daerah, tetapi berperan langsung terhadap pendapatan pekerja maupun pedagang.Keamanan dan kenyamanan menjadi faktor mutlak yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan suatubangunan yang bersifat publik. Thomas Karsten merupakan sosok arsitek pada zaman kolonial Belanda yangdianggap paling unggul karena mampu membangun pasar yang mempertimbangkan kenyamanan pedagangdengan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami. Kajian ini diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai pasar, pasartradisional, standar-standar mengenai pasar, persyaratan khusus pasar sehat, dan studi banding beberapapasar tradisional karya Thomas Karsen. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi Pasar Kliwon Kudus danpembahasan konsep perancangan dengan penekanan desain Thomas Karsten. Tapak yang digunakan adalahtapak asli dari Pasar Kliwon Kudus, yang kemudian diperluas sesuai kebutuhan ruang yang ada. Selain itu jugadibahas mengenai penataan massa dan ruang dalam bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitasyang dipakai dalam perancangan “Pasar Kliwon Kudus dengan Penekanan Desain Thomas Karsten”. Konsep perancangan ditekankan pada prinsip Thomas Karsten, dimana prinsip desain ditemukanmelalui penelitian arsitektur kecil yang dilakukan pada pasar-pasar karya Karsten. Konsep desain Karstendiaplikasikan secara eksplisit maupun konseptual dalam perancangan bangunan Pasar Kliwon Kudus.